*Untuk yang masih ragu menentukan pilihan, semoga tulisan ini bisa membantu :)
---
Saat ini saya tiba pada sebuah titik di mana menjadi relatif dekat dengan Pak Prabowo sebagai pemimpin Partai Gerindra dan PakAnies sebagai orang yang diberi tiket menjadi cagub oleh Partai Gerindra.
Paramater kedekatannya adalah hanya jeda 1 kali jika bersalaman dengan –sebutlah nama mereka adalah– siA yang sangat dekat dengan Pak Prabowo dan si B yang sangat dekat dengan Pak Anies. Jika saya bertemu si A atau si B dan kemudian saya titipkan sesuatu, maka hampir dipastikan sesuatu yang saya titipkan itu akan sampai kepada beliau berdua karena hampir setiap hari si A dan si B tadi bertemu mereka.
Dari si A dan si B tadi saya mendengar banyak cerita tentang Pak Prabowo dan Pak Anies. Juga masih ada si C, D, E, F, dst yang juga memiliki kedekatan dengan beliau berdua seperti si A dan si B tadi. Maka dari cerita-cerita saya tau bahwa:
Pak Prabowo senang memberi kesempatan
Jika jeli dan pernah melihat kegiatan beliau di beberapa kesempatan, coba perhatikansiapa yang ada di sekelilingnya. Selain pejabat struktural dan simpatisan partai, di sekitaran Pak Prabowo ada banyak anak muda. Saya pernah jadi bagian dari itu ;).
Pak Prabowo senang berdiskusi dengan anak-anak muda dan memberi mereka fasilitas untuk berkembang. Beberapa ada yang disekolahkan, ada yang diberi kesempatan, ada yang diberi tempat untuk berkarya. Bahkan Tentara dan Polisi yang sudah kena desersi pun masih dibina dan diberdayakan.
"Beliau yakin bahwa setiap orang punya akan jadi lebih baik jika diberi kesempatan.”
Pak Anies Baswedan
Pertemuan pertama saya dengan beliau terjadi tahun 2012. Saat itu beliau mengisi seminar yang diadakan oleh tempat saya bekerja setahun setelah seminar itu berlangsung, saya tulis di sini. Setelahnya saya diberi tahu cerita di balik layar tentang seminar itu.
Setelah seminar selesai, Pak Anies bersiap menuju bandara untuk langsung pulang ke Jakarta. Sebelum masuk ke dalam mobil yang mengantar, beliau diberi goody bag oleh panitia yang isinya adalah sertifikat, beberapa hal lain dan juga amplop. Selanjutnya goody bag diambil tapi amplopnya dikembalikan. Padahal itu wajar saja jika beliau ambil. Anggap saja fee sebagai pembicara.
“Untuk hal-hal yang baik, beliau rela tidak dibayar.”
Saya mengangumiPak Anies Baswedan. Saya terkesima dengan kemampuannya dalam menyusun kata menjadi kalimat hingga menyampaikannya dalam bentuk verbal yang runut. Saya pun tergugah dengan tulisan-tulisannya.
Indonesia Mengajar
Saya mendaftar dan diterima sebagai Pengajar Muda 8. Selain karena gagasan tentang pendidikan, saya akui ada faktor “Pak Anies” yang membuat saya ikut mendaftar. Saya ingin bertemu beliau seperti angkatan yang sudah-sudah. Namun setelah diterima, Pak Anies malah mundur sebagai Ketua Yayasan Indonesia Mengajar (ada banyak berita, googling saja dengan kata kunci “Anies mundur dari Indonesia Mengajar).
Pak Anies secara sadar tidak ingin memanfaatkan potensi alumni dan lingkaran relawan Indonesia Mengajar demi tujuan Politiknya. Pun begitu, walaupun tak dilibatkan, Indonesia Mengajar yang telah menjadi bagian dari rekam jejak Pak Anies tetap tabao rendong kalau kata orangMinang. Terbawa-bawa padahal tidak dibawa dalam pentas Pilgub DKI. Wajar saja, rekam jejak tak bisa dihapus, bukan?
Pak Anies dan Pak Prabowo
Yang saya tau dari si A, Pak Anies tidak pernah meminta untuk menjadi Calon Gubernur. Ketika akhirnya Pak Prabowo memilih Pak Anies ketimbang Pak Sandi sebagai Calon Gubernur, Sak-Gerindrapun tak terima dan kurang bersimpati. Karena faktor rekam jejak Pak Anies yangada di “kubu seberang” saat pilpres 2014.
Namun bagi Pak Prabowo itu tak jadi soal. Kata beliau, “Dalam perjuangan besar bagi bangsa dan Negaramu, tidak boleh ada ruang untuk perasaan pribadi,” begitu kata Pak Prabowo berdasarkan cerita si A.
Seperti kata Bang Napi yang dulu pernah tenar di RCTI, “kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat, tapi juga karena kesempatan.” Maka pembuktianpun hanya bisa terjadi jika ada kesempatan. Seperti Pak Ahok yang dulu telah diberikan kesempatan oleh Pak Prabowo untuk menjadi Cawagub dari Gerindra. Sehingga hari ini Pak Ahok bisa berkata “kami sudah memberi bukti”. Mungkin jika Pak Anies diberi kesempatan, pada akhirnya beliau bisa beri bukti jauh lebih baik dibanding Pak Ahok.
“Pembuktian bisa terjadi jika ada kesempatan”
Toh dulu tak ada yang tahu kalau nantinya Pak Ahok akan bersinar seterang Tjahaja Purnama seperti ujung namanya. Tapi yang saya tahu dari si A bahwa Pak Prabowo punya intuisi yang tepat dalam mengambil keputusan. Dan saya yakin Pak Anies adalah pilihan yang tepat, seperti tepatnya pilihan beliau saat dulu memberi kesempatan kepada Pak Ahok. Dan tentu saja Pak Prabowo sudah pertimbangkan dengan matang karena firtah manusia tak ada yang ingin gagal 2 kali.
Jika mau jujur, kinerja Pak Ahok adalah baik terutama dalam pembangunan fisik di Jakarta. Namun makin ke sini semakin banyak energi, tenaga, dan biaya yang terkuras untuk mengurusi Pak Ahok.
Kantor saya terletak tidak jauh dari Gedung Kementrian Pertanian. Gedung yang menjadi tempat digelarnya sidang kasus yang sedang dijalani Pak Ahok. Setiap kali sidang berlangsung, pihak keamanan sudah bersiaga sejak malam. Pada siang hari jalanan ditutup hingga sidang selesai. Dampaknya, jalanan di sekitar menjadi macet dan dampak lain yang tidak baik.
*Jadi, seperti hubungan, jika lebih banyak tidak baiknya maka apa gunanya dipertahankan ;).
*Jadi jika ada yang baru dan terlihat lebih baik, apa salahnya dicoba.
*Jadi, mari kita beri Pak Anies kesempatan.
*PS: untuk yang masih berharap datangnya kesempatan terutama urusan cinta dan karir, yakin dan teruslah berusaha hingga nanti akan datang saatnya kita diberi ;).
Penutup, mengutip tulisan Ajo Indra J. Piliang yang sudah saya unggah ulang di sini.
“Anies memiliki semua syarat menjadi pemimpin. Kakeknya adalah anggota Badan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Di dalam darahnya mengalir sosok kepahlawanan, semangat kemerdekaan, sekaligus jiwa kaum terpelajar. Ia bisa berpidato dengan sangat runtut dan jernih. Ia menulis dengan baik dan nalar. Ia juga sudah menunjukkan kontribusinya bagi penyelesaian beberapa masalah di negeri ini, baik sejak mahasiswa, sebagaiakademisi, maupun setelah menjadi rektor.”
Salam,
RyandaAdiguna,
(Pernah diberi kesempatan menjadi bagian dari Gerakan Indonesia Mengajar dan sekarang diberi kesempatan ambil bagian di Gerakan Indonesia Raya).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H