Suhu dingin menusuk tulang.
Di perbukitan tampak dua pria menimbang tanaman yang dari kejauhan tampak seperti ilalang. Semerbak wangian khas daun serai mulai tercium.Â
Terlihat kepulan asap di sebuah ruangan terpelosok, terdapat sosok pria paruh baya sedang membakar Serai Wangi yang sudah kering. Pria itu bernama Suryana, yang kerap disapa Yana. Pria kelahiran bandung 03 April 1965.
Yana sebelumnya pernah bekerja di perkebunan teh PTPN, sebagai pemetik teh selama 14 tahun. Tetapi seiring berjalannya waktu, tidak ada peningkatan dalam sistem kerja tersebut, hingga akhirnya Yana pun memutuskan untuk menekuni pembuatan Minyak Serai Wangi.
Serai Wangi (Cymbopogon Nardus) jenis rerumputan dari Ordo Graminales yang khas dari daerah tropis Asia. Serai Wangi dapat dibuat menjadi Minyak Serai Wangi yang memiliki sifat-sifat yang menguntungkan.
Minyak hasil sulingan Serai Wangi digunakan sebagai bahan pembuatan minyak wangi, sabun, shampo, dan produk lainnya.Â
Selain itu, air sisa proses penyulingannya bisa dijadikan sebagai cairan pembersih lantai, karena memiliki kandungan anti bakteri. Dan sisa fermentasi Serai Wangi yang telah diolah dapat dijadikan bahan bakar untuk penyulingan.
Awal mula Yana memulai semuanya dengan membangun pabrik Minyak Serai pada  2015, dan menggeluti profesinya sebagai tukang Minyak Serai. Bertempat di kampung Cipaku 2 Desa Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat.
Selain itu dalam proses pembuatan Minyak Serai Wangi Yana dibantu oleh menantu bernama Nurdin.
Nurdin salah satu menantu Yana yang rutin membantu dalam proses pembuatan Minyak Serai Wangi. Setiap pagi Nurdin selalu pergi ke ladang Serai, dan melakukan kegiatan memotong daun Serai menggunakan arit.
Upah Serai Wangi yang Nurdin ambil setiap pagi, dihargai senilai 50.000 per harinya. Tetapi berbeda dengan penyulingan, yang dihargai 75.000 per kegiatan.
Iringan proses pembuatan Minyak Serai Wangi diawali penjemuran daun Serai hingga mengering. Guna mempercepat keluarnya Minyak pada proses penyulingan. Â Â
"Paling banyak sekali penyulingan 8 kuintal daun Serai, soalnya kalo kurang dari 8 kuintal bapak ga dapat untung, karna bapak juga harus bayar upah menantu," ujar Yana
Awalnya pembuatan Minyak Serai Wangi bagi Yana sangat menguntungkan, tetapi beberapa tahun saat Covid 19 mulai melanda, Yana pun merasakan kerugian yang sangat drastis. Harga awal Minyak perkilo 340.000 menjadi 120.000.Â
Meskipun keuntungan Yana tidak sebesar dahulu, tetapi hal itu tidak membuat Yana menyudahi profesinya begitu saja.
Harapannya, pabrik Serai Wangi yang telah Yana dirikan bertahun-tahun terus beroperasi dan meningkat terus menerus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H