Pada 01 Oktober 2022 kemarin, terjadi sebuah tragedi kelam dalam sejarah sepakbola Indonesia. Hari Sabtu tanggal 01 Oktober 2022, PT LIB menyelenggarakan pertandingan pekan 11 BRI Liga 1 yang mempertemukan antara Klub Arema FC Vs. Persebaya Surabaya. Laga tersebut dijadwalkan malam hari sekitar pukul 20.00 WIB.
Laga ini menjadi momentum Arema FC untuk mendapatkan kemenangan di kandang karena belum meraih kemenangan di kandang dalam 2 laga terakhir. Persebaya juga bertekad meraih kemenangan tandang dalam pertandingan bertajuk "Derby Jawa Timur". Kedua tim bermain dengan tensi tinggi dan panas.
Terbukti dengan adanya  4 gol yang terjadi di babak pertama, membuat skor imbang 2-2. Pertandingan berlanjut ke babak kedua. Para pemain Arema yang diharapkan mampu mencetak gol kemenangan harus sirna karena gol ketiga berhasil didapatkan oleh Persebaya sekaligus menjadi gol penutup di laga tersebut. Usai pertandingan, sorak Sorai dan nyanyian suporter berubah menjadi sebuah kericuhan.
Para suporter Aremania yang tidak bisa menerima kekalahan tersebut lantas mulai menyerbu masuk ke lapangan. Situasi yang buruk mulai terjadi saat beberapa suporter mulai menyerang petugas keamanan karena berusaha mengamankan keadaan tersebut. Para suporter masuk ke lapangan dengan tujuan ingin bertemu dengan para pemain Arema dan mempertanyakan permainan mereka "kenapa bisa sampai kalah?"
Aparat keamanan mencoba mengamankan suporter dengan cara persuasif. Namun, para suporter terus memberontak. Di tengah keadaan genting tersebut, petugas keamanan akhirnya mengambil keputusan untuk menembakkan gas air mata untuk membubarkan para suporter yang anarkis.
Melihat aksi petugas tersebut, para suporter yang berada di Tribun dan tidak turun ke lapangan langsung panik dan berusaha keluar dari stadion dengan upaya apa pun. Tragis, karena banyaknya penonton yang berusaha keluar dari Tribun membuat pintu keluar jadi tertutup oleh massa. Para penonton yang berusaha keluar jadi menumpuk di pintu keluar karena terjadi desakan para suporter.
Nasib naas banyak dialami penonton yang berusaha keluar, karena berdesakan hingga membuat beberapa orang kehabisan oksigen. Di samping itu ada juga penonton yang saling dorong, saling menjatuhkan, dan juga tidak sedikit penonton yang saling injak.
Akibat insiden tersebut, tercatat kurang lebih ada 127 orang yang tewas akibat kejadian naas tersebut. Selain menimbulkan korban jiwa, para suporter yang anarkis juga meninggalkan kerusakan di beberapa sisi stadion hingga merusak mobil petugas keamanan. Sungguh kejadian tragis yang tidak disangka-sangka.
Sebuah kejadian yang semua orang harap tidak pernah terjadi, benar-benar terjadi di depan mata. Sebuah pertandingan yang awalnya berjalan sportif, harus berakhir dengan kejadian yang sangat tragis. Sungguh, ini merupakan tragedi kelam yang terjadi sepanjang sejarah Sepakbola Indonesia.
Imbas dari kejadian ini, PT LIB akhirnya menunda seluruh pertandingan pekan 11 hingga satu pekan ke depan. Sungguh disayangkan bagi para penikmat sepakbola di tanah air, karena klub kebanggaan mereka tidak bisa bertanding akibat kejadian naas tersebut. Saya merasa bahwa tindakan anarkis para suporter Arema tersebut harusnya tidak dilakukan.
Karena dengan adanya kejadian ini, bukan hanya para suporter tidak berdosa yang kena imbasnya, tapi Klub, pihak penyelenggara pertandingan, hingga manajemen besar Klub pun juga kena batunya. Mereka harus memperbaiki sisi stadion yang rusak, membiayai para korban yang dirawat, belum lagi dikenakan sanksi yang berat oleh PSSI dengan denda dan juga tidak boleh menjadi tuan rumah selama liga 1 bergulir. Pertandingan sepakbola seharusnya dapat dinikmati menjadi sebuah hiburan, bukannya malah menjadi ajang tawuran.
Menang dan kalah itu sudah menjadi makanan sehari-hari para klub. Menang disyukuri, kalah diberi semangat. Itu salah satu suporter sepakbola sejati, selalu mendukung tim kesayangannya bertanding, meskipun menang ataupun kalah.
Saya berharap untuk liga Indonesia ke depannya dapat mengantisipasi kericuhan Suporter seperti ini agar tidak terjadi lagi nanti. Dan untuk PSSI sendiri, selaku pemegang sepakbola terbesar Indonesia, dapat memberikan sanksi yang seberat-beratnya kepada para oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut sehingga menimbulkan kerugian dalam persepakbolaan Indonesia. Ayo, kita ciptakan pertandingan sepakbola yang sportif dan saling menghormati.
Jangan lakukan kekerasan apa pun dalam pertandingan, karena itu hanya merugikan diri sendiri dan juga pihak lain yang bersangkutan. Jangan sampai liga sepakbola kita dicap rendah karena suporternya yang anarkis dan suka kerusuhan. Karena jati diri bangsa dapat dilihat dari prestasi olahraganya, terutama dalam bidang olahraga sepakbola.Â
#stopracism #fairplay
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H