Istirahat bisa merupakan cara terbaik untuk meredam kekecewaan ataupun masalah yang tengah kita hadapi di kantor. Kita bisa untuk ambil cuti sehari atau dua hari, dan ketika cuti upayakan untuk benar-benar istirahat dari hingar-bingar dunia kerjaan lho ya.Â
Sebaiknya juga sebelum kita ambil cuti untuk istirahat, kita memberitahukan kepada rekan kerja kita agar tidak mengganggu waktu cuti kita. Hal ini juga saya lakukan ketika saya berada di titik jenuh terhadap pekerjaan yang sedang saya lakukan.
Selalu Menjaga Keseimbangan antara Waktu Kerja dan Istirahat
Sebaiknya kita juga jangan jadi orang yang "gila kerja." Kenapa? Karena kalau kita sakit atau sampai meninggal gara-gara kelelahan bekerja, mungkin kantor kita akan merasakan kehilangan. Setelahnya? Mereka pasti akan merekrut orang baru lagi. Keluarga kita lah justru yang akan sedih berkepanjangan apabila kita sakit atau pahitnya sampai kita meninggal.Â
Kalau waktu yang tertulis di kontrak kerja kita hanya bekerja sampai pukul 16.30, ya lakukanlah pekerjaan sampai batas waktu yang tertera.Â
Saya juga menyadari bahwa kalau kita kerja lewat dari batas waktu yang sudah ditetapkan kita pasti akan uring-uringan, besoknya mungkin berangkat ke kantor akan jadi tidak bersemangat lagi.
***
Lalu jika sudah melakukan cara di atas kita masih merasakan demotivasi kerja, kita harus apa?Â
Nah ini pilihannya ada di diri kita masing-masing, karena kita lah sesungguhnya nahkoda untuk hidup kita sendiri.Â
Kalau mau resign coba list dulu apa baik dan buruknya ketika kita resign. Pikirkan juga setelah kita resign, apakah sudah dapat pekerjaan baru atau memang kita ingin menjadi pebisnis saja.Â
Jangan resign hanya karena emosi semata, tapi saran saya pikirkan baik buruknya, dan dalam agama islam juga diajarkan untuk shalat istikharah apabila bingung ingin mengambil keputusan.