Mohon tunggu...
RAEHANAH AMALIYAH
RAEHANAH AMALIYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Ahmad Dahlan

Saya adalah seorang Mahasiswa di Universitas Ahmad Dahlan yang memiliki hobi berolahraga, membaca buku, dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mental Kuat Tanpa Parenting VOC

18 Juli 2024   20:36 Diperbarui: 18 Juli 2024   21:38 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Raehanah Rezky Amaliyah dan Iyan Sofyan
(Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris dan Dosen PG PAUD)
Universitas Ahmad Dahlan
 
Tingkat kekerasan terhadap anak yang dilakukan orangtua ternyata cukup tinggi di Indonesia. Entah itu karena kesalahan kecil seperti rewel, atau untuk tujuan tertentu seperti berprestasi di kelas. 

Psikolog anak Seto Mulyadi mengungkapkan, dalam keluarga masih ada anak yang mendapat kekerasan. Dari mulai dijewer, dipukul, hingga di tingkat paling ekstrim: ditendang, disetrika, direndam dalam bak mandi, dan dianiaya secara seksual. 

"Menjewer, membentak, dan memukul anak adalah kebiasaan yang seharusnya sudah tidak lagi dilakukan orangtua terhadap anak," ujar pria yang akrab disapa Kak Seto ini, dalam dialog "Pentingnya Pengasuhan dalam Keluarga" yang digelar di Gedung Smesco, Jakarta, Jumat (26/7/2013) lalu. (Kompasiana, 2013).

Parenting yang tepat adalah kunci untuk membesarkan anak-anak yang sehat, bahagia, dan sukses. Pendekatan yang tepat dalam parenting tidak hanya mempengaruhi perkembangan mental dan emosional anak, tetapi juga berdampak pada cara mereka menghadapi dunia dan membangun hubungan dengan orang lain. 

Membentuk mental yang kuat pada anak adalah tujuan utama bagi banyak orang tua. Meskipun pola asuh keras sering kali dianggap sebagai cara efektif untuk mencapai tujuan ini, penelitian menunjukkan bahwa pendekatan yang lebih seimbang dan penuh kasih sayang sebenarnya lebih baik untuk perkembangan anak.

Pola asuh keras telah lama menjadi topik perdebatan dalam dunia parenting. Pendekatan ini sering kali diterapkan dengan harapan bahwa disiplin ketat dan aturan yang tegas akan membentuk mental yang kuat pada anak. 

Namun, banyak penelitian dan pandangan dari para ahli psikologi menunjukkan bahwa pola asuh keras tidak selalu memberikan hasil yang diinginkan dan bahkan bisa berdampak negatif pada perkembangan anak.

Pola asuh keras tidak selalu membentuk mental yang kuat. Beberapa bentuk parenting yang keras misalnya berteriak, menghukum secara fisik, mengurung anak, melukai harga dirinya, atau menghukum berdasarkan orang tua. 

Cara mendidik atau parenting yang keras ini tidak hanya mencakup aspek fisik, tetapi juga psikologis. Ketika orang tua terlalu keras pada anak, ada beragam dampak yang bisa dialami oleh anak tersebut. 

Sang anak cenderung bisa menjadi pribadi yang terlalu khawatir, tidak percaya diri berperilaku agresif atau malu dekat orang lain, susah bersosialisasi, dan sulit mengandalkan diri.

Parenting yang tepat untuk membantu anak-anak berkembang secara optimal adalah dengan prinsip-prinsip dalam pendekatan yang lembut dan mendukung dapat membantu anak mengembangkan mental yang kuat tanpa harus melalui pola asuh yang keras. Seperti dengan kasih sayang dan dukungan emosional, dimana kasih sayang dan dukungan emosional adalah fondasi penting dalam parenting yang tepat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun