Mohon tunggu...
Radhitya Okvien
Radhitya Okvien Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Matematika yang mencari Jati Diri Matematika

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tidaklah Indah Dunia Ini, jika Hanya Ada Satu Warna

6 Januari 2016   15:05 Diperbarui: 6 Januari 2016   15:31 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendirian rumah ibadah erat kaitannya dengan toleransi dan menghargai antar umat beragama. Adanya rasa toleransi dan menghargai antar umat beragama tanpa menggoyahkan keyakinan masing-masing bukanlah hal yang sulit untuk diterapkan di Indonesia yang notebene masyarakatnya heterogen yang secara budaya memiliki nilai untuk hidup rukun dan damai dalam perbedaan selama ratusan tahun.

Yaa memang tidak bisa dipungkiri jikalau sekarang Indonesia diwarnai oleh berbagai peristiwa yang merusak kerukunan dan kedamaian umat beragama. Lalu apa yang merusak tatanan kedamaian dan kerukanan antar umat beragama di Indonesia?

Coba kita kembali ke masa kita sekolah dulu. Sejumlah pengamat dan akademisi pendidikan mengatakan bahwa pendidikan agama di sekolah-sekolah tidak banyak mengajarkan bagaimana hidup bersama, berdampingan dengan umat beragama lain yang berbeda. Yang terjadi justru banyak doktrin untuk hanya meyakini agamanya sendiri dan dalam waktu bersamaan menilai keliru bahkan sesat ajaran agama yang dianut oleh orang lain. Akibatnya, peserta didik tumbuh menjadi manusia beragama yang ekslusif.

Yang hanya menilai ajaran agamanya sendiri yang paling benar, sementara yang lain salah, sesat, dan tidak diterima oleh tuhan. Nah, hal seperti inilah yang kontrapoduktif bagi upaya mewujudkan hidup damai dan rukun dalam bingkai kemajemukan. Ketika dulu bersekolah di pondok pesantren, saya sempat menjadi seperti ini. Menilai agama lain salah bahkan sesat. Jangankan agama lain, ketika ada suatu aliran dalam Islam yang tidak sesuai dengan ajaran yang diterima di pesantren.

Saya akan menganggap aliran itu sesat. Setelah saya menjalani kehidupan sebagai mahasiswa barulah saya mulai menganggap bahwa perbedaan itu indah. Seandainya, pendidikan agama disekolah menekankan pada prinsip humanism. Mungkin tidak akan terjadi hal-hal yang mengganggu kehidupan beragama. Humanisme adalah sebuah cara pandang yang melihat manusia sebagai unsur penting yang memiliki keluhuran dan martabat. Humanism menurut pembaruan hidup dan terlebih sikap yang terus-menerus mau menjadi manusiawi dan menghargai sifat kemanusiaan. Intinya humanisme mengajarkan penghormatan terhadap martabat manusia.

Seperti yang dikatakan oleh Muhammad Munif diatas, bahwa berbagai persoalan bernuansakan agama, mulai dari intoleransi, radikalisme, bahkan ekstremisme disebabkan oleh sempitnya pemahaman keagamaan seseorang terhadap agamanya sendiri, selain ketidaktahuan seseorang itu terhadap agama atau penganut agama lainnya. Yang saya garis bawahi adalah “sempitnya pemahaman keagamaan seseorang terhadap agamanya sendiri”. Greg Barton mengatakan bahwa dalam membaca Islam kita harus mampu melihat arus-arus yang berada dalam tradisi Islam, baik yang progesif maupun yang radikal.

Islam progesif merupakan salah satu pandangan keislaman yang moderat, karena mampu memahami nilai-nilai kemodernan, seperti demokratis, HAM, dan pluralism secara baik. Berfikir moderat, bertinda terbuka, toleran, menghormati dan menghargai keyakinan orang lain itulah yang harus kita miliki demi terciptanya kerukunan dan kedamaian umat beragama. Untuk bersikap seperti diatas, pendekatan dan persepektif yang digunakan adalah Pluralisme dan Perenialisme. Pluralisma akan mengantarkan kita agar bersikap postif terhadap menghadapi fakta kebinekaan dan perbedaan. Sedangkan perenialisme akan memberikan kita pemahaman dan keinsyafan akan adanya titik temu ajaran, esensi-esensi agama, kearifan dan spritualisme agama.

Nurcholish Madjid pernah menulis di Republika pada 10 Agustus 1999. Beliau mengatakan demikian :

Puralisme tidak dapat dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama, yang justru menggambarkan kesan fragmentasi, bukan pluralism. Pluralisme juga tdak boleh dipahami sebagai “kebaikan negative” (negative good), hanya ditilik dari kegunaannya menyingkirkan fanatisme (to keep fanatism at bay). Pluralisme harus dipahami sebagai “pertalian sejati kebinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban”. Bahkan pluralisme adalah suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia, antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan yang dihasilkannya. Dalam kita suci justru disebutkan bahwa Allah menciptakan mekanisme pengawasan dan pengimbangan dan pengimbangan antara sesama manusia guna memelihara keutuhan bumi, dan merupakan salah satu wujud kemurahan tuhan yang melimpah kepada manusia.

“seandainya Allah tidak mengimbangi segolongan manusia dengan segolongan yang lain, maka pastilah bumi hancur; namun Allah mempunyai kemurahan yang melimpah kepada seluruh alam.” (Alquran, Surah Al-Baqarah/2:251).

Yang mau saya singgung adalah ayat Alquran yang dikutip oleh Cak Nur tersebut. Allah saja mengimbangi satu golongan dengan golongan yang lainnya. Artinya Allah menciptakan manusia tidak hanya terdiri atas satu golongan saja. Tidak hanya terdiri dari satu agama saja. Kenyataannya agama samawi yang turun ke Bumi ada 3, Yahudi, Nasrani dan terakhir Islam. Ayat diatas juga linier dengan Surah Al-hujarat ayat 13 yang artinya “Hai Manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kami berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal .......”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun