Mohon tunggu...
Himawan Pradipta
Himawan Pradipta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Copywriter

Teknisi bahasa di perusahaan konsultasi teknologi di Jakarta Barat. Suka membaca, nonton film, dan berenang.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Rumah Serabi, Refleksi Kesuksesan UMKM Berkat Go-Food

30 Mei 2018   14:45 Diperbarui: 30 Mei 2018   16:18 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuliner. Sumber ilustrasi: SHUTTERSTOCK via KOMPAS.com/Rembolle

Tiba-tiba, saya bertanya mengapa Rumah Serabi tidak didaftarkan di Go-Food.

"Udah banyak Mas yang ngusulin, tapi istri saya bilang gak usah. Mending jualan begini saja. Lebih aman. Kelihatan pembelinya gitu lho." Ia terkekeh.

Saya pun menjelaskan bahwa masalah pembeli itu urusan si driver-nya. Memang, pembeli tidak kelihatan; yang kelihatan itu nilai mereka, yang diwakili oleh uang. Asalkan driver memberikan uang dan ada prodak dari toko yang keluar, tidak ada lagi yang perlu dirisaukan. Pembeli suka, toko punya pemasukan, beres! "Coba bayangin, Om," tambah saya. "Kalau basis pembeli toko udah besar di dunia nyata, kalo dijual lewat online pasti basisnya lebih gede, lebih luas. Siapa yang tau nanti ada yang beli dari luar kota, atau bahkan luar pulau, Om?"

Sejenak, ia sempat tertegun, tapi kembali mengikat plastik berisi kuah manis tak lama kemudian. "Nih, mas. Pesanannya," ia menyodorkan plastik bening. "Serabi dua bungkus, jadi dua lima."

Azan zuhur pun berkumandang.

***

SEBULAN KEMUDIAN

"Assalamualaikum!" kata saya di depan gerbang Rumah Serabi.

Tidak seperti yang saya harapkan, si "Tante" kali ini yang menyambut. Tanpa basa-basi, saya menanyakan keberadaan Om.

"Om-nya lagi ke Menteng, Mas," katanya dengan suara senyum.

Saya terkejut. Ternyata, Rumah Serabi sudah membuka cabang di kawasan Menteng. Tak hanya serabi, dia juga menjual berbagai kue kering dan asinan. Siapa yang sangka, ternyata toko milik pasutri asli Ciledug sudah mengembangkan sayapnya ke daerah lain dan memiliki gedung dan pekerja sendiri di sana. Tiap hari, sebelum azan zuhur berkumandang, sekitar pukul 11, Om pergi ke Menteng membawa jualan menggunakan mobil. Sementara ia pergi, Tante mengambil alih tempatnya, hitung-hitung sambil mengurus putrinya di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun