Berhubung manga Jujutsu Kaisen untuk pekan ini libur yang dimana untuk chapter 239 sendiri dijadwalkan akan rilis 22 Oktober 2023, sebagai gantinya kita akan bahas disonansi yang digunakan oleh mangaka Jujutsu Kaisen yaitu Gege Akutami, dimana dia sering menggunakan disonansi antar karakter yang di Jujutsu Kaisen salah satunya yang terjadi pada hubungan Maki dan Mai.
Dikutip dari dexerto, pengisahan dari cerita Jujutsu Kaisen sendiri sangat luar biasa terutama dalam kekuatan kekuatan kutukannya yang kompleks dan desain dari karakternya yang menarik. Gege Akutami sendiri mengupas hubungan antar karakter ini. Sebagai serial Shonen, dia dengan sempurna menyeimbangakan ikatan satu karakter dengan konflik seseorang dengan karakter lainnya.
Misalnya pada Gojo dan Geto, yang dimana mereka adalah sahabat yang baik, namun keadaannya memaska untuk berpisah. Kisah-kisah mereka juga menambah kedalaman dari karakter mereka. Demikian juga, interaksi pertama antara Yuji dengan Nobara yang tampk kurang menyenagkan, namun mereka dengan cepat segera menjadi teman yang dapat diandalkan.
Gege sendiri menggunakan disonansi antara karakter Jujutsu Kaisen sebagai saran untuk dapat menciptakan sebuah drama dalam serial tersebut. Baru-baru dalam sebuah wawancaranay dengan majalah Weekly Shonen Jump, dia menjelaskan pentingnya konflik-konfil ini. Dia juga menggunakan hubungan antara saudara kembar sebagai contohnya.
Gege Akutami jelaskan disonansi antar karakter di Jujutsu Kaisen
English translation of Akutami Gege's new interview in this week's issue of Jump
he talks about how to utilize dissonance for characterisation and as a storytelling method pic.twitter.com/yNTC637Wtv--- J( ' ') (@soukatsu_) October 8, 2023
Pengguna Twitter Soukatsu, yang dimana dia populer menerjemahkan wawanca Gege Akutami, dan informasi terkait Jujutsu Kaisen, dia membagikan wawancara Gege yang diterjemahkan ke bahasa Inggris, dari edisi 45 majalah Weekly Shonen Jump.
Saat Gege ditanya mengenai manfaat menggambarkan disonansi, dia menjelaskan. Disonansi tidak berarti harus mengungkapkan kekurangan antar karakternya ataupun dapat menciptakan permusuhan antar karakter.
"Secara alami, orang tidak mampu sepenuhnya memahami orang lain, tapi dalam manga, pada dasarnya hanya ada satu pencipta yang menggambarkan banyak karakter, jadi jika mereka tidak berhati-hati, karakter tersebut akan mulai memiliki tingkat saling pengertian yang tidak realistis," ujar Gege.
Gege pun melanjutkan ada kemungkin salah satu karakter akan menonjo dengan sendirinya, tapi pada akhirnya, tidak akan ada chemistry yang terjadi seperti halnya dua orang atau lebih.
"Ada kemungkinan bagi sebuah karakter untuk menonjol dengan sendirinya, tapi pada akhirnya, tidak ada chemistry yang seperti itu antara dua orang (atau lebih), dan agar hal itu terjadi, sifat dari orang-orang tersebut tidak bisa benar-benar menjadi hal yang sama. sama," kata Gege.
Gege pun terakhri dia menjelaskan jika mungkin akan menimbulkan rasa kekhawatiran karena menggambarkan kesalahpahaman dan disonansi yang membuat karakter akan menjadi kurang disukai.
"Hal ini mungkin menimbulkan kekhawatiran karena menggambarkan kesalahpahaman dan disonansi, membuat karakter menjadi kurang disukai untuk sementara waktu, atau membuat suasana karya itu sendiri terasa lebih berat, tapi menurut saya ini bukan jalan yang bisa Anda hindari, jadi hadapi saja. maju terus," tutup Gege.
Contoh disonansi di hubungan Maki dan Mai
Untuk mendukung pernyataan tersebut, Gege pun mencontohkan hubungan yang terjadi antara Maki dan Mai. Saudara kembar ini harus menganggung pransangka dan diskriminasi yang ekstrem dalam klan mereka. Mai sendiri diperkenalkan sebagai karakter yang tidak disukai dan dia selalu membenci Maki.
Namun kemudain, dia berubah menjadi sangat menyedihkan dan hanya menginginkan kehidupan yang damai bersama dengan Maki. Itulah sebabnya tragedi dan pengorbanannya sangat memilukan.
" Contoh drama yang lahir dari disonansi dua karakter, Mai Zenin, dan Maki Zein, Mai adalah adik perempuan yang bisa menggunakan energi terkutuk tetapi tidak ingin menjadi penyihir, memiliki kepribadian yang sensitif dan umumnya negatif. Sedangkan Maki dia adalah kakak perempuan yang tidak bisa menggunakan energi terkutuk tetapi selalu ingin menjadi penyihir jujutsu, memiliki jiwa pemberontak yang kuat dan berpikiran mandiri," kata Gege.
Gege pun menjelaskan mengenai konflik yang terjadi antara hubungan Maki dan Mai yaitu.
1. Konflik yang terjadi antara saudara perempuan ini terjadi adalah adegan perkelahian mereka selama Pertukaran Niat Baik, konflik antara Maki dan Mai menjadi fokusnya. Disonansi ini terjadi karena danya perbedaan kepribadian dan kemampuan.
2. Perasaan Mai yang sebenarnya adalah Perasaan Mai yang sebenarnya karena tidak ingin kakak perempuanya meninggalkannya. Disonansi inilah yang akhirnya dapat menekankan perasaan Mai yang sebenarnya.
3. Ikatan antara saudara dimana Mai mengorbankan dirnya untuk dapat menyelamatkan nyawa Maki dan menggambarkan cinta antara suadara antar saudara yang dapat mengatasi disonansi dan menciptakan rasa drama yang kuat.
Jadi, kesimpulannya adalah disonansi antar karakter pastinya akan terjadi dalam sebuat cerita yang dimana menampilkan banyaknya karakter. bagi penulis cerita pastinya membuat drama yang kuat dan beragama bagi semua karakternya, dimana memanfaatkan disonansi daripada menghindarinya.***Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H