Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, sejarah mencatat bahwa itu merupakan suatu penindasan akan rakyat pribumi. Tanam paksa yang membuahkan kerja rodi merupakan suatu hal yang sudah biasa ditemukan saat itu.
Hingga pada tahun 1917, ketika Hindia Belanda masih bersemangat membara menjajah Indonesia, lahir Gesang Martohartono. Beliau dilahirkan di Surakarta dan yang lebih dikenal dengan sapaan Gesang.
Gesang adalah seorang penyanyi juga pencipta lagu keroncong yang memulai kejayaannya pada masa perang dunia ke-2. Beliau menulis berbagai lagu tentang betapa mempesonanya alam dan lingkungan Indonesia.
Bengawan Solo, Jembatan Merah, Pamitan, Caping Gunung, Sapu Tangan, Bumi Emas Tanah Airku, Borobudur, Dunia Berdamai, merupakan sebagian kecil lagu yang beliau ciptakan. Tapi, beliau terkenal dengan lagu ciptaannya Bengawan Solo.
Bengawan Solo, riwayatmu kini…
Sedari duju jadi, perhatian insani…
Musim kemarau, tak sbrapa airmu…
Di musim hujan air, meluap sampai jauh…
Mata airmu dari Solo…
Terkurung gunung seribu…
Air meluap sampai jauh…
Akhirnya ke laut…
Itu perahu, riwayatmu dulu…
Kaum pedagang selalu, naik itu perahu…
Lagu Bengawan Solo diciptakan pada tahun 1940, saat usianya 23 tahun. Lagu Bengawan Solo ini mendapat sambutan yang besar bagi masyarakat, tak hanya masyarakat pribumi, masyarakat asing pun demikian. Pada saat itu, Gesang sedang duduk di tepi sungai Bengawan Solo, beliau kagum akan pesonanya, hingga beliau menuliskan pesona Sungai Bengawan Solo ke dalam sebuah lagu keroncong.
Lagu Bengawan Solo terkenal dari Asia hingga Pasifik. Bahkan lagu ini diterjemahkan dalam 13 bahasa, diantaranya Inggris, Rusia, China , Jepang. Tak hanya itu, lagu Bengawan Solo juga pernah muncul dalam film In The Mood For Love besutan Wong Kar-Wai tahun 2000.
Memang, lagu Bengawan Solo sangat terkenal di negara Jepang . Hingga pada tahun 1983 Jepang mendirikan sebuah “Taman Gesang” di kawasan Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo yang di danai oleh Dana Gesang, sebuah lembaga yang didirikan untuk Gesang di Jepang.
[caption caption="Sumber foto : pasangmata.detik.com"]
Pesona lagu Bengawan Solo ternyata juga pernah menjadi lagu perjuangan rakyat Polandia pada tahun 1965-an. Lagu Bengawan Solo versi Polandia sendiri ditulis pada tahun 1964, saat Soekarno masih berkuasa dalam pemerintahan Indonesia.
“Lirik lagunya menggambarkan impian rakyat Polania akan tanah yang indah dan kemerdekaan yang tidak kami miliki kala itu,” kata Duta Besar Polandia untuk Indonesia tahun 2013 dalam acara peluncuran program kekhususan Eropa Tengah, Pusat Kajian Eropa UI di Wisma Antara.
Berkat lagu tersebut, Indonesia dan Polandia mempunyai hubungan yang sangat dekat kala itu. Lirik lagu Bengawan Solo versi Polandia ditulis oleh Marek Sewen dan Roman Sadowski dan dinyanyikan oleh Violetta Villas, diva music negeri Eropa Tengah saat itu. Menurut lirik lagu versi Polandia tersebut, tanah air diciptakan oleh Tuhan buat mereka yang bekerja keras dan berani untuk memperjuangkan nasib kemerdekaan sendiri.
[caption caption="Patung Gesang di Taman Gesang. Sumber foto : kfk.kompas.com oleh Adziz Nur Ahyana"]
Film dokumenter tersebut mengisahkan tentang kehidupan Gesang di masa senja. Meski jalannya mulai tertatih-tatih, tapi Gesang mempunyai semangat muda untuk ukuran seusianya. Dalam film documenter tersebut Gesang juga menuturkan tentang motivasinya untuk terjun ke dalam dunia keroncong yang katanya kampungan karena merakyat dan tidak pandang bulu. Tapi berkat Gesang, keroncong Indonesia dapat menunjukkan pesonanya di negeri sendiri dan juga luar negeri.
Kepopuleran lagu Bengawan Solo pun mengundang sejumlah orang yang mencoba mengklaim sebagai pencipta lagu legendaris ciptaan Gesang. Seperti warga negara Belanda bernama A. Holten yang menyatakan dirinya sebagai pencipta lagu Bengawan Solo tersebut yang heboh pada sekitar tahun 2010, saat Gesang telah wafat.
Berjuang memang tak harus menenteng senjata, berkarya pun salah sebagian dari perjuangan. Pengabdian Gesang memang pantas disebut sebagai perjuangan yang luar biasa. Yang awalnya Gesang hanyalah seorang penyanyi keroncong dalam pesta dan acara kecil di Kota Solo, tapi ternyata bisa memperjuangkan musik keroncong Indonesia ke dalam negeri sendiri dan juga negeri asing.
Semoga perkembangan keroncong di Indonesia akan tetap jaya, walaupun Sang Maestro harus meninggalkan riwayatnya pada hari Kamis, 20 Mei 2010. Semoga akan lahir Gesang-Gesang baru yang dapat meneruskan perjuangan Gesang lama yang telah tiada. Amin.
Indonesia, 10 Januari 2016
Referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Gesang
http://news.liputan6.com/read/278082/lagu-quotbengawan-soloquot-diklaim-orang-belanda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H