Melimpahnya kader secara kuantitas harus dipertautkan dengan pengembangan kualitas kader. Pola kaderisasi harus seimbang antara pengembangan intelektual berbasis diskusi dengan penguasaan teknologi. Media PMII harus lebih digalakkan untuk menampung tulisan kader, meminjam istilahnya ketua umum Abdullah Syukri, mampu menciptakan opini tandingan.
Mumpung menulis dalam momen harlah, saya teringat apa yang pernah disampaikan oleh Ketua Umum PB PMII masa khidmat 2008-2011, Muhammad Rodli Kaelani. "Jika hanya maknai hari lahir PMII dengan biasa-biasa saja, maka berkhidmat di PMII di hari-hari selanjutnya hanya biasa-biasa saja, dan pasca alumni menata kehidupan cukup menjadi manusia biasa. Sebaliknya, jika dimaknai hari lahir PMII dengan luar biasa, maka berkhidmat di Pergerakan maupun pasca alumni akan menjadi manusia luar biasa dan menata kehidupan sosial dengan penuh kemanfaatan".
Jadi, sudah sewajarnya sebagai warga pergerakan tidak melulu memaknai harlah sebagai hal biasa, ceremonial semata, dan potong tumpeng saja. Harlah PMII harus dimaknai dalam rangka mencerdaskan otak untuk mengukir prestasi dan menyugesti kehidupan masa depan.Â
Harlah PMII harus dijadikan refleksi supaya kader hari ini mampu meneladani para pendahulu secara serius bukan sebatas romentisme sejarah saja. Saatnya menjadikan momen harlah sebagai perubahan secara mendasar bagaimana kader PMII mampu berperan aktif dimana saja dan kapan saja. Kader yang siap pakai dalam situasi dan kondisi apapun.
Saya ingin menegaskan dalam tulisan ini selain selalu saya sampaikan pada pertemuan-pertemuan forum PMII. "Kader PMII tidak boleh menjadikan suatu keadaan sebagai alasan paling keren untuk menyerah pada situasi yang tidak memungkinkan. Seharusnya sebagai kader harus mampu menjadikan sebuah hambatan sebagai tantangan untuk terus maju. Jika ada rintangan, jangan sampai mundur, tapi berbeloklah lalu maju kembali."
Zaman yang semakin maju dengan indikator media dan teknologinya harus mampu dijawab dan dijalani oleh warga pergerakan. Dengan modal intelektual yang sudah mumpuni yang ditempa dalam setiap diskusi follow up, diskusi fakultatif, dan jenis diskusi lainnya sudah saatnya untuk dibahasakan ulang menjadi narasi yang menarik untuk dibaca dan perlu dalam lintasan dunia maya. Kader PMII harus melek teknologi yang dalam kedepannya akan menjadi sentrum perjuangan dalam menyalurkan gagasan-gagasan kontekstual untuk kemajuan Indonesia dan PMII.
Kata Mahfud Sunarjie, Jurnalis alumni PMII, tanpa narasi diberbagai media, eksistensi PMII hanya akan berada dalam hati saja. Bukti konkret hari ini yang menunjukkan bahwa PMII masih aktif berperan dan mengawal serta mengisi keberlangsungan Indonesia selain dalam dunia nyata harus diseimbangi dengan eksistensi dunia maya.Â
Ingat! PMII tidak pernah lahir dari ruang hampa tanpa tujuan dan landasan yang jelas, tetapi terlahir atas kejernihan hati dan kejelihan pemikiran untuk menjawab tantangan zaman yang terus dipupuk dengan secercah harapan yang terorganisir.
Akhir kata, saya mengucapkan selamat harlah PMII ke-62. Marilah berdoa secara serius. Lalu lantangkan dengan semangat pengabdian dan gemakan dengan penuh kegembiraan. Lantunkanlah dengan bangga "Inilah kami wahai Indonesia. Tunas yang terus bersemi, dan kader yang terus tumbuh subur. Inilah kami wahai Indonesia. Ilmu dan bakti kuberikan".
Penulis: Abdur Rahmad (Sekretaris Umum PMII Komisariat Universitas Nurul Jadid)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H