Teringat akan kata-kata bijaksana dari budaya Jawa "nrimo in pandum", yang artinya kurang lebih "pasrah menerima pemberian/rezeki dari Tuhan apa adanya", saya dapat merasakan bagaimana masyarakat Jawa yang masih tinggal di pedesaan mempraktekkan hal ini. Hari ini, saya melihat pohon mlinjo atau belinjo atau Gnetum gnemon dengan kenampakan yang menunjukkan kearifan alam budaya Jawa. Pemberian rezeki kepada kita oleh sebatang pohon melinjo.
so yang ditandai dengan warna daun yang lebih muda dan permukaan daun yang mengkilap. Daun ini merupakan bahan utama pembuatan sayur asem yang segar itu, sayur lodeh, sayur nangka, dan kadang dipakai untuk campuran gudeg juga. P
Pada bagian bawah batang pohon melinjo, biasanya ditumbuhi daun-daun muda melinjo atau yang disebut daunada bagian yang rendah ini, so dengan mudah dipetik dan jumlahnya lebih banyak dari pada di bagian atas. Pohon ini memberikan akses/kemudahan kepada kita untuk menikmati daun so.Â
Selanjutnya, di bagian atas, yang sukar diambil, so tidak banyak ditemukan tetapi daun-daun melinjo yang sudah tua dan tidak enak untuk masakan. Tidak terbanyangkan jika so ini banyak, justru, di bagian atas. Kemungkinkan sayur asem atau sayur lodeh kita tidak ada so-nya dan mengurangi citarasanya.
Bahkan, semakin sering diambil, maka so akan lebih banyak keluar di bagian bawah. Alam telah menyediakan makanan untuk kita secara arif, kita hanya cukup memetik dan menikmatinya.
Wates, 4 Oktober 2021
11:32 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H