Mohon tunggu...
Raditya Dwi Prasetio
Raditya Dwi Prasetio Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Malikussaleh

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Senjata Tradisional Aceh Dan 5 Pilar Kemalikussalehan

9 Desember 2024   20:56 Diperbarui: 9 Desember 2024   20:56 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Senjata Rencong dan Peudeung

Bagi Mahasiswa adalah bagaimana mereka mampu mengonstruksi pengetahuan mereka danmengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus merusak nilai-nilai budayabangsa.  Dalam  kaitannya   dengan  konteks  masyarakat   demokratis, pendidikan  diharapkanmenjadi instrumen yang mampu menghasilkan warga negara yang bisa berperan aktif dalammenentukan bagaimana mereka bisa hidup bersama-sama di tengah masyarakat; bukan prosespendidikan   yang   justru   menimbulkan   narsisme,   kegelisahan,   perasaan   tidak   nyaman,penegasian,   dan   ketidaksadaran   terhadap   nilai-nilai   bersama.   mendeskripsikan   modelpendidikan   transformatif   yang   dianggap   menjadi   salah   satu   alternatif   untuk   merealisirmasyarakat   demokratis.   Pada tataran   ini,   pendidikan   dipandang   sebagai usaha sadar   danterencana  untuk mewujudkan  suasana  belajar dan proses  pembelajaran agar peserta didikmengembangkan   potensi   dirinya   untuk   menjadi   warga   negara   yang   memiliki   kekuatanspiritual-keagamaan,   pengendalian   diri,   kepribadian,   kecerdasan,   akhlaq   mulia   sertaketerampilan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

3.Mengembangkan pendidikan yang berwawasan global

Pendidikan  global  memegang  peranan  yang  sangat  penting   dalam  meningkatkan  kualitassumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas diharapkan mampu bersaing ditengah   era   globalisasi.   Era   globalisasi   membawa   tantangan-tantangan   baru   yang   harusdijawab oleh pendidikan. Perubahan global meminta perubahan di dalam pengelolaan hidupdan masyarakat  termasuk dalam bidang  pendidikan.  Perubahan  di dalam visi dan strategipendidikan   dalam   rangka   mempersiapkan   manusia-manusia   Indonesia   untuk   dapatmemberikan jawaban terhadap  tantangan  global  dan  peluang global  sudah  menjadi suatukeharusan.   Konsep   pendidikan   global   menekankan   pada   cara   berfikir   inklusif   ,   bila   taksekedar ingin memperluas informasi tentang keterkaitan global. Dengan pendidikan globaldiharapkan   kualitas   sumber   daya   manusia   akan   lebih   meningkat.   Pendidikan   tidak   lagiberpusat pada guru akan tetapi berpusat pada siswa. Sehingga output dari pendidikan akandapat ditingkatkan mutunya dan mampu bersaing di tengah era globalisasi. Perubahan globalyang sedang terjadi, telah merupakan suaturevolusi global (globalus) yang melahirkan suatu gaya hidup (a new life style). Karakteristikgaya hidup   tersebut ialah   kehidupan  yang   dilandasi  penuh   persaingan  sehingga  memintamasyarakat   dan   organisasi   di   dalamnya   untuk   membenahi   diri   mengikuti   perubahan-perubahan   cepat   yang   terjadi.   Perubahan-perubahan   global   tersebut   memberikan   tekanankepada setiap  organisasi. Apabila suatu  organisasi tetap mempertahankan  status  quo ataumenolak reformasi maka dia akan tertinggal di dalam bidang ekonomi, politik, hukum, dansudah pasti pula di dalam bidang pendidikan, telah merupakan suatu keharusan. Tekanan-tekanan tersebut melahirkan kata-kata kunci seperti produktivitas, efisiensi, competitive edge,dan berbagai macam peningkatan kinerja dan kualitas (Tilaar, 2002).  Untuk meningkatkanmutu   pendidikan   dan   meningkatkan   mutu   sumber   daya   manusia   Indonesia   agar   dapatbersaing  di era  globalisasi,  maka pendidikan global  sangat diperlukan. Pendidikan globalialah pendidikan yang dalam pelaksanaannya berdasarkan pada prinsip-prinsip pendidikanglobal, yaitu cara berfikir yang terkait, holistis, refleksi berorientasi pengalaman atau sejarah,orientasi pada aksi, harmoni sosial, serta tanpa kekerasan.

4.Membangun pendidikan yang cinta damai

Dalam membangun sikap yang cinta damai maka harus dimulai dari pendidikan sejak usiadini   karna   sikap   cinta   damai   sangat   diperlukan   dalam   kehidupan   kita   sebagai   manusia.Penanaman cinta damai  tidak bisa  secara langsung diberikan tanpa tahapan penting yangmenyangkut pemahaman tentang nilai-nilai perdamaian yang  bisa dimanifestasikan dalamkehidupan   sehari-hari.   Nilai-nilai   perdamaian   dalam   lingkungan   sekolah   juga   perluditanamkan   agar   anak   tidak   terbiasa   dengan   aksi   tawuran   untuk   melakukan   tindakan kekerasan. Menurut Eliasa (2016) arti damai berbeda menurut individu dan kelompok.Damai menurut   individu   adalah   ketenangan   jiwa,kesendirian,   kenyamanan   dan   kebahagiaan,ketenangan   pikiran,   dan   kebebasan   berpikir   sedangkan   damai   menurut   kelompok   adalah kebersamaan, harmonis, kerjasama yang baik.

5.Budaya akademis

budaya akademik (Academic Culture) dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat akademik di suatu lembaga pendidikan. Achmad Minhaji memberikan pengertian yang lengkap dan komprehensif tentang budaya akademik yang ia ambil dari berbagai sumber. Menurutnya, banyak kata dan istilah yang bisa menggambarkan budaya akademik, antara lain academic tradition (tradisi akademik), academic culture (budaya akademik), academic atmosphere (suasana akademik), academic standing (kedudukan akademik), academic freedom (kebebasan akademik), scholarly activities (aktivitas kesarjanaan), dan yang semacamnya (Akh. Minhaji, 2013: 8). Ia menegaskan bahwa tradisi akademik menyangkut banyak hal, tetapi dalam bahasa yang relatif

Kesimpulan

Fungsi utama Rencong dan Peudeung pada masa-masa itu adalah sebagai senjata, berbeda halnya setelah Indonesia merdeka. Keberadaan Rencong di tengah-tengah masyarakat Aceh telah bergeser fungsinya menjadi sebuah perhiasan yang terselip pada pinggang para penari Seudati yang menghiasi kegagahan gerak tari Seudati, terselip di pinggang pengantin pria pada saat berlangsungnya upacara pernikahan sebagai simbolisasi dari keberanian, ketangguhan, dan kejantanan dari lelaki Aceh dalam memimpin keluarga. Pun sebagai souvenir khas dari Aceh bagi siapa saja yang datang berkunjung ke Negeri Atas Angin ini. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun