Mohon tunggu...
Rade A. Ludji
Rade A. Ludji Mohon Tunggu... Guru - Kisahku sejarahku. Sejarahku bisa jadi bagian dari sejarahmu

asal NTT, sabu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sosok Ayah

7 Februari 2016   23:52 Diperbarui: 8 Februari 2016   00:08 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 

Rasanya menangis mendengar cerita mama. Pesan ayah selalu di teruskan kepada kami. Semua itu telah menjadi komitmen mama hingga mama mau melihat kami seperti sosok ayah. Meraih impian sampai batas tertinggi. Ayah,,.! aku ingin mengadu bahwa mama sangat sayang sama ayah dan kami anak-anak. Terkadang mama merasa kesepian, merasa tak sanggup lagi menghadapi sisi sulitnya dunia.

 

Cinta dan janji mama pada ayah yang membuatnya kuat, tetap tegar dalam kondisi apapun hingga aku melihat mama sebagai sosok Wanita terhebat. pada kami, mama selalu berpesan jadilah pribadi yang punya komitmen, tetap tegar dan bertahan dalam menghadapi sisi sulitnya dunia ini. Selalu sabar dan terus meminta tuntunan dari Tuhan.

 

Masalah apapun, bagi mama selalu ada hikmah dan solusinya. Memang terkadang sulit di mengerti namun dengan kesabaran maka akan ada maknanya. Makna yang membuat mama kuat hingga kami mengerti arti dari sebuah perjuangan seorang wanita. Dimana Hidup itu butuh perjuangan dan pengorbanan. Pengorbanan yang nanti membawa pada kebahagiaan.

 

Kebahagiaan dalam kesederhaan dan penuh syukur. Itulah yang Kami selalu rasakan, disaat kami berkumpul bersama. Hanya di moment tertentu kami berkumpul oleh karena impian dan Jarak yang membuat kami harus terpisah. Impian yang membuat ku kagum dan bangga akan perjuangan sosok ayah.

 

Kini impian itu telah membuatku dari Zero menjadi hero, mungkin bagi orang lain bukan apa-apa, tapi bagiku dan Gusty adalah hal mengagumkan dan luar biasa.  Ayah dan mama adalah pria dan wanita terhebat yang kami kenal. saya bangga memiliki Mama dan Gusty. Kamipun terus berjanji dan saling menasehati satu dengan lain, bahwa kelak kami tetap bercerita dan terus mengenang sosok ayah dan mama.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun