Tak hanya itu, pengorbanan pun belum berakhir, bau minyak kayu putih menyerebak di sekitar kabin kapal. Akhirnya dengan susah payah kapal dapat mendarat di Dermaga Pulau Karya. Jam menunjukkan pukul 9.30. Bila di jam yang sama rekan-rekan kami di balaikota mungkin sudah kembali ke rumah masing-masing setelah apel, justru kami baru akan memulai apel.
Bagi kalian yang bekerja di darat, banyaklah bersyukur, nasib kalian sungguh bagus. Bekerja di pulau sungguh berat. Biarlah kami yang menanggung semuanya, kalian takkan kuat.Â
Bila kalian saat pergi dan pulang dapat bercengkrama di dalam mobil, di bus, atau di kereta commuter, dengan teman seperjalanan, maka kami yang bekerja di pulau justru sedang berdoa memohon keselamatan agar kapal dapat berlayar dengan aman dan tidak karam.Â
Jika kalian sehat-sehat saja saat pergi kerja, tidak dengan kami. Kami, saat pergi sehat, pulang (kerja) bisa tiba-tiba masuk angin. Esoknya, badan penuh dengan bekas kerokan. Begitulah adanya.Â
Kami, seperti kata Pak Bupati dalam apel pagi itu, adalah pegawai-pegawai potensial yang hebat-hebat. Tak banyak pegawai yang diberi kesempatan bekerja di pulau. Hanya pegawai-pegawai terpilihlah yang ditunjuk untuk mengabdi di pulau terdepan milik Pemprov DKI Jakarta. Dan kami adalah pegawai yang terpilih itu..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H