Analisis Potensi Tidal Energy Untuk Pembangkit Daya
Bagi Masyarakat Pesisir Pantai
Energi merupakan  salah  satu  kebutuhan  yang  paling  penting  bagi  kehidupan manusia untuk keberlangsungan masyarakat modern. Saat ini, sekitar 80% dari konsumsi energi global disediakan oleh bahan bakar fosil (Orhan et al., 2015).
Berdasarkan data dari Kompas.id menyatakan bahwa sekitar lebih dari 16.000 rumah tangga belum teraliri listrik. Salah satu penyebabnya adalah lokasi yang terpencil di kepulauan. Perusahaan Listrik Negara Unit Induk Distribusi masih berupaya membuka akses kelistrikan ke daerah yang perlu perhatian dan menargetkan seluruh  dapat teraliri listrik pada 2023 yang akan datang.
Salah satu potensi laut dan samudra yang belum banyak diketahui masyarakat umum adalah potensi energi laut dan samudra untuk menghasilkan listrik. Negara yang melakukan penelitian dan pengembangan potensi energi samudra untuk menghasilkan listrik adalah Inggris, Prancis dan Jepang.
Secara umum, potensi energi samudra yang dapat menghasilkan listrik dapat dibagi kedalam 3 jenis potensi energi yaitu energi pasang surut (tidal power), energi gelombang laut (wave energy) dan energi panas laut (ocean thermal energy). Energi pasang surut adalah energi yang dihasilkan dari pergerakan air laut akibat perbedaan pasang surut.
Pasang surut air laut adalah suatu fenomena alam dengan adanya pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala oleh karena adanya gaya gravitasi antara bumi dan bulan serta matahari yang menyebabkan gaya tarik menarik. Pasang surut yang dibangkitkan mendominasi proses sirkulasi massa air di perairan pesisir. Pergerakan yang dihasilkan berdampak pada pergerakan massa air dan berhubungan dengan penyebaran sirkulasi fluida dalam suatu wadah tertentu merupakan pembelajaran dari ilmu pasang surut.
Di Indonesia beberapa daerah yang mempunyai potensi energi pasang surut adalah Bagan Siapi-api yang pasang surutnya mencapai 7 meter, Teluk Palu yang struktur geologinya merupakan patahan (Palu Graben) sehingga memungkinkan gejala pasang surut, Teluk Bima di Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), Kalimantan Barat, Papua, dan pantai selatan Pulau Jawa yang pasang surutnya bisa mencapai lebih dari 5 meter.
Pasang surut air laut di Indonesia dipengaruhi beberapa hal diantaranya yaitu
- Rotasi BumiÂ
Rotasi bumi menyebabkan terjadinya pasang surut air laut. Menurut penjelasan dalam teori keseimbangan oleh Sir Isaac Newton. Saat bumi berputar pada porosnya, maka waktu ada posisi wilayah laut menghadap bulan, dan menghadap matahari.
Air laut akan bertemu dengan bulan pada waktu malam hari. Hal ini yang membuat gaya tarik bulan lebih besar dua kali lipat daripada gaya tarik matahari, sehingga biasanya air laut mengalami pasang ketika malam hari.
- Revolusi Bumi Terhadap Matahari