Mohon tunggu...
Raditya laksamana P.P
Raditya laksamana P.P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Antropologi di Universitas Airlangga

saya suka sekali berolahraga saya juga sebagai perwakilan dari kampus untuk bertanding di jenjang liga mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Batik Sarat Makna Para Pemimpin Dunia di KTT G20 Dikaji dengan Teori Adaptasi J.W.Bennet

29 November 2022   22:15 Diperbarui: 29 November 2022   23:30 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Definisi G20

G20 secara resmi dinamakan The Goup of Twenty (G20) Finance Ministers and Central Bank Governors atau yang bisa di sebut kelompok dua puluh menteri keuangan dan gubernur Bank Sentral. 

Kelompok ini terbentuk pad atahun 1999 sebagai kekuatan-kekuatan ekonomi maju dan berkembang untuk membahasa isu-isu yang ada di dunia. Pertemuan perdana G20 di laksanakan pertama kali di Berlin, 15-16 Desember 1999 yang menjadi taun rumah yaitu Jerman dan Kanada.

Latar belakang pembentukan dari forum ini berawal dari terjadinya krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1998 dan pendapat yang muncul pada forum G7 mengenai kurang kuatnya ekonomi jika negara-negara yang kuat dalam bidang perekonomian tidak ikut andil dalam membangun perekonomian, agar keputusan yang nantinya di buat dapat berpengaruh yang lebih besar. 

Sebagai forum ekonomi, G20 lebih banyak menjadi ajang saling kerja sama dan konsutasi untuk sistem moneter internasional. Terdapat pertemuan yang teratur untuk lebih mengkaji, meninjau, dan mendorong diskusi di antara negaraindustri maju dan berkembang mengenai kebijakan-kebijakan yang mengarah pada stabilitas keuangan internasional dan mencari peluang pemecahan masalah yang nantinya bisa diatasi bersama dengan negara-negara lainya.

Apa saja yang di highlight di G20 yang mengarah ke Batik 

Bisa kita ketahui di acara KTT G20 yang dilaksanakan di Provinsi Bali para pemimpin negara-negara semua mengenakan batik saat menghadiri gala dinner KTT G20 di Bali. Karena batik sendiri dapat dikatakan bisa menjadi salah satu symbol negara bangsa dengan begitu budaya batik sendiri tidak akan bisa termakan dengan era globalisasi. 

Presiden Negara Republik Indonesia Jokowi Dodo menjelaskan “batik indonesia merupakan warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi yang diakui UNESCO. Batik yang dipakai oleh para pemimpin sendiri bercorak dan berwarna itu juga jadi cindermata Indonesia untuk tamu-tamu penting.

Pengertian Budaya Batik 

Batik adalah hasil karya bangsa indonesia yang merupakan perpaduan antar senin dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia. Batik Indonesia dapat berkembang hingga sampai pada suatu tingkatan yang tak ada bandingannya baik dalam desain/motif maupun prosesnya. 

Corak ragam batik yang mengandung penuh makna dan filosofi akan terus digali dari berbagai adat istiadat maupun budaya berkembang di Indonesia. Motif batik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, motif adalah corak atau pola. Motif adalah suatu corak yang di bentuk sedemikian rupa hingga menghasilkan suatu bentuk yang beraneka ragam.

Teori Adaptasi Eksistensi Batik di G20

Eksistensi batik di acara G20 sendiri sangatlah tinggi karena banyak pujian yang dilontarkan dari berbagai macam negara tetapi juga ada beberapa komentar yang negatif dari beberapa netizen dimana kedepannya acara bisa memakai pakaian adatnya masing-masing dari negara. Namun, hal menarik dari tergelarnya acara G20 ini negara lain dapat mengenal batik, mengenakan pakaian batik, serta sebagai simbol bahwa batik milik Indonesia. 

Pada dasarnya manusia selalu beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Salah satu ilmuwan Antropologi, John W. Bennet pencetus teori ekologi budaya, dalam teori tersebut salah satunya membahas mengenai strategi adaptasi sosial budaya yang berkembang dari pemahaman yang bersifat evolusioner bahwa manusia berusaha adaptasi dengan lingkungan. Negara-negara yang menjadi anggota G20 berkesempatan untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan di Indonesia.

Penulis:

Raditya Laksamana Permana Putra-Antropologi-Unair

raditya.laksamana.permana-2021@fisip.unair.ac.id 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun