Salah satu sumber moral yang paling utama adalah agama. Secara  teori, seharusnya orang yang beragama semakin baik moralnya. Akan tetapi, dalam realitas ditemukan sejumlah kasus orang beragama, bahkan elit agama (agama apa pun dan di mana pun) yang melanggar nilai-nilai moral.
Pertanyaannya, mengapa realitas seperti itu terjadi? Â
Terdapat beberapa faktor yang membuat orang beragama melanggar moral yang tidak luput oleh pengaruh aspek sosial dan psikologis. Apa saja faktor-faktor tersebut?
Pertama, inkonsistensi antara nilai dan tindakan.Â
Seseorang yang beragama bisa saja memiliki keyakinan dan nilai-nilai moral yang tinggi, tetapi mereka juga masih manusia dengan kelemahan dan keterbatasan (tanpa membenarkan hal tersebut, ya).Â
Kadang atau sering (setiap orang berbeda-beda) manusia menghadapi konflik batin dalam memilih apa yang mereka tahu benar dengan apa yang ingin mereka lakukan sehingga mereka tidak selalu mampu mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam tindakan nyata. Itulah yang dinamakan ketidaksesuaian antara nilai yang dipercaya dengan tindakan yang dilakukan.Â
Kedua, kuasa lingkungan sosial.Â
Orang-orang yang beragama juga hidup dalam masyarakat yang dapat memengaruhi perilaku mereka. Jadi, tidak menutup kemungkinan bagi seseorang yang beragama terpengaruh dan tersetir oleh lingkungan sekitarnya yang mungkin tidak selalu mendukung atau sejalan dengan nilai-nilai moral. Oleh karena itu pilihannya adalah: mengganti, memilih lingkungan yang baik; atau, mampu bersiteguh dengan kepercayaan dan moral yang diyakini.
Ketiga, interpretasi ajaran agama yang berbeda.Â
Agama memiliki sejumlah ajaran moral yang mungkin dapat ditafsirkan dengan cara yang berbeda oleh para penganutnya. Beberapa orang beragama bisa saja menerapkan ajaran moral dengan penafsiran yang keliru atau mengedepankan "kepercayaan pribadi" mereka yang didasari oleh keinginan sendiri.Â
Saya percaya bahwa dunia ini tidak hitam-putih, kita tidak bisa menilai semua orang yang beragama sama-sama baik karena manusia adalah makhluk yang kompleks dan berbeda-beda satu dengan lainnya. Maka itu, perbedaan interpretasi terhadap ajaran agama kerap sekali terjadi.
Terakhir, hipokrit.Â
Pastinya, ada individu yang mengaku beragama tetapi melakukan tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai yang mereka anut. Mereka pun bisa saja berpura-pura mengikuti ajaran agama untuk kepentingan pribadi, mendapatkan dukungan sosial, atau bahkan bertujuan menutupi tindakan-tindakan mereka yang tidak bermoral. Apakah sebenarnya hati mereka memegang ajaran yang dianut? Tidak ada yang tahu. Mungkin mereka salah satu dari orang-orang yang saya sebutkan pada faktor pertama, atau mungkin pada dasarnya mereka memang 'berpura-pura' beragama.
Namun, tentu saja tidak semua orang beragama seperti yang sudah dijelaskan. Banyak orang beragama yang hidup dengan prinsip-prinsip agama mereka yang berjalan searah dengan nilai-nilai moral.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H