Sebelum pulang, saya mampir ke sebuah toko sepatu. Mata saya tertarik pada sepasang sepatu cantik dengan tanda diskon besar. "Hanya Rp300 ribu!" Begitu saya menunjukkan minat, seorang pramuniaga datang dan membantu saya mencoba sepatu tersebut. Rasanya pas dan nyaman, dan saya mulai berpikir ini adalah pembelian yang tepat. Namun, saat saya menuju kasir, pramuniaga itu mulai berbicara tentang "biaya tambahan untuk pelindung sepatu", lalu "biaya perawatan sepatu", dan entah apa lagi. Harga tiba-tiba melonjak hampir dua kali lipat! Saya menyadari bahwa ini merupakan teknik Lowballing (Berusaha membuat seseorang berkomitmen pada beberapa tindakan, dan kemudian meningkatkan biaya atau keinginan yang lebih tinggi dari perilaku yang sama). Saya menarik napas dalam-dalam dan dengan senyum ramah, berkata, "Wah, saya tidak tahu ada biaya tambahan. Kalau begitu, saya pikir-pikir lagi ya". Saya letakkan sepatunya dan pergi, merasa menang atas permainan kecil ini.
Kesimpulan: Tetap Tenang dan Elegan
Saat saya berjalan keluar dari Megamall dengan ringan, saya sadar bahwa hari ini saya berhasil menolak berbagai macam bujuk rayu dengan cara yang elegan. Ini bukan tentang menutup diri dari semua penawaran, tapi lebih kepada menjaga kendali atas pilihan saya sendiri. Ternyata, dengan sedikit humor dan kesabaran, menolak bisa jadi sebuah seni yang menyenangkan. Jadi, kapan pun ada sales yang mendekat dengan senyum lebar kepada kita, kita siap. Lagipula, hidup terlalu singkat untuk terjebak dalam trik sales, kan?. Perlu diingat bahwa dengan mengenali teknik kepatuhan ini, kita bisa menempatkan diri pada posisi yang tepat untuk menolak, maupun menerimanya. Tujuan bukan untuk menolak pengaruh dari teknik ini, tetapi untuk menghindari perasaan dipaksa melakukan sesuatu yang tidak ingin dilakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H