Idul Fitri tinggal menghitung hari. Ya, dalam kurun waktu kurang dari seminggu, Bulan Ramadan yang penuh rahmat, ampunan, dan berkah ini akan berganti dengan bulan Syawal. Yang di mana pada setiap tanggal 1 Syawal seluruh umat muslim dari berbagai penjuru dunia merayakan Hari Raya Idul Fitri. Idul fitri memang adalah hari raya yang paling dinantikan kehadirannya.
Semua masyarakat muslim sangat antusias menyiapkan pernak-pernik kebutuhan Hari Raya Idul Fitri. Katanya bagi anak kecil, “Kalo nggak punya baju baru, tandanya bukan Lebaran. Kalo nggak punya sepatu baru, Lebarannya kurang asyik.” Saya pun begitu, dulu sewaktu masih duduk di bangku sekolah dasar, pada seminggu pelaksaan puasa Ramadan sudah hunting baju baru ke mall. Yah namanya juga anak-anak. Pasti ada rasa bangga dan bahagia bila Lebaran Idul Fitri mengenakan pakaian yang serba baru.
Namun, perayaan Idul Fitri ini tak bisa dipisahkan juga dari berbagai makanan khasnya. Udah gak asing lagi dong ya sama ketupat, opor ayam, sambel goreng kentang, rendang... (Kok saya jadi laper sendiri ya, setelah nulis nama makanan-makanan itu? hahaha.)
Ya, berbicara tentang makanan atau masakan memang menarik. Yang mau saya bagi dalam artikel kali ini adalah lebih kepada ketupatnya. Saya banyak mencari-cari tahu tentang asal mula ketupat ini. Mungkin membahas tentang ketupat atau Idul Fitri terlalu cepat jika saya tulis sekarang, tapi ya tak ada salahnya juga kan ya? Ketupat atau yang disebut juga dengan kupat adalah hidangan berbahan dasar beras yang dibungkus dengan selongsong dari anyaman daun kelapa yang masih muda atau yang biasa disebut dengan janur. Selain digunakan untuk membuat ketupat, janur ini juga bisa menjadi lambing acara pernikahan, yaitu dibuat sebagai janur kuning yang melengkung.
Belum lama ini, saya baca buku mengenai ketupat. buku dengan judul “Hidangan Ketupat Nusantara yang Paling Laku Dijual” terbitan PT Gramedia Pustaka ini memang menarik untuk dibaca. Menurut saya. Dalam buku ini dikatakan bahwa, selongsong pembungkus ketupat tidak selalu terbuat dari janur. Di daerah Sulawesi misalnya, ada yang membuat ketupat dari daun pandan. Selain itu selongsong ketupat juga bisa digantikan dengan kain katun yang dijahit atau dijelujur, sehingga jika ketupat sudah matang, warna nasinya tetap akan jadi putih. Dan di zaman modern sekarang ini pembungkus ketupat (selongsong) bisa juga terbuat dari plastik siap beli atau tabung kaleng khusus yang berbentuk menyerupai ketupat.
Ketupat ini paling banyak ditemukan jika Idul Fitri tiba. Tak ayal, banyak orang yang beranggapan “gak afdhol” kalau Lebaran di rumah dan tidak makan ketupat. Sebenarnya ketupat telah lama dikenal oleh orang Indonesia. Hal ini terbukti dengan menjamurnya berbagai penganan berbahan dasar ketupat di seluruh pelosok Indonesia. Bahkan beberapa negara tetangga juga mengenal ketupat yang kemudian dijadikan kudapan pelengkap hidangan khasnya. Seperti di negara Malaysia, Brunei, dan Singapura. Jangan salah, di negara Filipina pun ada makanan yang mirip sekali dengan ketupat, berbahan dasar beras juga namun orang Filipina sana menyebutnya bukan ketupat, melainkan puso.
Untuk di Indonesia sendiri, makanan yang berbahan dasar ketupat sudah tidak asing lagi di telinga maupun di lidah. Pasti kalian sudah pernah dengar dan icip kupat tahu, makanan dari ranah Sunda, kemudian kupat glabet makanan dari Tegal, Coto Makassar, makanan dari daerah Makassar. Di mana untuk Coto Makassar ini, ketupat lebih disebut dengan nama burasa. Ketupat sayur Padang, makanan khas dari ranah Minang ini biasanya disajikan dengan kerupuk berwarna merah muda yang garing dan memikat, dan di daerah Cirebon, ketupat juga dijadikan sebagai penganan untuk membuat doclang. Ya masih banyak lagi sebenarnya olahan dengan ketupat, namun tidak semuanya saya jabarkan di sini, biar kalian saja yang mengeksplor dengan traveling ke seluruh pelosok Indonesia, ya! Hihihiiww.
Ngomong-ngomong tentang ketupat, ternyata ketupat ini juga mempunyai asal usul pembuatannya. Ya ketupat yang biasa dijumpai di Indonesia berbentuk jajaran genjang bersudut 6. Nah, ketupat ini juga mempunyai ragam sebutan. Seperti yang pernah saya baca, ada 17 ‘nama lain’ dari ketupat. Seperti berikut ini:
Bahasa Bali: tipat
Bahasa Banjar: katupat
Bahasa Betawi: tupat
Bahasa Cebu: puso
Bahasa Filipino: bugnoy
Bahasa Minangkabau: katupek
Bahasa sasak: topat
Bahasa madura: ketopak
Bahasa Gorontalo: atupato
Bahasa Angkola: katupat
Bahasa Jawa: kupat
Bahasa Kapampangan: patupat
Bahasa Makassar: katupa’
Bahasa Melayu/Indonesia: ketupat
Bahasa Sunda: kupat
Bahasa Tausug: ta’mu
Bahasa Tolitoli: kasipat
Menelusuri jejak siapa yang pertama kali membuat ketupat memang masih menjadi pertanyaan. Terbilang unik dan menyenangkan, belum tahu persis siapa pencipta awal mula ketupat ini, jika melihat fakta kebudayaan Jawa sebagai pusat episentrum budaya, maka bisa jadi, asal mula ketupat ini tercipta di Pulau Jawa. Menurut salah satu sumber yang saya pernah baca, ketupat ini ternyata diperkenalkan saat Islam masuk ke tanah Jawa. Oleh salah satu Wali Songo, yaitu Sunan Kalijaga
Ya, Sunan Kalijaga adalah orang yang diperkirakan memperkenalkan makanan ini kepada masyarakat Jawa. Beliau membudayakan dua kali Bakda, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah Lebaran. Pada hari yang disebut Bakda Kupat tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda.
Dulu sewaktu saya kecil, ibu saya mengenalkan saya proses cara membuat ketupat. Karena waktu itu, orang-orang lebih senang membuatnya sendiri daripada beli ketupat yang sudah matang. Lain dulu, lain sekarang. Kalau sekarang mah, orang lebih senang beli ketupat yang sudah jadi alias sudah matang. Karena lebih praktis katanya. Ya, ada benarnya juga, karena memasak ketupat itu sangat lama. Kurang lebih 8 jam lamanya, ketupat itu baru matang. Makanya dulu waktu di rumah saya, masih senang memasak sendiri ketupat Lebaran (bukan beli yang sudah jadi), memerlukan pasokan gas (elpiji) yang banyak. Karena selama 8 jam memasak ketupat melalui kompor gas, makin banyak juga gas yang keluar.
Menurut buku yang saya baca lagi, setidaknya ada 7 cara proses pembuatan ketupat dengan menggunakan janur, yaitu:
- Gulung janur 3 kali pada tangan denngan posisi pangkal janur mengahadap ke atas
- Ambil janur satu lagi, gulungkan juga pada tangan sebanyak tiga kali, namun kali ini dengan posisi pangkal janur menghadap ke bawah.
- Buat kedua janur saling bersilangan, namun tetap dalam posisi tergulung
- Ambil salah satu ujung janur dan putar ke belakang susunan janur
- Masukkan ujung janur yang sudah diputar ke belakang ke janur yang ada pada posisi tengah, masukkan janur seperti menganyam
- Teruskan menganyam sampai bawah, lakukan hal yang sama pada ujung janur lain
- Langsung lakukan penganyaman ke atas pangkal janur. Lakukan kedua hal ini, hingga keduanya berada di bagian atas ketupat
Kok rumit, bingung ya? Sama dong saya juga bingung hahaha. Tenang, proses pembuatan ketupat ini juga bisa dilihat di tautan Youtube berikut ini:
Ya ngapain lah rumit-rumit buat ketupat sendiri, lah jaman sekarang mah praktisnya beli! Memang.. Tapi nggak ada salahnya juga kita melihat dan mengetahui bagaimana proses terciptanya Ketupat yang sering kita makan saat hari Raya Idul Fitri ini, ya kan? Jadi jangan tau namanya aja, tapi gak tau gimana cara buatnya.
Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H