“Saya prihatin, cerita hidupnya penuh dengan kisah kelam. Dan sssstttt…..jangan tulis nama saya, cerita Sumini selalu berurusan dengan selangkangan,” bisik Pak RT memberi penjelasan tanpa aku ajukan pertanyaan.
Aku terenyuh mendengar rentetan cerita tentang Sumini. Terlebih ketika ia sendiri yang menuturkan lakonnya. Benar kata Pak RT, masalah yang membelit Sumini nyaris tak lepas dari urusan selangkangan.
Beberapa kali wanita berambut panjang itu menangis saat bercerita. Ia buka semua kisah kelamnya seolah kisah itu telah lama tertahan lantaran tak ada tempat berbagi.
Menghadapi situasi begini, pengalaman mengajarkanku bahwa menulis di atas lembaran kertas adalah bukan cara tepat lagi bijak. Mencatat keterangan narasumber memang mutlak agar informasi yang disampaikan tak salah. Namun, mencatat di atas kertas bukanlah cara satu-satunya.
Dus, jadilah aku merekam drama getir itu dalam ingatan. Kecuali sesekali aku mencuri mencatat dengan pura-pura mengetik SMS.
Menjadi korban pencabulan ketika berusia belasan, Sumini lantas meninggalkan desanya untuk menghindari malu. Ia ikut tetangganya dengan harapan memiliki rupiah sendiri yang bisa ia kirimkan ke orangtuanya. Klasik. Tapi itulah drama Sumini yang akhirnya terjebak di mulut buaya.
Tetangganya yang ia kira menjadi dewi penolong mempekerjakanya di warung remang-remang di jalan lintas sumatera. Dan tak semua orang yang hidup di jalanan adalah pria yang suka jajan atau hidung belang. Sumini remaja diselamatkan sopir yang usianya beberapa tahun lebih tua darinya. Kelak, mereka menikah dan melahirkan Somad.
“Hidup saya mulai kembali hitam selepas ayah Somad berpulang karena kecelakaan. Somad tak merestui saya menikah dengan ayah tirinya. Hubungan kami tak akur. Saya dengan ayah tiri Somad, termasuk saya dengan Somad, sampai tiba malam jahanam itu. Entah bagaimana dan siapa yang memulainya.” Sumini terisak dan menghentikan ceritanya.
“Karena kepergok oleh orangtua tirinya, akhirnya mereka berkelahi. Selanjutnya Ritas tewas diduga karena pukulan keras di dada. Kita masih menunggu hasil otopsi dari rumah sakit,” ujar Kapolsek Muara Bulian AKP Suryadi saat ku konfirmasi mengenai peristiwa langka itu.
*sudah lebih dulu dipublish di rachmawan.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H