Mohon tunggu...
Himawan Pradipta
Himawan Pradipta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Copywriter

Teknisi bahasa di perusahaan konsultasi teknologi di Jakarta Barat. Suka membaca, nonton film, dan berenang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Narasi Si Mpok

31 Juli 2013   17:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:47 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Keesokan harinya, sewaktu ia sedang menyetrika, aku pun menghampirinya. Ia akhirnya terpancing untuk bercerita panjang lebar tentang mengapa ia bisa terlilit hutang itu. Ya Allah...sungguh Maha Besar Kuasa-Nya. Ternyata ia memiliki sangat banyak masalah yang aku sendiri tak pernah membayangkan bahwa itu akan menimpa dirinya. Klimaksnya, ia sedang mengalami problema serius dengan salah seorang anaknya. Anaknya selalu melakukan hal-hal yang tidak senonoh dan bahkan kriminal jika tidak mendapatkan apa yang ia inginkan. Bahkan, pernah satu momen anaknya itu ingin membunuh Mpok! Naudzubillahi min dzaalik. Di mana imannya? Aku tersungut dan ingin menjerit dalam hati. Sungguh sudah kotor hatinya.

Sebelum pakaiannya habis untuk digilas dengan mesin panas itu, ia melanjutkan ceritanya dengan isak-isak lembut, menahan air matanya yang hendak tumpah. Betapa perih hatinya, katanya, untuk menyaksikan hidup selama bertahun-tahun berada dalam kondisi yang mendera seperti itu. Aku mencoba untuk tetap tenang mendengarkan ceritanya. Lalu, ia mengakhiri narasinya dengan bertanya kepadaku:

"Gimana ya, Wan?" sambil memasang wajah tertekan yang membegitu.

"Mpok," kataku, "serahkanlah segala sesuatunya sama Allah." I was trying not to sound cliche, but keep on going anyway. "Serahkan segala sesuatunya sama Yang Maha Memberi Masalah, karena dari-Nya juga lah masalah itu bisa diselesaikan."

"Tapi, Wan...mpok udah coba doa segala macem, tetep aja besoknya kelakuan dia gak berubah..."

"Itu cobaan, Pok. Sekarang, Mpok sedang berada dalam titik jenuh yang kondisinya amat genting. Kuncinya adalah dengan berdoa. Karena doa itu kunci setiap makhluk." kataku.

"Emang kenapa, Wan, kalo doa? Kalo gak doa emang kenapa?" tanyanya.

Aku spontan mengernyitkan kening. Kaget bukan kepalang mendengar responsnya, dan ber-istighfar dalam hati, lalu melanjutkan, "Lho! Pok, doa seorang ibu terhadap anaknya, dan doa seorang yang dizalimi itu tidak ada penghalangnya lho sama Allah."

"Tapi, Wan--"

"Mpok! Dengerin. Mau seberapa keras hidup Mpok. Terus aja berdoa. Jangan putus. Usaha yang keras dulu, serahkan ke Allah, lalu minta yang terbaik. Pasti Allah akan beri jalan keluarnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun