A.Pendahuluan
Anak jalanan telah menjadi masalah sosial yang sulit terpecahkan dan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Fenomena anak jalanan sebetulnya sudah berkembang lama, tetapi saat ini semakin menjadi perhatian dunia, seiring dengan meningkatnya jumlah anak jalanan di berbagai kota besar di dunia. Di Indonesia, saat ini diperkirakan terdapat 50.000 anak, bahkan mungkin lebih, yang menghabiskan waktu yang produktif di jalanan. Masalah anak jalanan telah menjadi salah satu isu kesejahteraan anak yang terus berkembang menjadi perhatian dunia.
Laporan Dunia tentang Situasi Anak, menyebutkan bahwa terdapat 30 juta anak tinggal dan menjaga diri mereka sendiri di jalan.Keberadaan dan berkembangnya jumlah anak jalanan merupakan persoalan yang perlu mendapat perhatian, mengingat anak-anak yang melakukan kegiatan atau tinggal di jalanan senantiasa berhadapan dengan situasi yang sulit.Anak jalanan adalah anak yang berusia di bawah 16 tahun yang sudah lepas dari keluarganya, sekolah, lingkungan masyarakat terdekatnya larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya (UNICEF).
Menurut studi pendahuluan yang peneliti lakukan di lapangan anak jalanan sebagian besar berusia remaja dimana, salah satu tugas perkembangan selama masa remaja adalah menyelesaikan krisis identitas, untuk membentuk identitas yang stabil pada akhir masa remaja. Remaja yang berhasil menemukan identitas diri yang stabil akan memperoleh pandangan yang jelas tentang dirinya, memahami persamaan dan perbedaan dengan orang lain, menyadari kekurangan dan kelebihan dirinya, penuh percaya diri, tanggap terhadap berbagai situasi, mampu mengambil keputusan penting, mampu mengantisipasi tantangan masa depan, serta mengenal perannya dalam masyarakat. Kegagalan dalam mengatasi krisis identitas dan mencapai suatu identitas yang relatif stabil akan sangat membahayakan bagi masa depan remaja. Sebab masa depan remaja sangat ditentukan oleh penyelesaian krisis identitas.
Burns (1982), mengemukakan bahwa konsep diri merupakan kesan individu terhadap dirinya secara keseluruhan meliputi pendapatan tentang diri sendiri, tentang citra diri di mata orang lain, dan hal-hal yang dapat dicapai. Bastaman (2005) menyebutkan bahwa konsep diri yang positif akan mewarnai pola sikap, cara pikir, corak penghayatan, dan ragam perbuatan yang positif pula, demikian pula sebaliknya. Konsep diri yang negatif akan mewarnai pola sikap, cara pikir, corak penghayatan, dan ragam perbuatan yang negatif pula. Berdasarkan pernyataan tersebut, konsep diri pada seseorang khususnya dalam hal ini adalah anak jalanan menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena menurut peneliti, ketika anak jalanan memiliki konsep diri positif maka pola pikir, sikap, dan perbuatannya akan positif pula. Anak yang memiliki konsep diri negatif, maka kemungkinan untuk memiliki pola pikir, sikap, dan perbuatan yang negatif akan lebih besar.
Saifullah, (2016) menyatakan bahwa ada dua tipe individu yang memiliki konsep diri negatif, yaitu: 1) Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya. 2) Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Ini bisa terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras sehingga menciptakan perilaku yang kurang baik.
Remaja yang sekolah memiliki kemampuan ke dalam diri sendiri, mengerti diri, menentukan hidup dan mampu menangani masalah yang sedang dihadapi. Ini berarti dirinya dihargai, dicintai karena nilai yang ada pada diri sendiri sebagai pribadi sehingga ia tidak bersifat defensif namun sepenuhnya menerima dirinya sendiri dan penuh kepercayaan terhadap diri sendiri. Menurut Singgih,D.Gunarsa(2001), keluarga yang tidak bahagia adalah keadaan dimana anggota keluarga atau salah satunya mengalami ketegangan, kekecewaan, atau tidak merasa puas dan bahagia dengan keadaan atau keberadaanya terhambat kehidupannya. Faktor yang menyebabkan timbulnya anak jalanan, antara lain kemiskinan, disfungsi keluarga, dan kekerasan dalam keluarga. Menurut Willis (2015), keluarga adalah salah satu kesatuan suatu sistem atau suatu organisme. Keluarga bukanlah merupakan kumpulan atau penjumlahan dari individu-individu.
Keluarga mempunyai komponen-komponen yang membentuk organisme keluarga itu. Komponen-komponen itu adalah anggota keluarga. Sistem keluarga berfungsi untuk saling membantu dan memungkinkan kemandirian setiap anggota keluarga. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti konsep diri yang dimiliki anak jalanan dan proses terbentuknya konsep diri. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan mendeskripsikan secara jelas mengenai konsep diri yang dimiliki anak jalanan serta mengetahui proses terbentuknya konsep diri pada anak jalanan. Menurut Hendriati Agustini (2006) peran keluarga dan sosial menjadi pengaruh yang dominan terhadap pandangan subjek pada dirinya. Hal ini sesuai dengan pendapat William H. Fitts.
B. Metode
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Penelitian ini dilakukan di rumah partisipan dan tempat sesuai keinginan partisipan. Partisipan dalam penelitian ini yaitu remaja tengah dengan jenis kelamin laki-laki yang memiliki rentang usia 15-17 tahun dan aktif sebagai siswa di sekolah tingkat SMP yang memiliki kegiatan diluar sekolah sebagai anak jalanan.
C. Hasil Penelitian
Penelitian mengenai konsep diri anak jalanan yang bersekolah berhasil mengungkapkan 4 tema besar. Tema yang pertama adalah kesan terhadap diri sendiri dengan sub tema citra diri dan kemampuan diri. Tema yang kedua adalah respon lingkungan dengan memiliki sub tema hubungan dengan keluarga. Tema yang ketiga adalah peran dari individu dengan sub tema peran diri individu. Tema yang terakhir adalah lingkungan teman dengan sub tema yaitu kelompok pertemanan.
D. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui konsep diri anak jalanan yang bersekolah. Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki oleh individu mengenai dirinya yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi terhadap lingkungannya. Pengertian konsep diri juga diungkapkan oleh RL. Atkinson, dkk (2004) yaitu "gabungan ide,perasaan, dan sikap yang dimiliki seseorang tentang dirinya". Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah gambaran atau persepsi seseorang tentang dirinya yang meliputi aspek pengetahuan,pengharapan dan penilaian diri.Lingkungan menilai bahwa apa yang dilakukan oleh partisipan berlawanan dengan norma yang ada.
Hal tersebut menimbulkan beberapa penolakan, dan reaksi negatif dari lingkungan atas perilaku yang dilakukan oleh partisipan. Apa yang dilakukan partisipan merupakan hal yang tidak sesuai dengan norma. Menurut lingkungan sekitar partisipan, perilaku partisipan yang sering melanggar peraturan di sekolah maupun tindakan partisipan yang kurang menghormati orang tua dinilai melanggar norma yang ada. Partisipan penelitian ini kurang menerima kondisi fisik yang dimiliki. Kedua partisipan merasa dirinya kurang memiliki kondisi fisik yang menarik. Partisipan dalam penelitian ini merasa kurang menerima terhadap bentuk tubuh, penampilan dan kondisi fisik mereka. Kondisi fisik bukan satu-satunya hal yang dapat mempengaruhi konsep diri seseorang, selain kondisi fisik ada pula peran orang tua di dalam keluarga.
Keluarga merupakan salah satu lingkungan yang sangat dekat yang memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap konsep diri partisipan. Warren (2016) mengemukakan bahwa lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama yang dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri, karena pertama kali individu dilahirkan adalah di lingkungan keluarga, pertama kali seorang individu mengenal aturan, norma dan tata nilai adalah di lingkungan keluarga. Partisipan dalam penelitian ini mengungkapkan malu untuk menceritakan masalah yang dirinya hadapi pada keluarga, dirinya lebih nyaman berbagi cerita dengan teman-temannya. Partisipan yang lainnya juga mengungkapkan bahwa dirinya memiliki hubungan yang kurang dekat dengan keluarga sehingga jarang untuk berbagi cerita, bagi partisipan dirinya lebih memilih bercerita pada teman-temannya.
Berdasarkan hasil yang didapatkan di lingkungan sekitar, banyak orang tua yang mendorong kreativitas anaknya untuk meningkatkan kemampuan seorang anak. Hal positif yang didapat dari dorongan ini adalah anak akan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan dapat bersosialisasi dengan mudah. Kekurangannya adalah orang tua akan melakukan keputusan sendiri tanpa melibatkan anak untuk berdiskusi untuk mengambil keputusan. Hal ini akan membuat seseorang kurang mandiri, kurang bisa dalam mengambil keputusan yang tepat, dan tidak memiliki pendirian, sehingga mudah dipengaruhi oleh teman-temannya karena kurangnya arahan dan dorongan yang diberikan orang tua sewaktu kecil.
