Lagi-lagi Mahkamah Konstitusi jadi tumpuan harapan mereka. Mereka mengadukan Risma-Bambang dengan tuduhan kecurangan dalam pilwali. Ini ironis, karena media dan para pengamat independen menyatakan bahwa kubu Arif-Adies punya catatan pelanggaran terbanyak. Sementara sejumlah kandidat lain sudah berbesar hati menerima kekalahan dan mengucapkan selamat kepada Risma.
Sejumlah komedi pun berlangsung dalam persidangan Mahkamah Konstitusi. Misalnya, ada sebuah toko roti bernama Risma yang dipermasalahkan sebagai kampanye terselubung, padahal toko tersebut sudah ada dan jadi langganan penyelenggara pemilu kampung jauh sebelum nama Risma terkenal. Sejumlah tuduhan lain juga bisa dimentahkan.
Tapi, Mahkamah Konstitusi lagi-lagi melukai warga Surabaya dengan mengabulkan tuntutan kubu Arif-Adies. Warga Surabaya disuruh mengulang proses pilwali di sejumlah daerah. Konyolnya, ada kecamatan yang tidak dipermasalahkan ke sidang, tapi ikut disuruh coblos ulang. Tentu saja, itu daerah-daerah di mana Risma mengalahkan Arif. Disinyalir, para kader Partai Demokrat di Mahkamah Konstitusi berada di balik keputusan kontroversial ini.
Meski tersinggung dianggap curang, warga Surabaya tetap menanggapi hal ini dengan kepala dingin. Tidak ada aksi anarkis apapun, sebagaimana mudah terjadi di berbagai daerah lain. Seusai pilwali ulang, terbukti posisi Risma tetap di atas Arif. Bahkan, angka selisih kemenangan diperbesar. Tidak ada lagi yang meragukan kemenangan jago PDI-P ini atas jago koalisi Partai Demokrat dan Golkar.
Beberapa hari silam, Risma dan Bambang DH resmi dilantik sebagai pemimpin baru Surabaya. Saatnya menjalankan kembali agenda untuk membangun kota. Sembari mengingat proses pilwali yang alot tersebut sebagai kemenangan semangat Arek Suroboyo. Selamat bekerja, Bu, Pak...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H