Mohon tunggu...
Rafael Maximiliano
Rafael Maximiliano Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA

Berkomitmen meneliti, serta menyelesaikan permasalahan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Perjalanan Melalui Keberagaman: Pesona Harmoni antar Budaya, Agama, dan Tradisi

18 November 2024   20:59 Diperbarui: 18 November 2024   23:04 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelajar SMA Kolese Kanisius dalam kunjungan ke Pesantren Al-Marjan. (Dokumentasi Pribadi)

Secara etimologis, istilah pesantren berasal dari kata "santri" yang berarti murid, dan awalan "pe" serta akhiran "-an" yang menunjukkan tempat tinggal santri. Pesantren tidak hanya mengadakan pembelajaran mengenai kitab suci agama Islam, melainkan juga pembelajaran sekolah setara SD, SMP, dan SMA sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh kementerian pendidikan. 

Pengalaman Menghargai Sesama

Sekelompok Kanisian mendapatkan tugas untuk mengunjungi Pesantren Al-Marjan di Lebak, Banten. Bagi para Kanisian, pengalaman tersebut bagaikan memasuki suatu dunia yang sangat berbeda, penuh dengan agama, kepercayaan, dan tradisi yang unik. 

Pengalaman yang didapatkan oleh Kanisian sangat unik dan mengubah. Banyak hal dapat dipelajari dan dimaknai oleh Kanisian selama mereka berdinamika di Pesantren Al-Marjan. Dinamika yang terjadi di pesantren tersebut memberikan para Kanisian citra rasa bagaimana kehidupan di pesantren setiap harinya, termasuk kebiasaan, norma yang berlaku, pantangan-pantangan, dan bahkan komitmen dalam melaksanakan ibadah. 

Para Kanisian dan santri makan secara bersama-sama (Dokumentasi Pribadi)
Para Kanisian dan santri makan secara bersama-sama (Dokumentasi Pribadi)

Berbagai kegiatan dilakukan antar Kanisian dan para santri selama 3 hari berturut-turut, mulai dari makan bersama, bermain bola, melakukan pengajuan, belajar bersama-sama, dan juga melakukan "sharing" mengenai kondisi kehidupan maupun kepercayaan yang dimiliki oleh masing-masing individu. 

Seluruh dinamika tersebut dilakukan dalam nama toleransi, mengenai penghargaan yang diberikan oleh para Kanisian dalam mencicipi sepicik dari gaya kehidupan para santri. Keragaman yang dimiliki oleh para Kanisian dan para santri sangat tampak ketika dilakukan malam budaya dengan tujuan saling membagikan seni seperti musik pada sesama. 

Walaupun perbedaan dan keragaman yang begitu tampak, terciptalah suatu titik temu diantara kedua budaya tersebut berupa perasaan saling menghargai. Tentu, setiap manusia memiliki perbedaan dengan yang lainnya. Namun, perbedaan tersebut tidak menjadi halangan maupun alasan untuk tidak merayakan persatuan yang terbentuk oleh karena dua kebudayaan tersebut yang saling bercampur.

Ekspedisi ke Suku Baduy

Perjalanan yang ditempuh oleh para Kanisian tidak hanya terdiri dari sosialisasi dengan mereka yang memiliki perbedaan dalam hal kepercayaan dan agama, melainkan juga menjumpai masyarakat dengan latar belakang etnis serta budaya yang berbeda. 

Dalam konteks ini Suku Baduy yang mayoritas menetap di Provinsi Banten menjadi pilihan untuk dikunjungi para Kanisian. Kekayaan budaya dan kearifan lokal yang tinggi menjadi daya tarik yang tinggi bagi para pengunjung daerah tempat menetapnya suku Baduy tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun