Membangun sebuah peradaban bangsa tidak bisa lagi mengandalkan kekayaan alam yang dimiliki. Sejarah mencatat, masyarakat mengawali membangun negerinya dengan peradaban buku atau penguasaan literasi yang berkesinambungan dari generasi ke generasi berikutnya.
Tetapi, realitas obyektif di kalangan masyarakat, termasuk siswa, membaca belum menjadi sebuah tradisi. Budaya oral yang merupakan warisan leluhur lebih menonjol daripada budaya baca.
Budaya literasi yang di dalamnya terkandung aktivitas membaca dan menulis menjadi hal sangat penting. Membaca dan menulis ibarat sekeping mata uang logam. Kedua sisinya sama sama pentingnya. Lewat membaca otak akan terus bergerak dinamis dan terus mengasah kecerdasan kita. Dan dengan menulis, apa yang ada di dalam benak kita dapat diketahui orang lain serta berpotensi menjadi inspirasi bagi yang membacanya.
Begitu besarnya manfaat membaca, Jordan E. Ayan seperti dikutip Hernowo (2015:50) menyatakan membaca materi yang tidak berkaitan dengan tantangan kreatif sekalipun, mampu memberikan inspirasi atau ide khusus untuk membantu pekerjaan.
Hanya dibutuhkan sepotong kisah, artikel, atau laporan untuk "digelorakan" dalam kesadaran jiwa terdalam dan Anda akan menghasilkan pengalaman.
Selanjutnya, agar aktivitas membaca yang kita lakukan dapat menghasilkan daya kreatif, seyogianya kita ikuti tips yang diberikan oleh Jordan. Pertama, berjanjialah untuk membaca secara kreatif setiap hari.
Kedua, membaca secara "ngemil" (sedikit demi sedikit). Ketiga, bacalah sesuatu dari beragam sumber bacaan. Keempat, terapkan apa yang Anda baca dalam kehidupan sehari hari.
Membaca merupakan aktivitas biasa, namun hasilnya luar biasa. Untuk membentuk kebiasaan membaca (habit reading) perlu dilakukan terobosan inovatif.
Dulu, ketika masih menjadi bagian dari SMAN 1 Gresik, saya membuat Gerakan Baca Satu Hari Satu Lembar. Ketika membaca sudah menjadi tradisi, saya lanjutkan dengan Gerakan Nulis Buku. Kepala sekolah (Suswanto) kala itu, saya "todong" untuk mencarikan sponsor.
Selanjutnya, kami melakukan kerja sama dengan PT. Smelting dan Harian Pagi Radar Gresik. Kami sepakat membuat proyek menulis buku Dolanan Khas Gresik.
PT. Smelting yang merupakan sebuah Perusahaan Modal Asing (PMA) melalui Corporate Social Responsibility (CSR) nya memberikan bantuan dana sebesar Rp. 120 Juta.
Peserta didik SMAN 1 Gresik yang tergabung dalam Komunitas Penulis Muda Smansa (Kompensa) menjadi garda depan dalam proyek ini. Mereka melakukan investigasi dan wawancara dengan berbagai sumber untuk memperoleh data terkait dolanan khas Gresik.
Hasil tulisan mereka kemudian diserahkan kepada guru pembimbing dan pihak Radar Gresik untuk dilakukan editing. Hasilnya, Selasa (26/09) buku dolanan khas karya anak-anak SMAN 1 Gresik diluncurkan dan dibedah pada akhir September 2017.
Sebelumnya, dalam membangun budaya literasi sekolah, kami menggandeng Sirikit School Writing. Sebuah sekolah menulis yang berada di Surabaya. Diasuh oleh mantan wartawati Syirikit Syah. Waktu itu ujung tombaknya bukan Kompensa, melain tim duta baca.
Bentuk kerja samanya adalah tim duta baca di-workshop untuk menulis cerpen. Hasil kerja sama ini tim duta baca SMAN 1 Gresik sukses menerbitkan antologi cerpen berjudul "Misteri Buku Berdebu"
Membaca dan menulis benar benar telah membudaya di SMANSAGRES kala itu. Setelah sukses menerbitkan buku Dolanan Arek Gresik dan Antologi Cerpen Misteri Buku Berdebu, kami merancang untuk menggelar Festival Satu Kelas Satu Buku.
Kegiatan nini merupakan tindak lanjut dari saran dari Pak Satria Dharma yang kala itu diundang Suswanto untuk memberikan motivasi menulis kepada guru guru
Guna menyukseskan Festival Satu Kelas Satu Buku, kami bekerja sama dengan Jurnalis Pwigresik . Selain memberikan coaching clinic menulis, para wartawan senior itu juga menjadi mentor hingga buku terbit. Satu kelas satu mentor. Alhamdulillah dua tahun Festival berjalan lancar.
Memasuki Festival tahun ketiga, saya tidak bisa membersamai anak-anak karena saya mendapat tugas baru sebagai pengawas sekolah. Meskipun saya masih tetap berkoordinasi dengan S. Jai. Cerpenis kami gandeng untuk mendampingi panitia.
Membaca dan menulis harus dijadikan tradisi keilmuan. Sesibuk apapun, sebaiknya kita harus membiasakan menulis. Ada strategi untuk tetap bisa menulis di tengah kesibukan.
Much Khoiri seperti dikutip dalam https://www.unesa.ac.id menyebutkan ada dua hal penting agar tetap produktif menulis dalam kesibukan, yaitu niat dan kesempatan. "
Punya kesempatan tapi tidak punya niat ya tidak akan menghasilkan tulisan. Begitu juga punya niat tapi tidak punya kesempatan, ya tidak akan optimal," papar penulis buku best seller Rahasia Top Menulis.
Membangun budaya literasi menjadi sebuah keniscayaan. Mereka yang sudah terbiasa membaca dan menulis sebenarnya mereka telah melakukan tindakan yang sungguh luar biasa.
Tanpa disadari tindakannya itu telah memberikan andil besar terhadap keberlangsungan peradaban bangsanya. Membiasakan membaca dan menulis berarti memupuk dan merawat sebuah peradaban. Wajah negeri ini ke depan tergambar dalam kualitas literasi anak-anak saat ini. (*/)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H