Mohon tunggu...
Rachmat Willy
Rachmat Willy Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat fiksi

Menikmati hidup dengan membaca, menulis, dan ngeblog. Follow saya di @RachmatWilly pasti di follback.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Merawat Mata Air, Belajar dari Kearifan Lokal

27 April 2015   17:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:38 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_363130" align="aligncenter" width="560" caption="Hebatnya gajah, bisa mencium air dari jarak yang sangat jauh. "]

14301298861578022822
14301298861578022822
[/caption]

Itu baru fakta yang berbicara tentang jumlah air. Belum lagi fakta-fakta yang menyedihkan di berbagai belahan dunia yang menggambarkan tentang sulitnya air didapatkan. Sebanyak 750 juta orang di muka bumi ini diperkirakan tidak punya akses untuk air yang layak minum. Itu melebihi dua kali penduduk Amerika! Belum lagi fakta bahwa penyakit Diare membunuh 842,000 orang setiap tahunnya. Kurang lebih 2,300 orang setiap harinya!

Padahal tubuh kita sebagian besar terdiri atas air. Ada yang mengatakan bahwa 55 - 78 persen dari berat tubuh kita berasal dari kandungan air didalamnya. Saat bayi dalam kandungan, bisa dikatakan tubuhnya terdiri dari hampir 100% air. Jumlah ini menurun seiring dengan bertambahnya umur seseorang sampai mendekati hanya 50% saat kita tua nanti. Air merupakan pelarut universal yang mampu melarutkan dan menyerap senyawa berlebih dalam tubuh kita dan selanjutnya mengeluarkannya. Sebagai bahan utama dari darah dan cairan getah bening, air mengangkut nutrisi dan oksigen ke semua 100 trilyun sel kita dan membawa pergi produk limbah dan karbon dioksida. Proses ini mengakibatkan ginjal harus menyaring sekitar 400 galon darah setiap harinya! Air juga berfungsi sebagai pelumas, yang mencegah gesekan antara bagian yang bergerak dalam tubuh kita, dan memungkinkan gerakan licin makanan melalui sistem pencernaan kita. Secara keseluruhan air lah yang membuat tubuh kita menjadi fleksibel.

Menyadari berbagai fakta tentang air tersebut membuatku terheran-heran sendiri dan pada akhirnya menengadah ke atas sambil mengucap syukur. Mengucap syukur bahwa kita masih diberikan nikmat oleh Yang Maha Kuasa untuk bisa menikmati air yang membantu kelangsungan hidup kita dan beraneka mahluk di muka bumi ini. Namun rasa syukur itu diselipi rasa was-was pula mengingat bahwa di dunia industripun peran air sangat dominan. Dunia industri membutuhkan 20% dari total air yang ada dan sebanyak 75% dari penggunaan air itu adalah untuk menghasilkan energi. Sayangnya dampak industri juga berbuah pada pencemaran air dimana 70% sisa industri di negara-negara berkembang dibuang begitu saja ke aliran air sehingga mencemarinya.

1430130491879486235
1430130491879486235
Karena asyik berpikir, tak sadar kami sudah tiba di desa Panaga. Badanku yang lelah langsung terduduk di pintu depan honai pak Philep. Betul prediksi pak Philep sebelumnya, waktu di jam tanganku menujukkan pukul 17.12 WIT. Tak lama beristirahat aku langsung bergabung dengan para lelaki Lani di depan tungku di dalam honai. Hipere dan air panas terjerang di atas tungku.  Badan mulai terasa hangat. Air terjerang, uap panasnya menyebar ke atas. Uap panas itu turut menyebarkan bau serbuk kopi yang tersiram  ke seluruh penjuru honai. Kami pun berbincang akrab. Salah satu topik yang kami bahas adalah tentang pelestarian air yang ada di wilayah yang masih terpencil ini. Terbayang pengaruh kota yang mulai masuk. Deterjen, sampah plastik, makanan instan dan berbagai hal lain yang dapat mengotori sumber-sumber air.

Akupun mencoba membahas soal denda adat yang diceritakan pak Philep tadi, apakah mungkin itu diterapkan juga untuk para pembuang sampah yang mencemari sumber air. Secara garis besar, para lelaki Lani itu tampak mengangguk-angguk setuju. Ini baru sebagian kecil dari mereka. Masih banyak lelaki Lani lain yang harus diberi pemahaman yang sama. Pemahaman tentang pentingnya melestarikan mata air. Pemahaman tentang hubungan air dan pembangunan di masa mendatang. Semoga masih cukup waktu untuk bertindak dan menyelamatkan mata-mata air itu.

Bacaan:

ibtimes.co.uk

unescap.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun