Mohon tunggu...
Rafa Aqilah
Rafa Aqilah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Harapan di Keranjang Sayur

12 November 2024   08:26 Diperbarui: 12 November 2024   08:51 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Selama beberapa hari setelah percakapan itu, ibu alex mulai berjualan sayuran di pasar tradisional. Setiap pagi, sebelum matahari terbit, ia sudah bersiap dengan keranjang berisi berbagai macam sayuran segar seperti bayam, kangkung, wortel, dan kol yang ia beli dari petani lokal. Meskipun lelah dan kadang hujan mengguyur jalanan, ibu Alex tak pernah mengeluh. Ia tahu, ini adalah satu-satunya cara untuk mengumpulkan uang bagi biaya lomba matematika anaknya.

     Alex melihat semua itu dengan rasa haru. Setiap pagi, ia membantu ibunya menyiapkan sayuran yang ia kemas dan di masukan ke keranjang sayuran, lalu ia mengantarnya ke pasar. Sepulang sekolah, ia juga sering ikut menjaga dagangan, meskipun harus melewatkan waktu bermain bersama teman-temannya. Namun, ia tidak keberatan dengan hal seperti itu, karena tujuan nya agar bisa merih mimpi nya. Setiap kali ia melihat senyum ibu yang lelah namun bangga, hatinya semakin berani untuk meraih impian.

     Suatu sore, setelah berjualan seharian, ibu Alex akhirnya mengumpulkan cukup uang untuk membayar biaya pendaftaran lomba. Ia duduk di teras rumah, menghitung hasil jualannya dengan tangan yang sedikit gemetar. Alex duduk di sampingnya, memandang ibunya dengan penuh rasa terima kasih. 

"Nak, ini uangnya. Kamu bisa mendaftar lomba olimpiade itu," kata ibunya dengan nada yang lembut.

Mata Alex berbinar-binar, tak mampu menahan rasa haru. Ia memeluk ibunya erat. "Terima kasih, Bu. Terima kasih sudah berusaha keras untukku."

Ibu Alex mengusap kepala anaknya dengan lembut. "Tidak perlu terima kasih, Nak. Apa yang ibu lakukan untukmu, itu karena ibu percaya kamu bisa sukses. Ibu yakin kamu akan membuat bangga."

Alex merasa semangatnya semakin berkobar. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk memberikan yang terbaik di lomba tersebut, tak hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk ibunya yang telah berkorban banyak kepada Alex. 

     Hari yang dinanti akhirnya tiba. Dengan doa dan harapan ibunya yang terus menyertainya dalam setiap langkah, Alex berangkat ke pusat perlombaan olimpiade matematika di kota surabaya. Ia berusaha sekuat tenaga, mengerjakan soal demi soal dengan ketelitian dan ketenangan. Meskipun sempat ragu, ia terus mengingat perjuangan ibunya, yang memberinya semangat untuk menyelesaikan setiap soal.

     Setelah beberapa jam berlalu, tiba saatnya pengumuman pemenang. Alex duduk di antara peserta lainnya, jantungnya berdebar-debar. Ketika nama-nama pemenang disebutkan, ia mendengarkan dengan saksama, Hingga akhirnya, suara pembawa acara menggema di ruangan, "Juara 1... diraih oleh Alex!"

     Alex terdiam sesaat, seakan tak percaya. Tepuk tangan menghiasi ruangan yang berada sekelilingnya, dan ia berjalan maju ke podium dengan mata berkaca-kaca. Penghargaan diserahkan padanya, termasuk uang pembinaan sebagai hadiah. Ia menatap piala di tangannya dengan penuh kebanggaan, mengingat segala usaha dan perjuangan yang telah ia dan ibunya lakukan.

     Sesampainya di rumah, Alex disambut ibunya yang sudah menunggunya di depan pintu. Tanpa berkata-kata, ia memeluk ibunya dengan erat, ia menunjukkan piala dan hadiah uang yang ia bawa pulang. "Bu, ini semua untuk Ibu. Terima kasih sudah berjuang bersamaku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun