Salah satu tantangan terbesar dalam konstruksi infrastruktur kelautan adalah korosi, yaitu kerusakan logam yang disebabkan oleh reaksi kimia dengan lingkungan, termasuk garam. Salinitas yang tinggi mempercepat laju korosi pada logam, yang merupakan masalah serius dalam struktur maritim seperti pelabuhan, jembatan, dan anjungan minyak lepas pantai.
Untuk mengatasi masalah ini, insinyur sering kali menggunakan material khusus yang tahan korosi, seperti baja tahan karat, atau melapisi logam dengan bahan pelindung seperti cat anti-karat. Selain itu, teknik proteksi katodik juga sering digunakan untuk melindungi struktur maritim dari korosi. Proteksi katodik melibatkan penggunaan elektroda yang lebih reaktif dari bahan struktur untuk mengorbankan dirinya sendiri, sehingga melindungi logam utama dari kerusakan.
2. Pembangkit Energi Laut
Sistem pembangkit energi laut, termasuk pembangkit listrik tenaga ombak, arus, dan pasang surut, sangat dipengaruhi oleh salinitas air laut. Densitas air laut, yang dipengaruhi oleh salinitas, mempengaruhi efisiensi turbin dan generator yang digunakan dalam pembangkit energi laut. Air dengan salinitas yang lebih tinggi memiliki kerapatan yang lebih tinggi, yang dapat meningkatkan daya yang dihasilkan oleh turbin arus laut atau gelombang.
Namun, perubahan salinitas juga dapat menimbulkan tantangan dalam pengoperasian pembangkit energi laut. Misalnya, fluktuasi salinitas dapat memengaruhi kinerja peralatan, sehingga memerlukan desain yang mampu mengatasi variasi ini. Selain itu, sistem pembangkit energi laut harus dirancang untuk bertahan terhadap korosi yang dipercepat oleh salinitas tinggi.
3. Desalinasi dan Pengelolaan Sumber Daya Air
Dalam beberapa dekade terakhir, teknologi desalinasi telah menjadi semakin penting dalam pengelolaan sumber daya air, terutama di daerah yang mengalami kelangkaan air tawar. Proses desalinasi melibatkan pemisahan garam dari air laut untuk menghasilkan air tawar yang dapat digunakan untuk keperluan manusia, industri, dan pertanian.
Ada beberapa metode desalinasi yang umum digunakan, termasuk distilasi termal dan reverse osmosis (osmosis balik). Dalam reverse osmosis, air laut ditekan melalui membran semipermeabel yang memisahkan garam dari air. Proses ini sangat memerlukan energi dan teknologi canggih untuk menjaga efisiensinya, serta memerlukan manajemen yang tepat terhadap air asin yang dihasilkan.
Desalinasi memberikan solusi potensial untuk masalah air di daerah kering atau padat penduduk, namun juga memiliki dampak lingkungan. Air asin pekat yang dihasilkan dari proses desalinasi, jika dibuang ke laut, dapat meningkatkan salinitas lokal dan mengancam ekosistem pesisir. Oleh karena itu, dalam teknik kelautan, penting untuk mempertimbangkan dampak lingkungan dari proyek desalinasi dan mengembangkan teknologi yang lebih ramah lingkungan.
 4. Desain dan Pemeliharaan Pipa Bawah Laut
Pipa bawah laut yang digunakan untuk mengangkut minyak, gas, atau air juga sangat dipengaruhi oleh salinitas air laut. Pipa yang berada di bawah laut rentan terhadap korosi, terutama di daerah dengan tingkat salinitas tinggi. Oleh karena itu, material yang tahan korosi harus dipilih dengan hati-hati, dan sistem proteksi katodik sering kali digunakan untuk melindungi pipa bawah laut dari kerusakan.