Mohon tunggu...
Rachma Wati
Rachma Wati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Menangkar Budaya yang Hampir Tercabut

18 Maret 2019   21:55 Diperbarui: 18 Maret 2019   22:01 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Satu konsep pokok dalam teori Vigosky adalah Zone perkembangan proksimal (ZPD). Konsep ini diidentifikasikan sebagai "jarak antara level perkembangan aktual yang ditentukan melalui pemecahan masalah secara mandiri dan level yang semakin berkembang jika masalah tersebut dipecahkan dengan bantuan orang lain.

Penangkaran budaya gotong royong dalam kelas, saya praktikkan dengan menyeting tempat duduk secara berkelompok. Setiap hari Senin saya akan mengganti tempat duduk berdasarkan karakteristik individu siswa baik cara belajar, kemampuan kognitif, sosial, maupun keterampilan dikaitkan dengan model pembelajaran yang akan saya jalankan. 

Sebelum pembelajaran berlangsung, seperti biasa saya menyampaikan tujuan pembelajaran dan rubrik penilaian. Salah satu indikator penilaiannya adalah kerjasama dalam kelompok tersebut. 

Pada saat pembelajaran berlangsung,  saya akan berputar mengamati ekspresi wajah dan gerak tubuh, pada saat mereka bekerja sama. Pada saat seperti ini, saya sering mendapati anak-anak yang enggan bekerja sama dengan kelompoknya,  menangis, bahkan bertengkar karena masing-masing menganggap paling bisa dan banyak bekerja bagi kelompoknya sementara temannya kurang berperan. 

Pada saat seperti ini  saya akan menengahi dengan melihat kepribadian anak tersebut, dan hal positif yang dapat disumbangkan dalam kelompoknya. Pada saat refleksi, penting sekali kita membahas kejadian-kejadian dalam pembelajaran dan meminta para siswa mengambil hikmahanya, sehingga dapat membekali mereka cara bersikap saat bekerja sama pada pembelajaran yang akan datang. 

Sebagai penutup, kita sampaikan, bahwa saat ini mereka sedang belajar bersabar menerima kelemahan teman dan menolong mereka agar dapat lebih baik dengan cara melihat kebaikan teman mereka untuk keberhasilan kelompok.

Kebiasaan bekerja sama dalam kelompok yang setiap minggu berbeda, membuat siswa  terbiasa bekerjasama dengan orang yang berbeda karakter.  terbiasa mengucap kata tolong pada saat meminta bantuan dan berterima kasih. 

Hal ini terlihat biasa, tetapi tanpa sadar melatih siswa berkomunikasi. Hal yang sangat menarik adalah berkurangnya sifat mengunggulkan diri sendiri. Mereka menganggap keberhasilan adalah saat mereka dapat bekerja sama dengan orang lain. 

Tidak ada lagi anak yang menutupi pekerjaannya dengan pagar buku dan tempat pensil. Jika masih ada anak yang mengadu pekerjaannya dicontek temannya, saya hanya menyampaikan bahwa menyontek adalah urusan si penyontek dengan Tuhan Yang Maha Tahu. Jika ingin kehidupan nyaman di akhirat tentu dia tidak menyontek.

Pada tataran kognitif ketika para siswa bekerja sama dengan teman sebayanya, interaksi-interaksi sosial yang dijalani dapat berperan sebagai fungsi pengajaran. Penelitian-penelitian teori konstruktivisme menunjukkan kelompok-kelompok belajar paling efektif manakala setiap anak memiliki tanggung jawab. Anak yang memiliki pengetahuan lebih membantu temannya yang kurang. 

Perubahan kognitif terjadi dalam ZPD saat interaksi sosial, sehingga peergroup/ kerja kelompok meningkatkan pengetahuan seluruh anggota kelompok. Pengalaman proses pembelajaran saling membantu membiasakan siswa berkomunikasi dan bergotong royong dengan orang-orang di sekitarnya. Pribadi yang terbentuk adalah anak yang ramah, berprasangka baik, dan siap membantu orang yang membutuhkan. Pada gilirannya dapat dipastikan pendidikan menjadi alat penangkaran yang efektif bagi budaya gotong royong agar tidak tercabut di bumi pertiwi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun