Mohon tunggu...
Radinka Safira
Radinka Safira Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

copywriting, content writer and digital marketing enthusiasm

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hati-hati Kamar Berantakan Memiliki Dampak Negatif, Loh!

2 Agustus 2023   11:25 Diperbarui: 2 Agustus 2023   11:29 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber : freepik.com)

Pernahkah terjebak dalam situasi situasi di mana besok ada ujian atau presentasi di kelas, namun justru malah sibuk merapikan kamar atau rumah tanpa benar-benar belajar dan mempersiapkan materi? Atau mungkin Anda pernah mendengar ungkapan "merapikan rumah dapat menghilangkan stres"?

Ternyata, ungkapan tersebut benar adanya, loh!

Marie Kondo, juga dikenal sebagai KonMari, adalah seorang ahli konsultan tata ruang yang dalam bukunya berjudul "The Life-Changing Magic of Tidying Up" menjelaskan bahwa kondisi rumah yang berantakan dapat menyebabkan stres bagi penghuninya.

Kondisi lingkungan sekitar yang berantakan bisa berdampak pada pikiran yang kacau, menyebabkan stres karena merasa kewalahan, tidak nyaman, dan sulit berkonsentrasi. Efek negatif ini menciptakan pola pikir yang menyebar seperti efek domino. Ketika melihat kamar yang berantakan, kita merasa tidak nyaman, malas, kehilangan semangat, dan kesulitan fokus dalam bekerja atau belajar. Hal-hal inilah yang kemudian juga bisa menurunkan produktivitas kita.

Fenomena ini mengalihkan perhatian dari hal yang sebenarnya penting, seperti belajar atau bekerja. Pikiran kita merasa perlu untuk merapikan kamar, dan akhirnya fokus mental terpecah ke "aku harus merapikan kamar." Sebagai akibatnya, belajar atau pekerjaan sering terbengkalai.

"Kamar yang berantakan adalah cermin dari pikiran yang berantakan." -KonMari

Kebiasaan berantakan pada dasarnya adalah insting refleks untuk mengalihkan perhatian dari masalah yang sebenarnya, agar kita tidak perlu menghadapinya. Namun, ketika kita berhasil merapihkan kamar, kita terpaksa merenung dalam diri dan menghadapi apa yang sebenarnya harus diatasi dan hal-hal yang membuat kita khawatir.

Lalu bagaimana solusinya? Lakukan DECLUTTERING!

Langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan membuang barang atau yang disebut dengan decluttering. Dalam bukunya, KonMari menjelaskan bahwa proses decluttering metode KonMari ini bukan sembarang membuang barang saja, tapi membuang barang yang sudah tidak berguna dan barang yang tidak memberikan kebahagiaan. 

1. Membuang Berdasarkan Kategori, Bukan Ruangan

Saat merapikan rumah, lebih baik mengumpulkan barang berdasarkan kategorinya dan menyatukannya menjadi satu. Hal ini karena seringkali, barang-barang yang sejenis tercecer di beberapa tempat yang berbeda di rumah. Sebagai contoh, pakaian bisa ditemukan di kamar anak, kamar orang tua, atau bahkan di dapur dan gudang.

Dengan menyusun barang berdasarkan kategori, kita dapat menghindari pengulangan proses memilih dan menyimpan yang hanya akan membuang-buang waktu dan tenaga.

2. Jangan Memulai dari Barang Kenang-Kenangan

Saat memulai proses berbenah, hindari untuk terlalu fokus pada barang-barang bernilai sentimental seperti surat dan foto. Sebaiknya, sisihkan waktu untuk membuang barang kenang-kenangan tersebut di tahap akhir. Hal ini karena benda-benda sentimental biasanya sulit untuk dibuang karena terkait dengan kenangan emosional.

3. Membuangnya Semuanya Sekaligus!

Penting untuk melakukan decluttering dengan sungguh-sungguh dan tidak setengah-setengah! Jangan menyimpan barang-barang sebelum kita selesai membuangnya, dan pilihlah barang berdasarkan apakah itu membuat kita bahagia atau tidak. Jika barang tersebut membuat kita bahagia, simpanlah. Jika tidak, sebaiknya buang saja. Hal ini akan membantu kita tetap fokus pada proses merapikan tanpa merasa terbebani oleh penumpukan barang yang tidak dibutuhkan.

4. Orang Tua Jangan Sampai Melihat!

Saat berbena, terkadang orang tua bisa merasa sedih dan emosional melihat barang-barang yang dibuang. Mereka mungkin merasa bahwa barang tersebut masih berguna meskipun sebenarnya tidak lagi digunakan. Untuk menghindari konflik dan merasa bersalah, sebaiknya menyembunyikan barang-barang yang dibuang dari penglihatan keluarga. Hal ini akan melindungi perasaan mereka dan mencegah mereka mengambil kembali barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan.

Bagaimana? Kamar kamu masih berantakan atau sudah rapi? Kalau masih berantakan, yuk! bergegas rapikan kamar dan kembali produktif lagi!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun