Manusia Dalam Perpekstif Kristen
- Jawaban atas pertayaan, "Darimanakah manusia berasal?" itu penting untuk memahami siapakah manusia itu, namun jawaban itu tidak membritahukan segala sesuatu yang perlu kita ketahui. Kita masih bertanya makhluk yang bagaimana yang dijadikan oleh Allah ketika Ia menciptakan Manusia
- Terdapat berbagai cara yang dapat kita gunakan ketika kita berusaha membuat suatu defenisi tentang manusia. Salah satu diantaranya adalah menyelidiki apa yang dikatakan oleh alkitab tentang manusia. Kita mungkin akan menarik kesimpulan bahwa manusia pada dasarnya jahat; namun kita juga mungkin akan mendapati bahwa keadaan manusia kini berbeda dengan ketika dia baru diciptakan, serta bahwa telah terjadi sesuatu yang meyebabkan manusia berubah.
- Apabila kita memilih untuk meneliti apa yang digambarkan Alkitab tentang manusia, kita menemukan bahwa manusia dewasa ini berada di dalam kondisi yang abnormal. Manusia yang asli bukanlah manusia yang dewasa ini tampak dalam masyarakat di sekitar kita, Manusia yang asli adalah manusia adalah manusia yang berasal dari tangan Allah sendiri, tidak dirusak dosa dan kejatuhan. Dalam arti yang sesungguhnya satu-satunya manusia yang asli hanyalah Adam dan Hawa sebelum jatuh kedalam dosa serta Yesus Kristus. Semua orang yang lain merupakan contoh-contoh manusia yang telah tercemar dan rusak. Oleh karena itu, kita perlu memandang manusia dalam keadaanya yang mula mula dan memandang kristus bila kita ingin mengetahui dengan sebenarnya apa artinya sebagai manusia.
- Â
- Ayat-ayat Alkitab yang berhubungan
    Beberapa ayat Alkitab berbicara tentang gambar Allah. Rupanya yang paling terkenal adalah Kej 1:26-27.  Dalam ayat 26 terdapat pernyataan tentang rencana Allah; termasuk di dalam ayat ini terdapat dua istilah Ibrani yaitu "tselem" dan "Demuth" yang diterjemahkan secara berurutan secara berurutan sebagai "gambar" dan " rupa" Allah. Istilah yang pertama diulangi dua kali dalam ayat 27. Dalam Kejadian 5:1 terdapat ringkasan dari apa yang telah dilakukan Allah, " Pada waktu manusia itu diciptakan oleh Allah, dibuat-Nya lah dia menurut rupa Allah."penulis Kitab Kejadian ini kemudian menambahkan dalam ayat 2,"Laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.Ia memberkati mereka dan memberikan nama 'Manusia'kepada mereka."istilah yang dipakai disini .
Dalam Kejadian 9:6 pembunuhan dilarang karena manusia diciptakan menurut gamabr Allah,"siapa yang menumpahkan darah manuasia,darahnya akan tertumpah oleh manusia,sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.pernyataan tentang kelakuan manusia terhadap sesamanya ini dengan jelas dinyatakan setelah kejatuhan.perhatikan bahwa ayat tersebut tidak mengatakan bahwa manusia masih memiliki gambar Allah,tetapi hanyanlah bahwa Allah telah menciptakan manusia menurut gambar-Nya.Sekalpun demikian jelaslah bahwa apa yang sebelumya dilakukan Allah masih ada pengaruhnya juga,bahkan setelah kejatuhan manusia.Selain ini kita tidak menemukan rujukan yan terus terang dalam Perjanjian Lama tentang gambar Allah di dalam manusia,sekalipun terdapat dua ayat dalam Apokrifa yang menyebutkan hal ini,Kebijaksanaan Salomo 2:23 dan yesus bin sirakh 17:13
      Dalam Perjanjian Baru terdapat dua ayat yang merujuk kepada gambarbAllah dalam kaitan dengan penciptaan manusia.Dalam I Korintus 11:7 Paulus mengatkan"sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya:ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah.Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki."Paulus tidak mengatakan bahwa wanita adalah kemuliaan laki-laki sebagaiman laki-laki adalah kemuliaan Allah.Istilah yang dipakai adalah dan di Yakobus 3:9,berlandaskan pada kenyataan bahwa manusia diciptkan menurut rupa Allah,penulis mengutuk pemakaian lidah untuk mengutuk manusia,"Dengan lidah kita memuji Tuhan,Bapa kita ;dam dengan lidah kita menngutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah."juga terdapat semacam pikiran terhadap rupa Allah di dalam manusia yaitu dalam Kisah Para Rasul 17:28 sekalipun istilah tersebut tidak diakai secara tersurat,"Sebab didalam Dia kita hidup, kita bergerak ,kita ada,seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu,'Sebab kita ini dari keturuna Allah juga'
      Lagi pula terdapat beberapa ayat didalam Perjanjian Baru yang merujuk pada gambar Allah dalam hubugan dengan akhir perubahan hidup yang dialami oleh orang yang percaya lewat proses keselamatan. Rom. 8:29 mengatakan bahwa orang percaya diubah serupa dengan gambar anak-Nya, sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supanya Ia, Anak Nya itu menjadi yang sulung diantara banyak saudara. Dalam II Korintus 3:18 kita membaca, "dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka tidak terselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambrnya dan dalam kemuliaannya semakin besar". Dalam Efesus 4:23-24 Paulus menghimbau, "... supaya kamu dibaharui dalam roh dan pikiran mu, dan mengenakan manusia baru yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudussan yang sesungguhnya."
Pendapat Tentang Gambar Allah
- Pendapat yang substantif
Pendapat substantive dominan sepanjang sebagian besar sejarah teologi Kristen. Unsur umum dalam berbagai jenis pendapat ini ialah bahwa gambar Allah dikenal sebagai sesuatu ciri khas atau sifat tertenu didalam manusia. Ada kalangan yang beranggapan bahwa gambar Allah ini merupakan bagian dari susunan jasmaniah kita. Sekalipun pandangan ini tidak pernah tersebar luas, namun tetap bertahan sampai saat ini. Rupanya pendapat ini dilalandaskan pada suatu penafsiran yang harfiah dari istilah (tselem), yang dalam arti konkrit adalah "patung" atau "bentuk". Orang Mormon tampakya merupakan golongan yang paling mendukung pendapat ini bahwa gambar Allah itu bersifat Jasmaniah.
      Pendapat subtantif yang lebih umum tentang gambar Allah memisahkannya sebagai sesuatu sifat psikologis atau rohani dalam sifat manusia. Calon yang paling disenangi dalam hal ini adalah akal budi. Terdapat sejarah yang panjang tentang anggapan bahwa ciptaan-ciptaan Allah yang lain. Bahkan, manusia secara biologis digolongkan sebagai Homossapiens makhluk yang berpkir. Ada berbagai cara untuk memahami akal di bawah pengaruh Platonisme akal dianggap sebagai perenungan abstrak. Dengan diterimya Aristotelianisme dan oleh Thomas Aquinas dan kawan-kawan, akal dianggap sebagai lebih bersifat empiris dan Ilmiah. Dalam aspek kognitifnya yang berkenan dengan otak besar inilah manusia yang paling mirip dengan Allah.
      Origenes, melihat gambar Allah sebagai sesuatu yang langsung diberikan pada saat diciptakan, sedangkan keserupaan baru kemudian diberikan kemudian oleh Allah. Bagaimana pun juga, Ireniuslah yang membedakan diantara gambar dan rupa, suatu pendapat yang diikuti oleh  para pakar teolog waktu beerapa waktu.  Gambar yang dimaksud oleh Ireneus adalah bahwa Adam memiliki akal dan kehendak bebas; yang dimaksud dengan rupa semacam karunia adi-kodrati yang dimiliki oleh Adam oleh tindakan Roh. Menurut pandangannya, Adam seperti anak kecil tidak bersalah dan belum berkembang. Lewat proses yang panjang dalam hal mengambil keputusan, dengan memakai kehendak bebas (Free Will) yang dengan ia telah diciptakan, Adam bertumbuh sebagaimana ia dikehendaki oleh Allah, yaitu memiliki kebenaran yang telah berkembang penuh. Sebagai mahkluk yang masih kanak-kanak keserupaan Adam dengan Allah masih merupakan embrio. Bagaimanapun juga, ketika Adam jatuh kedalam dosa, Adam kehilangan keserupaannya, sekalipun gambar masih setidaknya sampai taraf tertentu.
      Luther menegemukakan pandangan uniter tentang gambar Allah. Semua aspek dari gambar Allah di dalam manusia telah tercemar; yang tersisa hanyalah puing-puing dari gambar tersebut. Peninggalan ini bukan lah sifat-sifat atau kekuatan-kekuatan tertentu yang tetap utuh dibandingkan degan yang lain yang hilang sama sekali. Peca-pecahan dari segala sesuatu segala sesuatu yang semulanya merupakan keserupaan dengan Allah yang tertinggal, tetapi hanya sebagian kecil dari bentuk yang asli.  Satu- satunya ayat yang agak sukar bagi Luther Kej 9:6. Dengan kata lain, Luther mau mengatakan setelah manusia tercemar dengan dosa, manusia sudah mengalami kerusakan moral yang amat dasyat.
Luther kemudian menafsirkan ayat ini bahwa gambar yang tidak tercemar itu masih ada sebagai maksud Allah bagi manusia, tetapi secara actual gambar tersebut tidak hadir dalam manusia. Calvin menolak pandangan skolastik yang dualistis dan sebagai gantinya menyatakan bahwa ada peninggalan dari gambar itu didalam manusia sesudah jatuh. Itulah sebabnya, masih ada peniggalan pengetahuan tetang diri kita, kita jadi bisa mengenal Allah karena kita telah diciptakan menurut gambarnya. Demikian pula sebaliknya, kita mengenali diri sendiri denagan membandingkan diri kita dengan kesucian Allah, sekalipun segala sesuatu, sampai batas tertentu, menunjukkan gambar Allah, manusia mewujudkan nya secara khusus, Terutama dalam kemampuannya untuk berpikir.
      Semua pendapat subtantif yang telah kita bahas, dengan gambaran mereka yang sangat berbeda tentang sifat gambar Allah itu, setuju dalam satu hal: tempat gambar Allah tersebut. Gamabar Allah terdapat didalam manusia, itu suatu sifat atau kekuata yang tinggal dalam wataknya. Sekalipun Allah mengaruniakan gambar itu pada manusia, gambar itu tinggal dalam dirinya, apakah ia mengakui adanya Allah dan karnya-Nya atau tidak.
Pendapat yang Relasi
      Banyak teolog modern tidak memandang gambar Allah sebagai sesuatu yang tinggal di dalam manusia. Sesungguhnya, mereka biasanya tidak bertanya siapakah manusia itu ada sifat apakah yang dimilikinya. Sebaliknya, mereka berpikir tentang gambar Allah sebagai mengalami sebuah hubungan. Manusia dikatakan sebagai ada di dalam gambar Allah atau mewujudkan gambar Allah pada saat ini berada dalam suatu hubungan tertentu. Sesungguhnya, hubungan itulah gambar Allah
      Tokoh yang telah banyak meyoroti pendapat ini adalah Emil Brunner. Brunner memperhatikan bahwa manusia adalah fenomena yang teramat kompleks. Kita perlu sebuah kunci untuk menguraikan fenomena yang bermacam-macam ini. Brunner mengusulkan Firman Allah sebagai kunci yang di perlukan, bukan saja secara epitemologis. Namun juga secara ontologis. Maksudnya, bukan saja kit mengetahui dari Firman Allah apa yang dimaksudkan dengan apa gambar Allah itu; Firman Allah itu sendiri menjadikan manusia gambar Allah! Bukan saja pengertian kita tentang manusia seharunya dibentuk oleh apa yang dikatakan di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tentang manusia, tetapi hanya ketika kita beriman kepada Yesus Kristus kita benar memiliki gambar Allah sehimgga dengan demikian dapat mengerti diri kita sesungguhnya.
      Brunner membedakan antara dua pengertian gambar Allah yang formal dan yang material. Gambar Allah yang formal disebut humanum , yang dijadikan orang itu manusia, yang membedakan antara manusia dan hewan. Gambar Allah yang formal adalah susunan manusia sebagai mahkluk yang rasional, bertanggung jawab dan bebas. Manusia sebagai orang yang berdosa tidak lah kehilangan aspek gambar Allah ini. Menurut Brunner, gambar Allah dalam arti formal ini tidak tercemar sama sekali.
      Pengertian material dari gambar Allah jauh lebih menarik perhatian Brunner. Brunner mengemukakan bahwa Allah menciptakan semua mahluk yang lain dalam keadaan yang sudah selisai.  Mahluk-mahluk tersebut diciptkan sesuai dengan peranan yang harus mereka miliki dalam rencana Allah dan mereka tetap dalam keadan itu. Dipihak lain,manusia terus dikerjakan olqh Allah.Allah tidak menciptakan manusia dalam keadaan yang sudah jadi,sudah selesai.Sebaliknya Allah sedang menghasilakan di dalam manusia "perwujudan material"dari kebebasan tanggung jawab serta keadaan dapat dipertanggungjawabkan yang telah diterima oleh manusia dari Allah.Adalah tindakan menanggapi,hubungan dengan Allah,yang yang menyusun aspek material dari gambar Allah di dalam manusia,Allah sebenanya megatakan kepada manusia,"kamu adalah milik-Ku,"manusia telah dikaruniai dengan kemampuan untuk diajak bicara,serta kebebasan untuk memberi tanggapan,adalah gambar yang formal.Ketika manusia benar-benar menanggapi Allah dengan mengatakan,"Ya aku milik-Mu"maka asoek material dari gambar Allah itu juga ada.
      Kita seharusnya tidak menarik kesimpulan bahwa gambar Allah itu substantif,sebagaimana dikatakan Brunner adalah structural. Bruner mengemukkan bahwa aspek formal pun tidak struktural;melainkan berkenaan dengan hubungan. Berada dalam gambar Allah yang formal berarti bahwa manusia  bertanggug jawab di hadapan Allah,karena itu gambar Allah berkenaan dengan hubungan.Bahkan,ketika manusia berbalik dari Allah,sehinnga dengan demikian kehilangan gambar Allah dalam aspek materialnya,manusia tetap berada"di hadapan Allah."Manusia masih memilki tangguang jawab;ia tetap makhluk manusiawi.berada dalam gambar Allah yang berarti "berada dalam Firman"Allah.Inilah pemakaian istilah gambar Allah dalam Perjanjian Baru.Rasanya tidak perlu dikemukakan bahwa pengertian material dari gambar Allah bersifat dinamis dan berkenaan dengan hubungan.bukan bukan statis dan substantive.
      Brunner memakai sebuah analogi sebuah cermin untuk menjelaskan perbedaan aspek formal dengan aspek formal dengan aspek material dari gambar Allah. Brunner meyamakan aspek ini dengan bayangan dibuah cermin. Ingatlah bahwa bayangan tersebut tidak terdapat tidak terdapat secara permanen pada permulaan cermin itu karena kita sedang berbicara tentang sebauh cermin, bukan sebuah foto. Pada sat cermin itu diarahkan kepada cahaya, maka cerminitu akan menentukan sinar tersebut; cermin itu bukanlah sumber cahaya dan juga tdak memiliki cahaya sendiri. Demikian pula, pada saat kita menghadap Allah, kita sepenuhnya mencerminkan gambar-Nya. Akan tetapi, bila cermin tidak diarahkan kepada cahaya untuk memantulkan cahaya itu, cermin tersebut masih berkaitan dengan cahaya tersebut. Memang permukaan cermin tidak diarahkan pada sumber cahaya. Tetapi cermin itu tetap berada dihadapan sumber cahaya. Dengan cara yang sama manusia tetep memperhatikan aspek formal dari gambar Allah. Manusia tetap berdiri dihadapan Allah. Sekalipun ia seoarang berdosa yang mendurhaka dan menolak Allah, manusia tetap bertanggung jawab kepada Allah. Manusia tetap makhluk yang insani.
      Karl Barth juga menganut pendapat yang relatif tetap gambar Allah. Bila kita berbicara tentang pandangan teologis Karl Barth tentang pokok apa saja, adakah perlu untuk membedakan antara berbagai periode dari perkembangan teologis beliau. Pada periode yang mula-mula Barth tidak memakai ungkapan "gambar Allah,"namun beliau berbicara tentang kesatuan antara Allah dengan manusia yang mirip dengan kesatuan ibu dengan janin yang ada  dalam kandungannya. Kesatuan telah hilang sejak kejatuhan manusia di dalam dosa.Betapapun adalah agak menyesatkan bila mengatakan bahwa kesatuan ini hilang sejak kejatuhan di dalam dosa, karena kejatuhan tersebut bukanlah suatu peristiwa sementara yang terjadi pada saat tertentu dalam sejarah umat manusia.
      Barth berpendapat kita belajar  tetang manusia dengan meneliti Kristus.bukan manusia, dinyatakan, Dia adalah sumber pengetahuan kita tentang sifat manusia ketika diciptkan oleh Allah. Yang dimaksud bukan bahwa kita dapat menyamakan sifat manusia sebagaimana kita mengetahuinya didalam diri kita dengan sifat manusiawi Yesus.  Terdapat perbedaan- perbedaan yang penting karena sifat manusiawi Yesus adalah adalah sifat manusiawi sebagaimana seharusnya. Hanya dari pernyataan saja kita dapat mengetahui manusia sebagaimana ia diciptakan dan Yesus merupakan bentukpenyataan yang paling sempurna. Kita dapat menentukan sifat manusia berdasarkan beberapa dasar independen dan dengan demikian kita menegetahui sebagagaimana sifat Yesus. Justru sebaliknya, didalam Dia(Yesus) kita mengetahui sifat manusia yang aslinya itu.
      Apanya yang khas tentang kemanusiaan Yesus? "Dia adalah yang untuk lain". Bila  Yesus adalah untuk orang lain pastilah ada kesamaan diantara Yesus dengan orang lain. Tidak terdapat perbedaan yang total anatara Yesus dengan orang lain. Diantara mereka semua terdapat kemanusiaan yang sama sehingga membuat mereka mampu membuat hubungan perrjanjian dengan Allah. Manusia Yesus memiliki kemanusiaan ini  dalam bentuk murni. Dia adalah gambar wujud Allah sepenuhnya. Adanya gamabar Allah dalam diri kita, yang menjadikan kita menjadi manusia melibatkan 4 butir pemikiran :
- Kita memandang sesama kita sebagai sesama manusia
- Kita berbicara dan mendengar satu sama lain.
- Kita membantu sama lain
- Kita melakukanya dengan senang hati.
Sekalipun pernah ada perbedaan tajam sekali diantara Barth dan Brunner, kemudian pandangan kedua tokoh ini makin terpadu. Kedua tokoh pandangan relasi ini kemudian meyetujui beberapa prinsip:
- Gambar Allah da sifat manusia paling baik dipahami lewat penelitian pribadi Yesus Kristus, bukan sifat manusia.
- Pengertian gambar Allah kita peroleh dari pernyataan illhai
- Gambar Allah tak dapat dipahami dari sifat structural didalam diri manusia; Â gambar Allah bukanlah sesuatu yang adalah manusia atau yang dimiliki manusia. Sebaliknnya gambar Allah itu merupakan hubungan seseorang dengan Allah; itulah sesuatu yang dialami manusia.
- Hubungan manusia dengan Allah, ,mewujudkan gambar Allah, disejajarkan oleh hubungan antara manusia dengan sesamenya
- Gamabar Allah sifatnya universal; dapat ditemukan dalam gambar dapat ditemukan di dalam semua orang diman saja dan kapan saja. Oleh karena itu, gambar Allah juga terdapat didalam manusia yang berdosa.
Pendapat Fungsionl
      Pandangan ini mengatakan bahwa gambar Allah bukanlah sesuatu yang berada di dalam manusia, bukan pula pengalaman tentang hubungan dengan Allah atau dengan sesama  manusia.  Sebaliknya, gamabar Allah ialah sesuatu yang dilakukan oleh manusia. Gambar Allah merupakan sebuah fungsi yang dilaksanaknan oleh manusia, dan yang paling menonjol ialah pelaksanaan penguasa atas ciptaan Allah. Gagasan ini dikemukakan oleh jemaat di Socinia dan dicantumkan didalam Katekismus Racovian mereka. Sebagaimana Allah adalah Tuhan atas seluruh ciptaan, maka manusia mencerminkan gamabar Allah dengan melaksanakan kekuasaan atas bagian dari ciptaan Allah. Gambar Allah sebenarnya adalah gambar Tuhan.
       Bagian kedua yang menunjukkan hubungan erat antara gambar Allah di dalam manusia  dengan pelaksaan kekuasaan manusia adalah Mazmur 8:6-7 "Namun engakau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, yang telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala- galanya Kau letakkan dibawa kakimu.
Para Penafsir pada umumnya cukup puas dengan pendapat bahwa Mazmur 8 sangat tergantung pada Kej 1.yang mereka kemukakan adalah daftar mahluk ciptaan Allah dalam Mazmur 8 :8-9, binatang-binatang di padang, burung-burung di udara, dan ikan-ikan di laut. Kesimpulan yang kemudian ibuat adalah bahwa ayat 6 adalah sama dengan penyataan dalam Kejadian 1 bahwa manusia di ciptakan menurut gambar Allah. Â Â Â Â Â
      Sigmund Mowinckel mengatakan keserupaan dengan Allah dalam manusia menurut Mazmur 8 terdiri terutama kedaulatan dan kekuasaan manusia atas segala sesuatu, yaitu di dalam kemuliaan dan hormat'-Nya yang mirip Allah dan tidak dimiliki oleh mahluk lainnya. Norman Snaith menegaskan secara Alkitabiah, intilah 'gambar Allah' tidak ada sangkut paut dengan moral atau idaman tertentu, intilah ini hanya merujuk kepada kekuasaan manusia atas dunia serta segala isinya. Istilah ini tidak sama sekali meyinggung sifat Allah, melainkan segala sesuatu sebagai fungsi manusia. karya Leonard Verduin  yang berjudul Somewhat Less than GOG ; yang dengan tegas sekali menegemukakan," kembali pengertian kekuasaan menonjol sebagai ciri utama. Bahwa manusia mahluk ciptaan yang ditugaskan untuk mempunyai kekuasaan dan sebagai mahluk demikian dia merupakan dgambar Penciptanya- itulah pokok kisah ppenciptaan dalam kejadian 1, Kita basal-usul.
      Â
                  Evaluasi Tentang Pendapat-pendapat Tersebut
      Kini kita perlu mengevaluasi tiga pendapat umum tentang gambar Allah tersebut. Kita akan mulai dengan pendapat begitu Tradisional, yaitu pengertian tentang gambar Allah sebagai hubugan dan sebagai fungsi.
      Pendapat yang relasi dengan tepat sekali mencekam keberan bahwa hanya manusia saja, diantara semua mahluk lainnya, yang mengenal dan secara sadar berhubungan dengan Allah. Gambaran mengenai manusia di Taman Eden memberikan kesan bahwa Allah dan manusia biasanya bersekutu. Jelaslah bahwa manusia diciptakan bukan untuk menjadi sebuah karya seni saja, sebuah patung yang menunjukkan kreativitasan dan kebijaksanaan Allah. Manusia dijadikan untuk memenuhi maksud khusus Allah bagi dirinya.
      Terdapat beberapa persoalan yang berkaitan dengan pendapat bahwa gambar Allah itu selurunya merupakan masalah yang relative saja. Sala satu persoalan itu adalah universalitas gambar tersebut. Dalam arti bagaimakah orang yang sama selaki acuh tak acuh terhadap Allah, dan bahkan memusuhi serta mendurhaka kepada- Nya, masih dapat dikatakan gambar Allah ?
Brunner berusaha untuk menjawab prtayaan ini degan menunjukkan bahwa masih ada hubungan, yaitu seseorang senantiasa berada di hadapan Allah. Akan tetapi jawaban ini sangat kurang memuaskan karna kurang mempunyai dasar yang alkitabiah
Berbagai Kesimpulan Tentang Sifat Gambar Allah
- Gambar Allah adalah sesuatu yang universal di dalam seluruh umat manusia. Saat ini kita memperhatikan bahwa manusia universal yang pertama, Adam, dan yang bukan sekadar sebagian dari umat manusia, telah diciptakan menurut gambar Allah. Perhatikan pula bahwa larangan-larangan untuk membunuh (Kej 9:6) serta mengutuk (Yak 3:910) berlaku untuk semua orang. Tidak ada pembatasan larangan-larangan ini yang dilandaskan pada keyataan bahwa manusia diciptakan menurut gambar Allah.
- Gambar Allah tidak hilang sebagai akibat dosa atau khususnya setelah jatuh kedalam dosa.
- Tidak ada petunjuk khusus bahwa gambar Allah itu terdapat dalam kadar yang lebih besar didalam seorang daripada kadar gambar Allah di dalam diri orang lain. Mis, kecerdasan yang tinggal, bukan merupakan bukti-bukti adanya kadar gambar Allah yang lebih tinggi.
- Gambar Allah ini tidaklah berkaitan dengan variable apapun. Mis, tidak ada petunjuk langsung yang mengaitkan gambar Allah dengan berkembangnya hubungan, juga tidak membuatnya bergantung pada penggunaan penguasaan.
- Mengingat pertimbangan-pertimbangan sebelumnya, gambar Allah hendaknya dipahami sebagai sesuatu yang terutama substantive atau strukural. Gambar Allah adalah sesuatu di dalam watak manusia itu sendiri, di dalam cara penciptaan manusia. Gambar Allah menunjuk kepada manusia sebagai mana adanya dan bukan sesuatu yang dimilikinya atau dilakukannya.
- Gambar Allah menunjuk kepada unsur-unsur dalam susunan manusia sehingga manusia mampu memenuhi panggilan hidupnya. Gambar Allah ialah kekuatan-kekuatan kepribadian yang menjadikan manusia, seperti halnya Allah, mampu berinteraksi  dengan pribadi yang lain, mampu berpikir dan berenung, serta kehendak dengan bebas.
Kita kemudian harus bertanya mengapa manusia di ciptakan menurut gambar Allah. Dalam penerapan actual apa artinya diciptakan menurut gambar Allah? Â Apakah maksud Allah bagi manusia di dalam hidup ini? Â Dalam menjawab pertanyaan ini pendapat funsional dan relasi sangatlah membantu kita karena kadua pendapat tersebut diarahkan untuk memahami akibat atau manifesi atau gambar Allah. Watak atau tindakan Yesus merupakan penuntun yang baik dalam hal ini karena Yesus teladan yang sempurna jadi bagaimana seharusnya watak manusia itu:
- Yesus memiliki persekutuan yang sempurna denangan Allah Bapa.
- Yesus menanti kehendak Bapa dengan sempurna.
- Yesus senantiasa memeperlihatkan kasih yang kuat terhadap manusia
 Implikasi Ajaran ini
- Kita adalah milik Allah. Sekalipun keyataan bahwa bahwa kita ini adalah gambar Allah yang artinya beberapa sifat Allah juga kita miliki (setidak-tidaknya dalam taraf terbatas), keyataan tersebut merupakan pengingat yang lebih kuat lagi bahwa kita semua adalah milik Allah. Dorothy Sayers telah mencamkan dan David Cairs telah menemukakan pendapat bahwa sekalipun istilah "Gambar Allah" tidak muncul, namun itu penting untuk memahami sepenuhnya Markus 12:13-17.
- Kita harus mengikuti teladan Tuhan Yesus yang merupakan penyataan paling sempurna menegenai gambar Allah itu. Yesus adalah gambar Allah sepenuhnya, dan Dia pun satu-satunya manusia yang tidak pernah dicemar oleh dosa
- Kita hanya mengalami kemanusiaan sepenuhnya apabila kita berhungan secara benar dengan Allah.
- Ada yang baik di dalam belajar dan bekerja. Penggunaan kekuasaan merupakan akibat dari gambar Allah.
- Manusia sangat berharga. Kesucian hidup manusia merupakan prinsip yang sangat penting dalam susunan Allahbahkan setelah kejatuhan manusia kedalam dosa, pembunuhan masih dilarang; dan alasan yang diberikan adalah bahwa manusia diciptakan menurut gambar Allah (Kej 9:6).
- Gambar Allah adalah sesuatu yang universal dalam umat manusia. Universalitas yang dimaksud bahwa manusia memiliki martabat, memiliki kepekaan terhadap hal-hal rohani dll.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H