Makanan Favorit Pengunjung di Restoran Eat Happens
Ternyata di restoran ini punya makanan yang menjadi favorit para pengunjung, saya sempat bertanya kepada bapak Owner, beliau berkata “ketika kami membuat menu di sini, dari kami sendiri selalu bilang “makanan ini kira-kira cocok gak kalau buat di foto dan di posting di instagram atau bahasa beken nya instagramable? Jika menurut kami makanan dan/atau minuman ini banyak yang penasaran dan ingin mencoba menyicipnya barulah kami membuat menu dan tentunya memastikan rasa nya juga.”
Dan menu favorit di sini adalah roti semacam hot dog dengan panjang 43 cm yang diberi nama “Hungry John Bread” wah kok panjang banget rotinya? Memang, roti ini sebenarnya lebih cocok untuk dimakan 2 sampai 3 orang karena porsinya yang super besar. Waktu berkunjung ke sini, saya sempat memesan roti “Hungry John Bread” ini dan rasanya memang lezat, terbuat dari roti pilihan, ditambah irisan daging sapi dan sosis, ditambah pula dengan telur dan keju yang menjadikan kudapan ini bernilai gizi tinggi. Yang anak kost nih, boleh banget patungan sama temen-temen nya buat nyicip menu ini, bisa perbaikan gizi bareng-bareng kan? Huehehe
Dan selain itu di sini juga tersedia “Martabak Happens” dan martabak yang menjadi favorit pengunjung adalah Martabak 8 Rasa. Jadi dalam satu martabak ukuran besar, per slice nya, terdiri dari 8 topping, seperti coklat, keju, kacang, greentea, dan sebagainya.
Dan jikalau, restoran lain setiap hari buka, baik hari kerja maupun hari libur, maka restoran Eat Happens ini, libur setiap hari senin saja. “Lho kok Senin sih hari yang dipilih restoran ini untuk libur?” ternyata jawaban dari sang owner adalah karena hari senin, pengunjung tidak sebegitu banyak pengunjung di hari lain nya. Dan hari senin biasanya dipergunakan untuk review pelatihan koki.
Kemudian di akhir perbincangan saya dengan sang owner, bapak Martin Sunu, beliau menitipkan pesan untuk para wirausahawan/wirausahawati baru yang ingin memulai untuk merintis bisnisnya di dunia kuliner. “Jangan membuat bisnis untuk sekadar ikut-ikutan, karena persaingan di dunia kuliner begitu ketat, harus punya konsep dan nilai jual yang unik, sehingga membuat orang penasaran ingin datang ke restoran tersebut. Perhatikan saran dan kritik dari para pelanggan, karena itu sangat penting untuk perbaikan kualitas masakan dan restoran kedepannya.” Ujar bapak Martin. (DEW)
Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H