Partisipan penelitian ini juga gagal dalam menjalankan peran sebagai anak dan peran sebagai siswa dengan baik. Mereka menganggap dirinya sudah pantas mencari uang untuk bertanggung jawab dengan dirinya sendiri kenyataannya secara biologis dan psikologis anak seusia mereka belum memiliki kewajiban untuk memikirkan hal tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Brooks dan Emmert (dalam Rahmat, 2012). Partisipan mengurungkan cita-citanya dengan alasan ekonomi, dan partisipan lain nya juga mengungkapkan bahwa dirinya tidak memiliki cita-cita karena baginya urusan ekonomi adalah hal yang lebih penting. Hal tersebut akan mempengaruhi konsep diri partisipan.
E. Simpulan
Konsep diri merupakan bagian penting dalam perkembangan kepribadian. Dikemukakan oleh Thalib (2013), bahwa konsep kepribadian yang paling utama adalah diri. Diri (self) berisi ide-ide, persepsi-persepsi dan nilai-nilai yang mencakup kesadaran tentang diri sendiri. Konsep diri merupakan representasi diri yang mencakup identitas diri yakni karakteristik personal, pengalaman, peran dan status sosial. Penelitian yang telah dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa konsep diri yang dimiliki oleh kedua partisipan dalam penelitian ini bernilai negatif yang dapat dilihat dari cara penerimaan mereka terhadap penampilan fisiknya. Salah satu partisipan dalam penelitian ini mengatakan jika bisa meminta mengubah fisiknya ia menginginkan untuk mengubah warna kulitnya agar tidak terlihat gelap.
Hubungan dengan keluarga kurang harmonis, terbelih untuk partisipan kedua dimana dirinya kurang memiliki waktu bersama keluarga. Dorongan kreativitas di masa kanak-kanak partisipan yang kurang menyebabkan partisipan menjadi individu yang tidak mandiri, tergesa-gesa dalam bertindak dan kurang kreatif. Partisipan penelitian ini juga gagal menjalankan perannya sebagai seorang anak dan siswa dengan baik.
F. Saran
Berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan, peneliti mengemukakan beberapa rekomendasi, sebagai berikut:
Bagi orang tua dan keluarga Orang tua dan keluarga
hendaknya memberikan contoh sikap dan peran yang baik bagi anaknya. Lebih berhati-hati dalam bertindak dan menciptakan nilai-nilai moral. Serta meminimalisir tindakan diskriminasi antar saudara di lingkungan keluarga.
Bagi Sekolah
Memberikan motivasi siswa yang berstatus sebagai anak jalanan untuk bersemangat belajar. Membantu partisipan dalam membangun hubungan sosial dengan teman-teman sekolah mungkin dengan cara membuat kelompok belajar. Membangun suasana belajar yang menarik siswa tidak merasa bosan untuk menerima pelajaran.
Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya, dapat mengganti subjek penelitian atau merinci aspek penelitian, sehingga menghasilkan kajian yang lebih mendalam.
Daftar Pustaka
Bastaman. (2005). Integritas psikologi dengan islam. Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil.
Warren, L. W. (2016). the tennessee self concept scale: Second edition adult form. Los Angeles: Western Psychological Services.
Burns. (1982). Konsep diri: Teori, pengukuran, pengembangan dan perilaku. (Eddy, Penerj.) Jakarta: Arcan.
Hendrianti Agustiani. (2006). Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung : PT. RafikaAditama.
Thalib, Bachri Syamsul. (2013). Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif. Jakarta: Kencana
.
Singgih, D. Gunarsa. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT. GunungMulia.
Rahmat, J. (2012). Psikologi komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Willis, Sofyan S. 2015. Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung:Alfabeta.
Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Smith, Edward E., Bem, D.J. 2004. Pengantar Psikologi edisikesebelas jilid dua. Alih bahasa Dr.Wijaya Kusuma. Batam: Interaksara
Fitrian Saifullah. (2016). Hubungkan antara konsep diri dengan perilaku bullying pada siswa-siswi SMP. EJournal Psikologi
https://media.neliti.com/media/publications/213131-studi-kasus-tentang-siswi-yang-memiliki.pdf
https://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/fipbk/article/download/276/252
http://jurnal.borneo.ac.id/index.php/jbkb/article/download/1160/833
https://journal2.um.ac.id/index.php/jkbk/article/view/616/383
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/22530/17902
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H