Mohon tunggu...
Radityo Ardi
Radityo Ardi Mohon Tunggu... Lainnya - Cuma manusia biasa, banyak salahnya. Gimana donk?

Lewat 7 tahun lebih tinggal di Singapura. Banyak pelajaran, masih banyak juga yang harus dipelajari dari negeri yang disebut titik merah di peta oleh Habibie. Blog lainnya di https://mas-rdz.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Analis Sistem, Jenis Pekerjaan Masa Depan

17 Januari 2017   17:48 Diperbarui: 17 Januari 2017   18:42 5802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Sudah lama euy gue nggak nulis di Kompasiana.com. Mulai sekarang sampe beberapa tulisan ke depan, gue pengen bahas tentang Analis Sistem yang mungkin nggak banyak orang nyadar bahwa pekerjaan ini ada, tapi sebenarnya udah jadi satu paket dengan pekerjaan-pekerjaan yang kalian lakukan. Topiknya cukup gede, jadi bisa dibikin tulisan panjang dalam beberapa seri. 

Berbicara tentang Analis Sistem, mungkin nggak banyak orang awam tahu jenis pekerjaan ini. Bahkan gue ketik kata "Analis", kata ini nggak dikenali sebagai kata valid di Proofing Language editor favorit yang gue pake, yaitu Word. Tetapi pas ketik "System Analyst", keluar ribuan hasil pencarian di Google yang semuanya berkaitan dengan pekerjaan di bidang teknologi informasi (TI). Bahkan menurut Wikipedia, "System Analyst" jelas-jelas dikaitkan dengan TI secara gamblang. 

Apa itu Analis Sistem?

Tapi apa ya sebenarnya arti Analis Sistem (System Analyst) itu? Kalau lihat di kamus besar Bahasa Indonesia (kbbi.web.id), analis dapat diartikan orang yang menganalisis, atau melakukan analisis. Sedang sistem adalah susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas dan sebagainya. Atau dapat diartikan sebagai metode. Secara harfiah menurut pengertian gue sendiri, Analis Sistem adalah orang yang menganalisis atau melakukan analisis terhadap suatu metode atau susunan teratur yang sedang berjalan, untuk kemudian diperbaiki untuk menjadi lebih baik lagi. 

Mendengar arti kata Analis Sistem tersebut, apakah selalu berkaitan dengan TI? Ternyata nggak! Menurut gue, Analis Sistem bisa bekerja di mana saja, bahkan bisa berdiri sendiri sebagai perusahaan jasa, konstruksi atau bahkan freelance. Satu contoh di bidang transportasi publik yang sekarang ini sedang menjadi topik hangat di Indonesia, karena MRT sudah mulai dibangun dan Jakarta mulai memperbaiki sistem transportasinya. 

Pertanyaan pertama sebelum dimulai: bagian atau segmen atau area mana saja yang ingin diperbaiki (baca: di-improve)? Bagaimana sistem yang sekarang ini sedang berjalan?

Pemilik sistem (dalam contoh ini adalah pemerintah, atau badan terkait seperti departemen perhubungan, atau perusahaan pemilik bus, atau angkutan) bisa berbagi informasi mengenai sistem transportasi yang saat ini digunakan. Sistem transportasi adalah suatu sistem yang cukup besar, dan sebenarnya bisa dibagi menjadi beberapa unit sistem kecil lalu kemudian dianalisa. Ada banyak sub-sistem di dalam sistem transportasi publik yang bisa dideteksi, antara lain: sistem koneksi transportasi, sistem pembayaran (tarif), sistem interkoneksi antar moda transportasi, atau bahkan sistem shift pemandu transportasinya. 

Kita ambil contoh sistem pembayaran (tarif) angkutan di Indonesia dekade lalu. Ketika itu, belum ada sistem transportasi massal yang cukup bisa diandalkan. Sistem pembayaran tarif angkutan masih menggunakan model LTGB (bukan LGBT lho ya?) yang artinya Lu Taksir Gue Bayar. Maksudnya kernetnya menaksir jarak dari tempat penumpang naik hingga penumpang turun, terus kernetnya kasih tau tarifnya berapa segitu. Kewajiban gue donk bayar?! Kan gitu! 

Apa kelemahan sistem yang sekarang berjalan? 

Sebagai Analis Sistem, kewajiban dia untuk tahu apa kelemahan sistem yang dipakai sekarang. Contohnya, pemilik sistem (biasanya disebut sebagai investor, karena dia yang akan menanamkan modal untuk memperbaiki sistem yang berjalan sekarang ini) kesulitan mengetahui berapa banyak penumpang yang naik ke bus. Ngapain repot-repot pengen tahu gituan? Eih.... si pemilik sistem ini merasa ditipu kernetnya, karena kalo dilihat-lihat bus miliknya selalu penuh, tapi keuntungan seret karena setoran selalu kurang. 

Kurangnya setoran jadi berimbas kepada busnya susah upgrade ke yang baru-baru dan busnya jelek-jelek. Susah mau beli bus ber-AC, dan kalo ada kecelakaan juga sulit beli yg baru lagi karena ga ada duit. 

Apa yang bisa diperbaiki? 

Nah, ini yang sekarang ini sudah banyak diterapkan. Seperti TransJakarta, ketahuan seberapa banyak penumpang yang lewat di hari-hari biasa dan hari libur. Dan jalur mana saja yang "hot" (most popular) supaya bisa ditambahkan lagi armada baru melewati jalur itu. Bagaimana perbaikan sistem tarifnya? 

Pertama, menerapkan tarif per kilometer. Kalo orang jalan jaraknya dekat, bayar murah. Jarak jauh, ya bayar agak mahalan dikit boss! 

Kedua, menerapkan sistem moda bayar tambahan secara elektronik dengan kartu. Yang bayar cash ditukar pake kartu, yang pake kartu berlangganan bisa langsung dipake. 

Analis Sistem, Pekerjaan Impian di Masa Depan? 

Paling enggak bisa kenyangin perut lu! Dengan berkembangnya dunia pekerjaan saat ini, diramalkan akan ada banyak jenis pekerjaan yang akan punah atau bahkan sudah punah di berbagai negara maju contohnya seperti Singapura. Kebanyakan adalah pekerja kasar, seperti pekerja galian kabel (ini masih banyak di Indonesia) sudah digantikan seorang pekerja operator mesin bego (mesin keruk tanah). 

Pekerjaan lain yang merembet ke kepunahan adalah petugas imigrasi! Di Singapura sudah tidak ada petugas imigrasi yang menangani warga negaranya masuk dan keluar. Sistem ini sudah digantikan oleh mesin yang melakukan scan paspor dan sidik jari, kemudian melenggang otomatis. 

Analis Sistem diramalkan akan tetap menjadi pekerjaan abadi, setidaknya untuk 50 tahun ke depan. Selama manusia masih ingin memperbaiki diri, Analis Sistem akan datang membantu. Tunggu tulisan-tulisan gue berikutnya... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun