Mohon tunggu...
Radhiyah Radhiyah
Radhiyah Radhiyah Mohon Tunggu... Guru - Guru

guru yang senantiasa belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan yang Memerdekakan

11 Februari 2023   20:06 Diperbarui: 11 Februari 2023   21:09 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN

ditulis Oleh

 Radhiyah, S.Pd I 

Setiap manusia lahir kedunia ini tentunya ingin memiliki kebebasan atau kemerdekaan, sang bayi berusaha membebaskan diri dari Rahim yang memiliki volume ruang dan waktu serta gerak yang terbatas. Meskipun kenyamanan kehangatan selama berada dalam kandungan terpenuhi, namun  masih ada kreatifitas yang ingin dilakukan, tanpa berbatas waktu dan ruang.

Sang anak ingin mengekplorasi jemari dan lenganya yang mungil menggapai-gapai sesuatu yang menarik perhatiannya, kaki yang menendang ingin ditegakkan untuk berjalan menjelajahi dunia yang penuh dengan hal hal baru, mata yang tertutup ingin terbuka melihat sesuatu yang indah penuh makna. Bibir yang membisu ingin mengatakan Hal Hal yang membahagiakan. Hati yang sedih, bahagia, dan marah  yang dirasakan ingin diungkapkan dengan prilaku tertentu.

Rahim adalah sekolah pertamanya  dan Ibu adalah Guru Pertamanya. Kalimat tersebut senada dengan kata kata bijak Kihajar Dewantara dalam dunia pendidikan, Setiap Rumah adalah Sekolah, Setiap Orang adalah GURU. ilustrasi kisah sang bayi merdeka memberi makna bahwa nilai nilai luhur yang ada pada diri manusia adalah merasakan kebebasan, kemerdekaan jiwa dan raga secara menyeluruh ini menginspirasi penulis untuk memberi pandangan tentang konsep pendidikan yang memerdekakan.  

Makna "Pendidikan menurut Kihajar Dewantara adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan."[1] 

 Kata menuntun yang terdapat dalam tujaun pendidikan dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh pendidik terhadap murid-murid nya agar mereka dapat mengekplorasi apa yang dimiliki sehingga mereka merasakan kemerdekaan lahir dan batin untuk belajar dengan metode dan cara yang memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yaitu kebahagiaan dan keselamatan. Disini peran seorang pendidik bukanlah memperbaiki laku sang anak, karena pendidik tidak dapat memperbaiki kordat yang dimiliki sang anak,

 Setiap anak dilahirkan dengan membawa kodradnya masing masing, anak tidak dilahirkan dalam keadaan kosong tanpa kemampuan apapun (BUKAN TABULARASA). Ia mimiliki guratan halus yang sejatinya menjadi tanggung jawab pendidik untuk menebalkan memberi warna dan menuntun hingga memiliki budi pekerti yang luhur. Dalam menuntun, seorang pendidik juga disebut 'pamong/among' yang memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Sehingga ia dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar sesuai dengan kodrad alam dan zamannya.

 Dalam mendidik tentunya nilai guru dapat dilihat dari tiga semboyan yaitu Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tutwuri handayani. 

Makna yang sangat luas dari nilai seorang pendidik, dimana dalam menuntun, seorang guru berada didepan memberi keteladanan bagi muridnya, ditengah tengah tengah guru berperan memberi menyemangati, memberikan motivasi, membangun karsa, melalui ide-ide, sebagai pelopor perubahan, dan sebagi pembangkit kemauan dan minat murid, sementara nilai Tutwuri handayani yang menjadi slogan pendidikan Nasional bermakna bahwa guru berperan sebagai among atau Pamong, pengarah, pembimbing, pendorong semangat dengan dukungan moral.

 Konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah pendidikan yang memerdekakan, dimana tujuan pendidikan yang mencapai kebahagiaan dan keselamatan dapat dicapai dan akan berjalan dengan baik jika murid merdeka   batinnya,   merdeka lahirnya, merdeka pikirannya dan merdeka tenaganya.  Pendidikan yang memerdekakan dapat disimpulkan sebagai proses pendidikan yang meletakan unsur kebebasan anak didik untuk mengatur dirinya sendiri, bukan diatur oleh orang lain, bertumbuh dan berkembang menurut kodrat lahir dan kodrat bathinnya.

 Secara lahir,  murid akan memperoleh kemerdekaan dalam pendidikan melalui pengajaran. Sementara secara bahin murid didik memperoleh pendidikan yang memerdekakan melalui pendidikan. 

Jadi menurut KHD (2009), "pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas[1]luasnya" Hal  ini  selaras  dengan  tujuan pendidikan   yaitu membangun   manusia lahir  batinnya  dan  dengan  keluhuran  akal budi   dan   jasmaninya   menjadi   anggota masyarakat yang berguna dan bertanggungjawab atas kesejahteraan bangsa  dan  tanah  air  serta  manusia  pada umumnya. 

 Dalam   azas   Taman siswa Ki Hajar  Dewantara menyebutkan makna pendidikan adalah memanusiakan manusia dan menjadikan  manusia  yang  merdeka". Kemerdekaan  disini  bukan  berarti  bebas berbuat  sesuka  hati,  kemerdekaan  disini haruslah   bertumpu   pada   ketertiban   dan menghormati hak-hak orang lain.

 Peran guru dalam kemerdekaan pendidikan bagi sang anak adalah bagaimana menjadikan diri "Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk meminta sesuatu hak, namun untuk berhamba kepada sang anak."[2] Andil dari seorang guru dalam diwujudkan dalam visi guru penggerak melalui pembelajaran yang berpihak dan berdampak positif bagi murid, pembelajaran berpihak akan tercermin melalui profil pelajar Pancasila. Keselarasan antara budi pekerti dan 

 Hal ini selaras dengan filosofi Ki Hajar Dewantara dengan teori Trikon yaitu kontinuitas, Konvergensi dan konsentris. Dalam pendidikan mengadopsi kemajuan dan pengalaman daerah ataupun negara lain atau barang barang baru, adalah hal yang positif dan konstruktif, seperti digitalisasi dalam pendidikan. 

Ini adalah salah satu bentuk konvergensi dalam pendidikan yang selaras dengan perkembangan zaman. Sebagai guru penggerak penulis harus mengembangkan pendidikan berdasarkan konsentris, yaitu mengembangkan pendidikan yang berpegang teguh pada ciri khas kebudayaan dan peradaban yang ada di Indonesia yang berdasarkan pancasila. Pengembangan pembelajaran yang berpotensi meningkatkan mutu pendidikan haruslah dilakukan secara kontinuitas agar keberhasilan dapat dirasakan dimasa yang akan datang.

 Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara  juga dipengaruhi oleh teori pendidikan ynag dicetus oleh Maria Montessori, (1870-1952). Ia merupakan ilmuan, pendidik, dan seorang dokter berkebangsaan Italia yang mengembangkan sebuah metode pendidikan bagi naak anak anak-anak dengan memberi kebebasan bagi mereka untuk melakukan kegiatan dan mengatur acara harian. Metode tersebut kemudian disebut sebagai Metode Montessori.  Ciri dari metode montessori terdapat pada kebebasan anak untuk memilih apa yang ingin mereka pelajari sesuai dengan tujuannya. sehingga mereka mampu meraih potensinya dalam kehidupan.

 Metode montessori juga meyakini bahwa setiap anak memiliki kelebihan serta bakatnya masing-masing. Selain itu, metode ini lebih menekankan pada kebebasan untuk mengeksplorasi dan menanamkan kemandirian dengan batas-batas tertentu. metode pendidikan montessori adalah anak yang disesuaikan dengan bakat dan minat.

 Prinsip pendidikan Montessori menekankan pada pengalaman belajar yang dapat dirasakan. Artinya anak-anak akan diajak untuk terjun langsung merasakan apa yang mereka pelajari bukan hanya sekedar duduk atau mendengarkan penjelasan dari guru maupun orangtua mereka. Peran orang tua adalah sebagai pemandu yang menyediakan alat dan kebutuhan belajar anak.  Penekanan pendidikan pada kemampuan anak dalam mengatasi konflik dan masalahnya sendiri tanpa kekerasan dan melalui cara yang kreatif.

 konsep pendidkan Friedrich Frobel, Menurut (Maryatum : 2015), yang menyatakan bahwa anak harus didorong untuk aktif sehingga mampu melakukan berbagai kegiatan yang produktif, anak juga harus diberikan kebebasan atau suasana merdeka. Sehingga Otoaktivitas anak akan tumbuh dan berkembang jika pada anak diberikan kesempatan dalam suasana bebas sehingga anak mampu berkembang sesuai potensinya masing-masing. Melalui suasana bebas atau merdeka, anak akan memperoleh kesempatan mengembangkan daya fantasi atau daya khayalnya, terutama daya cipta untuk membentuk sesuatu dengan kekuatan fantasi anak.[3]  

 Konsep pendidikan Frobel menganggap bahwa panca indra adalah sebagai konsentris namun diutamakan sehingga permainan anak anak  sangat diutamakan dalam pembelajaran yang merupakan kodrat anak, yang bergerak dan melakukan sesuatu berdasarkan imajinasi atau fantasi yang dimiliki. 

Sehingga proses pembelajarannya masih memerlukan perintah atau gagasan. Sementara berbeda dengan Montessori yang tidak mengutamakan atau mementingkan permainan dalam pembelajaran, pelajaran panca indra sangat penting, anak diberi kemerdekaan yang luas (ini sesuai dg tuntutan zaman kala itu, merdeka). Perintah atau paksaan pendidik mungkin bertentangan dengan tuntutan jiwa dan jasmani anak sehingga menghambat pertumbuhan. Anak-anak jangan diberi pengajaran, tapi tuntunan. Guru adalah penuntun yang mengamati anak secara individual dan tidak boleh melarang perbuatan spontan anak, yang adalah kodratnya.[4]  

 Sementara tokoh pendidikan nasional, Kihajar Dewantara, menyatukan kedua pendapat tersebut dimana pelajaran panca indra dan permainan anak sangatlah penting untuk menyelaraskan budi pekerti menjadi satu kesatuan yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Menurut Ki Hajar Dewaantara,  sekolah merupakan taman bermain bagi anak anak yang belajar mengenal dunianya melalui permainan. Dalam Taman Siswa terdapat kepercayaan bahwa dalam segala tingkah laku dan segala kehidupan anak-anak tersebut sudah diguratkan dalam dirinya sejak ia dilahirkan.

 Filosofi dan konsep pemikiran Pendidikan KI Hajar Dewantara dalam  Profil Pelajar Pancasila yang dicetus sebagai landasan pendidikan Indonesia diharapkan juga menjadi pedoman dan arah untuk para pendidik, dalam membangun berilaku budi pekerti anak. 

Pelajar Pancasila disini berarti pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila. Pelajar yang memiliki profil ini adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi pembentuknya. Dimensi ini adalah: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif.  Keenam dimensi tersebut adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Program guru penggerak melahirkan para guru penggerak perubahan yang membeikan keteladanan dalam praktik baiknya sebagai guru dalam melakukan proses pembelajaran yang berpihak pada kebutuhan dasr murid, menuntun anak serta menumbuhkan berbagai karakter/nilai yang dijabarkan dalam profil pelajar Pancasila. Dalam mendukung Program Merdeka Belajar pemerintah sedang dan telah menyiapkan pengajar praktik yang akan mendampingi Calon Guru Penggerak dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan dimana guru tersebut berada. 

Seorang Guru Penggerak menjadi sosok yang selalu akan tergerak untuk mengabdikan yang terbaik yang selanjutnya bergerak dan menggerakkan lingkungan sekitarnya dalam rangka menuju pendidikan yang lebih berkualitas. Guru Penggerak harus memiliki nilai dan peran. Nilai-nilai Guru Penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Sedangkan perannya adalah menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antara guru, dan mewujudkan kepemimpinan murid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun