Mohon tunggu...
Rachma Wati
Rachma Wati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rekam Peristiwa di Awal Kurikulum 2013

14 Oktober 2017   09:30 Diperbarui: 14 Oktober 2017   09:44 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka cenderung diam dan terlihat pesimis dengan masa depan. Hal ini yang saya kecam dari kebijakan pengelompokan kelas, tanpa sadar  guru dan orang tua menggiring pada status siswa paling rendah dalam capaian nilai, sehingga mereka tidak percaya diri dan apatis dengan pelajaran. Mereka terlihat semakin tidak yakin dengan dirinya, ketika melihat posisi duduk mereka menyebar di antara murid-murid laki-laki yang cenderung banyak bergerak dan berbicara. Pandangan mata tidak nyaman seolah memprotes kebijakan saya. Dengan penuh kepastian, saya memberi isyarat agar mereka mengikuti denah tempat duduk yang telah saya buat.

Ketika dalam ketidakpastian, saya tidak berhenti membaca surat Al Fatihah. Hanya kepada-Mu aku menyembah, dan hanya kepada-Mu aku memohon pertolongan. Anugrah Tuhan seolah menjawab doa-doa saya. Anak baru di kelas kami ternyata sangat bersahabat dan mampu menjadi teladan. Komposisi yang menarik. Setiap kelompok diskusi memiliki cara dan karakter yang mendukung bagi teman. Tugas saya kemudian tinggal membuat skenario pembelajaran yang mampu mengoptimalkan kemampuan mereka masing-masing, sesuai dengan standar proses yang ada pengakuan atas perbedaan individu dan latar belakang budaya peserta didik.

Sebelum mengajar, kami, guru satu paralel, mendiskusikan pembelajaran yang berlangsung dengan melihat RPP yang sudah dibuat di Hotel Eden. Saya kemudian mencerrmatinya dan mencari  media yang memancing murid-murid bertanya. Saat akan mempelajari manusia purba misalnya, saya membawa torak atau tiruan tengkorak manusia. Mereka akhirnya bertanya dan tertarik untuk mempelajari manusia purba. Saya masih ingat ketika seorang siswa bertanya mengapa hanya karena merica kita dijajah Belanda, karena media yang saya bawa merica? 

Saat itu saya kembali menanyakan, mengapa Belanda menjajah Indonesia karena merica? Tanpa saya sangka, seorang murid perempuan  yang biasanya tidak percaya diri,  menjawab dengan malu bahwa kata kakaknya Belanda adalah negara yang kecil wilayahnya sehingga membutuhkan rempah-rempah di negara lain. Hal ini membahagiakan saya, ketika murid tertarik untuk bertanya, dan teman lainnya mampu menjelaskan, saat itu pembelajaran berkembang.

Matematika adalah pelajaran yang paling ditakuti di kelas saya. Pada saat Kurikulum 2013, kemasan tematik integratif, membuat mata pelajaran ini tidak terlihat jelas, walau keberadaannya masih berasa. Berbagai kisah menarik membekas dalam ingatan. Saat itu kita sedang mempelajari tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal. Di dalam Buku siswa tema Peduli terhadap Makhluk Hidup, terdapat soal tentang perbedaan lama tidur hewan di hutan. Salah satu murid tertarik dengan  data yang terdapat di dalam buku, yang menunjukkan hewan yang tidurnya paling lama ular, sementara yang tidurnya paling cepat adalah jerapah. Ia menanyakan, apakah data itu benar? Mengapa jerapah waktu tidurnya paling sedikit? 

Mengapa ular tidurnya paling lama? Saat itu saya terkesima. Saya sudah menyiapkan berbagai materi tentang penjumlahan dan pengurangan desimal, tetapi yang muncul adalah pertanyaan yang saya sama sekali tidak memahami.  Saya kemudian meminta perwakilan murid, untuk meminjam buku tentang hewan di perpustakaan. Oh ya, sebelum kurikulum 2013 saya sudah sering bekerja sama dengan pustakawan kami dalam pembelajaran. Tetapi saat kurikulum 2013, saya menyampaikan kepada mereka, tidak dapat menjalankan kurikulum ini tanpa pendampingan buku-buku mereka. Terbukti pada hari itu, ketika tiba-tiba muncul pertanyaan yang  tidak saya pahami. Saya hanya berdoa semoga buku dapat menjawab segalanya.

Ensiklopedia dan Atlas hewan dibagi di masing-masing kelompok. Kami bersama mencari jawabannya. Saya terharu dan bangga ketika salah satu murid dapat menjawab bahwa jerapah tidurnya paling cepat karena mereka tidurnya sambil berdiri, sambil memperlihatkan keterangan yang menyebutkan tentang hal itu. Sementara ular tidurnya paling lama karena setelah makan mereka harus mengunyah makanannya terlebih dahulu dengan cara, diam, dan tidur agar tidak termuntahkan. Mungkin proses pembelajaran seperti ini, yang membuat para tamu menganggap murid-murid saya sangat cerdas. Para tamu datang ke sekolah kami karena ingin melihat pelaksanaan Kurikulum 2013, yang saat itu masih diberdebatkan.

Perubahan dalam Kurikulum 2013 di muatan matematika adalah rumus diturunkan oleh siswa, sehingga siswa tidak menghafal rumus tetapi memahami dari mana rumus berasal untuk menyelesaikan masalah yang ada di hadapannya. Pertama saya dan teman-teman meragukan terealisasinya proses pembelajaran ini, apalagi menurut guru di kelas 3, murid-murid saya membenci matematika. 

Saya dengan ragu-ragu meminta murid-murid berdiskusi dalam kelompok  untuk mencari luas dan keliling meja dengan daun-daun yang mereka bawa dari rumah. Saya menunggu sambil berharap, apakah mereka dapat memecahkan rumus yang saya harapkan. Rupanya mereka mampu  menyelesaikan permasalahan yang saya ajukan satu persatu dan menurunkan rumus seperti yang saya harapkan. Saya semakin yakin kurikulum ini sangat memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kecerdasannya.

Kurikulum 2013 mengembangkan ranah sikap sebagai salah satu standar kompetensi lulusan. Pengalaman yang berkesan bagi saya adalah ketika belajar Tema Pahlawanku. Saat itu saya menunjukkan foto Cut Nya Dien ketika baru saja ditangkap dari gerilya dan Cut Nya Dien ketika masih muda. Semua murid-murid menjadi penasaran untuk mempelajari sejarahnya. Berbekal rasa penasaran ini, saya kemudian memberikan tugas kepada murid-murid untuk membaca sejarah pahlawan. Para siswa yang dahulu malas membaca, menjadi bersemangat. 

Mereka tidak sabar untuk menceritakan di depan teman-teman tentang pahlawannya. Sejarah para pahlawan kami kupas di kelas. Berbagai informasi kami dapatkan, bahkan banyak hal baru di luar pengetahuan saya. Raja Purnawarman yang menggali sendiri parit di negerinya, Kartini yang memberikan beasiswa belajar ke Belanda kepada Haji Agus Salim, Cut Nya Dien yang menutup mata di tempat yang jauh dari kelahirannya sebagai guru mengaji, bahkan sejarah Gajah Mada juga dipertanyakan oleh murid saya. Hal ini membuat jiwa kepahlawanan dan cinta tanah air lebih mudah saya tanamkan. Gerakan Literasi Sekolah yang saat ini digalakkan oleh pemerintah, untuk menumbuhkan minat baca, sudah lama kami praktikkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun