Mohon tunggu...
Eka Yuda Danu Suma
Eka Yuda Danu Suma Mohon Tunggu... Pengacara - Setiap pemenang pasti penuh dengan luka, karena hidup berarti perjuangan.

⚖️ Fiat justitia ruat caelum

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kembali ke Tujuan

31 Januari 2022   01:10 Diperbarui: 31 Januari 2022   01:28 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sembarang aja, tapi aku harus ke Sepaku ini", jawab Kumpek.

"Gimana Dan?", sambungnya.

"Ya ayo sudah kita gas, nanti kamu kemalaman", sergapku.

Kubakar rokok sebelum memulai perjalanan pulang, tanpa firasat apapun kita mulai bergegas. Aku merasa selama perjalanan motorku sangat enteng tarikannya, aku sempat berpikir kalau ini efek dari penggantian beberapa part dan komponen dimesinku. Entah mereka mengalah atau memang kalah tapi Rx Special milik Deden tak sanggup mengejarku.

Ternyata aku salah. Tak kuduga secara tiba-tiba Deden menyalip ku dijalan lurus. Aku terus memacu motorku. "Pasti kudapat kamu sebentar ditikungan itu", yakinku.

Perhitungan yang tepat. Kutarik gas untuk menambah kecepatan saat memasuki tikungan kekiri, kuambil posisi badan menikung dan kulibas Deden ditikungan tanpa perlawanan. Dengan posisi paling depan, aku terus melaju diikuti Deden dan Kumpek hingga tiba-tiba aku melihat truk tangki.

Segera. Aku berusaha menghindar sebisaku sembari melakukan engine brake dan diikuti pengereman mendadak berharap dapat menghentikan laju motorku atau setidaknya mengurangi kecepatannya untuk memininalisir risiko jika terjadi benturan.

Praaaaakkkkk....!!!.
Aku terlempar dan terbaring di atas tanah. Gelap. Kudengar lirih suara Deden dan Kumpek berteriak memanggil namaku untuk memastikan aku masih sadar (bernafas).
"Daaann...Daann...Daannn", teriak Deden dan Kumpek bersahutan.

Aku berusaha bangkit sambil Istighfar dan terus mencoba menggerakkan tubuhku, namun sia-sia. Seketika kurasakan kram dan sakit yang sulit diungkapkan pada kaki dan tangan kiriku. "Mungkin kaki dan tanganku patah", batinku.

Dengan sigap mereka mengangkatku dibantu oleh warga sekitar dan dibawa ke rumah terdekat. Menahan sakit ini sekuat-kuatnya saat mereka meraih tangan dan kakiku.

"Aaaarrgghh...", teriakku sejadi-jadinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun