Mohon tunggu...
Rachmat Willy
Rachmat Willy Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat fiksi

Menikmati hidup dengan membaca, menulis, dan ngeblog. Follow saya di @RachmatWilly pasti di follback.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Promosi LGBT dalam Serial Televisi dan Kisah Negeri Pelangi Kita

15 Juli 2017   17:20 Diperbarui: 1 Agustus 2017   18:19 4000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serial TV Supergirl. Sumber gambar: dc.wikia.com

Jadi, kalau ada dua hal itu langsung ditutup, tapi kalau hanya pornografi saja mungkin masih pikir-pikir dulu untuk menutup. Salah satu rumor bahkan terdengar agak sadis, situs yang memuat pornografi konon katanya masih dibutuhkan untuk sekedar menghabiskan bonus-bonus kuota. Mudah-mudahan ini hanya sebatas rumor saja.

Padahal katanya Pancasila menaungi seluruh warga Indonesia untuk memperoleh hak-haknya sebagai manusia. Sebagai rakyat Indonesia. Saya Pancasila. Saya Indonesia. Artinya, para pendiri bangsa ini dari jauh-jauh hari sudah bisa meramalkan bahwa kemajemukan Indonesia tidak lagi sebatas melting pot kesukuan semata. Ada banyak kemajemukan lain. Harusnya, pesan Bhinneka Tunggal Ika makin dalam merasuk ke sendi-sendi bangsa ini. Harusnya, dengan Bhinneka Tunggal Ika, Indonesia adalah negara pertama yang menjadi Rainbow Nation atau Negeri Pelangi. Apa itu?

Rainbow Nation atau Negeri Pelangi adalah istilah yang pertama kali dikemukakan oleh Desmon Tutu, seorang rohaniawan untuk menggambarkan kondisi Afrika Selatan pasca berakhirnya politik apartheid. Lebih tepatnya setelah berlangsungnya pemilihan demokratis yang pertama di Afrika Selatan pada tahun 1994. 

Konstitusi mereka pun berubah menjadi konstitusi yang paling liberal dan progresif di dunia. Kalimat kuncinya adalah "respect, protect, promote and fulfil" yang berlaku bagi semua orang tanpa mempertimbangkan jenis kelamin, ras, situasi sosial, atau orientasi seksual. Artinya, keberagaman itu dihargai tanpa harus memperhatikan hal-hal yang membedakan satu sama lain. Apa bedanya dengan kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia?

Bendera pelangi yang sering digunakan sebagai simbol dukungan terhadap LGBT. Sumber: mashable.com
Bendera pelangi yang sering digunakan sebagai simbol dukungan terhadap LGBT. Sumber: mashable.com
Konstitusi yang dipunyai Indonesia juga terbukti mendukung ciri khas Negeri Pelangi dengan menjamin 40 hak konstitusional warga negara Indonesia (WNI)yang terbagi dalam 14 rumpun hak (Pasal 28 A hingga 28 J pasca amandemen) antara lain: hak atas kemerdekaan pikiran dan kebebasan memilih dan hak bebas dari ancaman, diskriminasi, dan kekerasan.

Namun apa yang terjadi? Kita bisa melihat situasi pasca sidang kasus dugaan penodaan agama, misalnya, atau suasana politik menjelang pilkada yang dihubung-hubungkan dengan agama dan golongan tertentu, atau situasi lainnya. Ternyata menjadi warga negara Indonesia itu masih sulit. Masih harus dipantau terus penjaminan pemenuhan hak-haknya. 

Masih perlu peningkatan kesadaran bahwa Indonesia ini adalah milik semua dan akan menjadi maju kalau saling menghargai atas hak-hak yang dimiliki masing-masing itu dijalankan dengan baik. Masih perlu belajar banyak dari negara semacam Afrika Selatan atau negara lainnya walau jelas-jelas secara teoritis kita jauh lebih baik. 

Kembali ke serial televisi, saya pribadi mendukung LGBT untuk memperoleh hak-haknya sebagai manusia, sebagai rakyat Indonesia (jika mereka memang terdata sebagai warga negara Indonesia). Artinya, tak ada pengecualian dalam segala hak sebagai warga negara dan kewajiban sebagai warga negara. Bahkan saya mendukung jika kelak ada calon pemimpin wilayah berasal dari kelompok LGBT. Siapa tahu mereka lebih bersih dari korupsi (baca: maling) daripada banyak para pemimpin daerah yang berkategori "normal" tapi tetap korupsi.

Yang saya tidak dukung adalah promosi yang berlebihan tentang LGBT. Kita tahu LGBT itu ada di sekitar kita. Bukan baru. Sudah sejak lama. Sampai kapanpun akan tetap ada. Namun, mempromosikan LGBT via berbagai media secara masif akan memicu kebosanan dan semakin meningkatkan rasa antipati dari kelompok yang sejak awal menentang LGBT. Bukankah dalam teori komunikasi dikatakan bahwa penyampaian pesan yang efektif adalah dengan memberikan dosis pesan yang tepat dan pada situasi yang tepat pula? Jangan tanya saya ini teori siapa. Saya lupa.

Yang dibutuhkan adalah meningkatkan peran kelompok pendukung (support group). Hal ini mungkin baru di Indonesia. Mungkin curhat dengan teman oke-oke saja, tapi dukungan kelompok terbukti meningkatkan percaya diri lebih baik. Ini yang sebenarnya harus disosialisasikan dengan luas dan lugas.

Tiba-tiba saya teringat akan transgender Wonder Woman yang cantik asal Thailand. Foto-fotonya sangat apik dan menarik. Awalnya, tak ada yang mengira kalau dia adalah seorang transgender. Saya scroll ke bawah untuk melihat kolom komentar. Ada yang menulis di kolom komentar "makanya jangan asal serudak-seruduk di Thailand tau-tau dapatnya ... (titik-titik)". Dia pikir, segampang itukah transgender tertarik dengan seseorang? Ketika dilihat gambar profilnya, sudah dapat diduga, terlihat agamis sekali dengan jubah dan rias kepala warna putih. Lagi dan lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun