Mohon tunggu...
Radhitya Okvien
Radhitya Okvien Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Matematika yang mencari Jati Diri Matematika

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tidaklah Indah Dunia Ini, jika Hanya Ada Satu Warna

6 Januari 2016   15:05 Diperbarui: 6 Januari 2016   15:31 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Allah menciptakan manusia yang terdiri atas berbagai macam golongan bukan untuk kita saling menindas, saling menjatuhkan dan saling menyakiti satu sama lain, melainkan untuk kita saling mengenal satu sama lain. Lebih lanjut Muhammed Arkoun Mengatakan “Bukan untuk memberikan sumbangan terselenggaranya suatu perjumpaan (encounter) yang akan membuat kita berfikir cara pandang “saya dan kita versus kamu dan mereka”, melainkan bagi terciptanya suatu ruang baru bagi kesalingpahaman dan kebebasan”. Perkataan ini bisa dijadikan untuk memberikan pemahaman bahwa keberagaman yang Allah ciptakan adalan untuk kita saling paham satu sama lain bukan untuk saling membuktikan eksistensi golongan sendiri.

Hilangnya kedamaian antar umat beragama yang ada di Indonesia sebenarnya sudah diperingtkan oleh Allah SWT. Allah berfirman yang artinya: Jangan berdebat dengan para pengikut wahyu terdahulu, kecuali secara lemah lembut --- jika tidak demikian mereka akan cenderung berbuat jahat--- dan katakanlah: “ kami beriman kepada apa yang telah diberikan kepada kami, serta apa yang telah diberikan kepadamu, karena tuhan kami dan tuhan kamu adalah satu dan sama, dan kepadanya kita menyerahkan diri”. (QS 29: 46). Seperti yang saya katakana diatas bahwa agama samawi ada 3, Yahudi, Nasrani dan yang terakhir Islam.

Kristen sekarang itu merupakan representative dari Nasrani walaupun banyak yang mengatakan bahwa injil digunakan telah mengalami banyak perubahan. Jika kita tarik ke ayat diatas, kita dilarang untuk berdebat dengan mereka (para pengikut wahyu terdahulu) menggunakan cara yang kasar. Ketika itu terjadi, mereka akan membalas kita dengan perbuatan yang jahat. Allah sudah memperingatkan kita akan hal tersebut, tetapi kenapa kita masih melakukan itu? Toh dalam surat Al-Kafirun ayat 6 Allah juga berfirman, yang artinya : bagimu agamamu, bagiku agamaku. Itu kan sudah jelas bahwa bagi mereka yaa agama mereka. Bagi kita yaaa agama kita. Janganlah menggangu keharmonisan masyarakat dengan perang antar agama.

Kembali ke teori sosiologis tadi. Jika kita ingin tenang, nyaman, dihormati, dan dicintai, tentu kita juga harus memberikan kesan tersebut terhadap orang lain. Artinya jika kita ingin damai, maka berilah rasa damai kepada orang sekitar kita. Pepatah arab dalam Mahfuzhot juga mengatakan “Man Zholama, Zhulima” Barangsiapa yang menzolimi maka akan dizalimi.

Hukum sebab akibat terjadi disini. Lantas,apakah kita masih memaksakan bahwa agama yang kita anut benar? Kita berdakwah atau hanya memaksakan eksistensi keberadaan agama kita? Ketika kita menjadi kaum minoritas apakah kita masih bisa berbuat sebebas ini? Coba kita fikirkan baik-baik akibat yang akan ditimbulkan oleh tindakan kita yang sekarang.

 

 

Wallahu a’lam Bish Showab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun