Tetapi sains selalu bisa memberikan fakta/bukti di masa sekarang secara empiris yang dihasilkan dari sebuah penelitian panjang ratusan tahun ke belakang dari generasi ke generasi.Â
Kita tidak bisa asal membenarkan atau menyalahkan sebuah teori atau hipotesis secara ngarang/sembarangan, kita harus punya bukti secara ilmiah. Kita juga tidak bisa menyalahkan sebuah hipotesis/teori yang sudah menjadi fakta. Kita juga tidak bisa memaksa para peneliti atau saintis mengeluarkan hipotesa atau teori semau kita.Â
Hingga pada akhirnya, hipotesis atau teori itu dapat dibuktikan berulang kali oleh peneliti yang berbeda, maka akan kemudian disebutkan sebagai fakta bahwa memang benar-benar ada atau terjadi.Â
Sementara dari sisi "kitab" (katalog ilmu pengetahuan), yang dulu hanya terbatas, makin hari ke depan akan semakin bertambah seiring dengan waktu. Seiring dengan kemampuan manusia untuk tumbuh, berkembang, dan belajar. Karena sifat kita sebagai manusia yang penasaran akan hal-hal baru.
Akhir kata, saya hanya mau menekankan bahwa kita tidak bisa memaksa ilmu pengetahuan memberikan kepastian hari ini apakah ruang angkasa itu terbatas atau tak terbatas. Kita masih berada di dalam dunia "observable universe" yang istilahnya work in progress, masih dalam penelitian.
Lalu apa tugas kita? Kita harus menjaga kesehatan dan menyemangati anak cucu kita untuk terus belajar dalam dunia yang mereka inginkan. Supaya generasi anak cucu kita mampu memberikan kontribusi terhadap negara dan dunia secara global.Â
Ekonom sekalipun juga secara tidak langsung memberikan kontribusi penelitian luar angkasa, karena mereka juga menciptakan iklim ekonomi yang baik hingga melahirkan projek-projek yang selama ini kita dambakan untuk eksplorasi luar angkasa.
Dipublikasikan juga di blog pribadi: https://mas-rdz.blogspot.com/2020/11/memahami-keterbatasan-kita-di-ruang.html.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H