Sebagai kota dengan jumlah penduduk yang banyak, Philadelphia, seperti kota-kota besar di Amerika Serikat lainnya tentu dihadapkan dengan permasalahan penyediaaan perumahan yang layak huni bagi warganya. Dengan keterbatasan lahan yang ada di perkotaan, maka pemerintah pun membuat perumahan yang sederhana ukurannya. Dan biasanya, dikhususkan bagi kalangan menengah. Meskipun kecil, namun permukiman atau kawasan perumahan di kota dengan panggilan Philly ini sangat tertata dengan baik. Beraturan. Jarak antara bangunan dengan jalan raya dibuat lurus laksana bujur sangkar kotak-kotak. Jalan lingkungan di sekitarnya pun lumayan lebar, muat untuk ukuran empat lajur mobil.
Lantaran berukuran kecil, kulihat kawasan perumahan sederhana di Philly dibuat tanpa mempunyai halaman depan. Bentuk, ukuran, dan luasnya pun nyaris seragam. Kutaksir tiap-tiap rumah luasnya hanya sekitar 50 meter persegi, dengan tanpa adanya garasi atau lahan kosong. Akibatnya, banyak mobil yang terparkir di pinggir jalan di depan rumah-rumah mereka.
Kegiatan urban farming atau berkebun di tengah kota yang dilakukan oleh masyarakat perkotaan tampaknya telah mewabah dan merambah kota-kota besar di dunia, tak terkecuali bagi kota berpenduduk 1,6 juta jiwa ini. Hampir di setiap lingkungan perumahan yang kutemui terdapat sebidang tanah kosong yang dikhususkan untuk mewadahi mereka yang mempunyai hobi bercocok tanam. Tadinya aku sempat terkecoh, dari kejauhan kulihat sebidang tanah tanpa bangunan itu -meski berpagar-, seolah tak terurus, Namun, saat kudekati ternyata ada aktivitas bercocok tanam di sana.
Mereka terlihat sangat bersemangat mengolah tanah, dalam upaya penghijauan lingkungan di sekitar tempat tingggalnya. Keseriusan mereka ini untungnya di back up oleh pemangku kebijakan disana. Meski lahan di Philly serba terbatas, namun ada beberapa kavling tanah milik pemerintah yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan urban farming.
Untuk meng-organize kegiatan urban farming ini, mereka berkumpul dan membentuk komunitas yang bernama “Community Garden”. Ada gubuk kecil, semacam sekretariat untuk mereka berkumpul. Di gubuk seluas 25 meter persegi itu juga digunakan sebagai tempat menaruh aneka perabot pertamanan. Kulihat sekop dan pacul tergeletak di sudut gubuk. Ada pula berjenis-jenis pupuk kompos. Juga tampak aneka benih dan bibit tanaman. Tiap anggota bisa memanfaatkannya fasilitas yang ada. Setiap hari, selalu saja ada anggota komunitas -yang kebanyakan ibu-ibu rumah tangga- menggarap jatah kavling miliik mereka.
Solusinya, bila ada tanah milik negara yang ‘tidur’ atau belum termanfaatkan, di tengah-tengah permukiman, alangkah baiknya bila model sewa lahan di kota Philadelphia ini bisa dijadikan benchmark, bagaimana konsep urban farming diterapkan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia, ketimbang tanah itu digunakan hanya untuk lahan parkir mobil!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H