1. Depresi dan Kecemasan
Tekanan yang terus-menerus dapat menyebabkan depresi dan kecemasan. Mahasiswa kedokteran sering merasa terisolasi, terbebani, dan cemas tentang masa depan mereka. Tingkat depresi yang tinggi di antara mahasiswa kedokteran bukan hanya berdampak pada kehidupan mereka saat ini tetapi juga berpotensi mempengaruhi kemampuan mereka untuk berfungsi sebagai dokter yang efektif di masa depan.
2. Burnout
Burnout atau kelelahan emosional, fisik, dan mental yang disebabkan oleh stres berlebihan adalah masalah umum di kalangan mahasiswa kedokteran. Burnout dapat mengurangi efisiensi dan kinerja klinis, serta meningkatkan risiko kesalahan medis. Survei oleh Mayo Clinic menunjukkan bahwa 49% mahasiswa kedokteran mengalami burnout selama masa studi mereka .
3. Keputusan Ekstrem
Stres yang berkelanjutan dapat membuat mahasiswa kedokteran mempertimbangkan untuk meninggalkan program mereka atau bahkan mengambil tindakan ekstrem seperti bunuh diri. Tingginya tingkat ide bunuh diri di kalangan mahasiswa kedokteran menyoroti urgensi untuk menangani kesehatan mental mereka dengan serius.
 Strategi dan Dukungan yang Bisa Diberi?
1. Dukungan Psikologis dan Konseling
Banyak universitas kini menyediakan layanan konseling dan dukungan psikologis khusus untuk mahasiswa kedokteran. Pendekatan ini termasuk terapi individual, kelompok dukungan, dan lokakarya tentang manajemen stres. Di Indonesia, beberapa fakultas kedokteran telah mulai mengintegrasikan program kesejahteraan mental ke dalam kurikulum mereka untuk membantu mahasiswa mengelola stres dengan lebih baik .
2. Pendidikan tentang Kesehatan Mental
Meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental dan mengurangi stigma seputar mencari bantuan sangat penting. Kampanye kesehatan mental dan pelatihan tentang cara mengenali tanda-tanda awal masalah mental dapat membantu mahasiswa merasa lebih nyaman untuk mencari dukungan.