Ketiga, interpretasi ajaran agama yang berbeda.Â
Agama memiliki sejumlah ajaran moral yang mungkin dapat ditafsirkan dengan cara yang berbeda oleh para penganutnya. Beberapa orang beragama bisa saja menerapkan ajaran moral dengan penafsiran yang keliru atau mengedepankan "kepercayaan pribadi" mereka yang didasari oleh keinginan sendiri.Â
Saya percaya bahwa dunia ini tidak hitam-putih, kita tidak bisa menilai semua orang yang beragama sama-sama baik karena manusia adalah makhluk yang kompleks dan berbeda-beda satu dengan lainnya. Maka itu, perbedaan interpretasi terhadap ajaran agama kerap sekali terjadi.
Terakhir, hipokrit.Â
Pastinya, ada individu yang mengaku beragama tetapi melakukan tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai yang mereka anut. Mereka pun bisa saja berpura-pura mengikuti ajaran agama untuk kepentingan pribadi, mendapatkan dukungan sosial, atau bahkan bertujuan menutupi tindakan-tindakan mereka yang tidak bermoral. Apakah sebenarnya hati mereka memegang ajaran yang dianut? Tidak ada yang tahu. Mungkin mereka salah satu dari orang-orang yang saya sebutkan pada faktor pertama, atau mungkin pada dasarnya mereka memang 'berpura-pura' beragama.
Namun, tentu saja tidak semua orang beragama seperti yang sudah dijelaskan. Banyak orang beragama yang hidup dengan prinsip-prinsip agama mereka yang berjalan searah dengan nilai-nilai moral.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H