Krisis yang terjadi pada tubuh PMII bersama kadernya adalah defisit literasi. Jarang ditemukan dari melimpahnya kader PMII yang serius dan intens menekuni dunia literasi.Â
Masih minim sekali karya-karya dari para kader PMII yang potensial untuk dijadikan rujukan dari kompleksitas kebutuhan masyarakat terutama karya yang memakai bahasa "mudah dipahami oleh masyarakat akar rumput". Persoalan media dan teknologi yang hari ini menjadi program unggulan dari PB PMII memang sangat minim. Jarang ditemui narasi-narasi keislaman dalam menyuarakan Islam moderat dan ceria tanpa kekerasan.
PMII sudah seharusnya menyikapi dengan serius persoalan perkembangan media dan teknologi. PMII harus membersamai Nahdlatul Ulama' dalam mengampanyekan Islam Nusantara untuk menghindari atau menangkis paham-paham radikal-anarkis dan fanatisme agama. PMII dengan ribuan kadernya harus masuk secara mendalam di dunia maya dengan berbekal pengetahuan yang holistik supaya mampu menyeimbangi segala persoalan yang akan merongrong keberadaan Indonesia. Diversitas Indonesia harus selalu dijaga dengan pendekatan yang kontekstual dan komunikatif.
Menjawab segala persoalan diatas, para kader PMII yang berada distruktur harus lebih giat dan serius mendampingi para kader yang semakin hari semakin kompleks. Kader PMII bukan hanya dari kalangan pesantren dan kampus agama seperti IAIN dan UIN, tetapi semakin tahun berbagai kalangan turut terekrut di dalamnya seperti di kampus umum. Kultur hibrida menjadi warna baru bagi PMII, untuk itu teramat penting ilmu pengetahuan dan keagamaan yang harus diintegrasikan bagi kehidupan berbangsa dan beragama.
Akan tetapi, fokus tulisan ini tidak akan mengulas bagaimana dinamika PMII dikampus umum. Tentu karena tulisan ini dibuat sebagai refleksi dari kami yang berada dalam lingkungan kampus pesantren.
 Kebetulan selama empat bulan -- Desember 2021 hingga Maret 2022 -- kami sebagai pengurus komisariat selalu intens mengadakan evaluasi bersama para pengurus rayon. Sepertinya dari bulan ke bulan yang disampaikan oleh mereka tidak jauh berbeda, seperti miss komunikasi, pengurusnya banyak hilang, kadernya momentuman saja, dan sebagainya.
Kami mencoba memberikan jalan keluar meskipun belum tentu mujarab untuk mengatasinya. Sebagai seorang yang berada di struktur -- terutama ketua rayon dan ketua komisariat -- harus menjadi panutan dalam berbagai hal. Semisal para ketua ingin kadernya melakukan 'A' maka ia harus memulai terlebih dahulu untuk menjadi percontohan. Karena kita tidak bisa serta merta menyuruh atau menginstruksikan tanpa memberikan contoh konkret pada pribadi kita.
Seperti halnya yang disampaikan oleh pengurus rayon pada 28 maret 2022, mereka mengadu bahwa kadernya suka ghaib, disuruh nulis malah menghilang. Fenomena seperti ini tidak lantas bahkan haram menyalahkan kadernya yang kurang berpartisipasi aktif. Sebagai pengurus harus rajin-rajin instrospeksi diri, karena dari merekalah segala permasalahan bersumber. Seorang pimpinan harus memiliki aspek ethos supaya ia bisa diikuti oleh bawahannya atau kader yang dipimpinnya.
Kami ingin mengutip salah satu perkataan atau quote dari ketua umum pertama PMII, Mahbub Djunaidi, tentunya akan sangat memberikan tamparan hebat kepada kita yang berada di struktur. "Jika guru pipis berdiri, maka jangan heran kalau murid pipis berlari". Perkataan tersebut terdengar atau terlihat sederhana, tapi sudah cukup memberikan sentilan kepada kita semua sebagai generasi penerusnya. Kita semua harus serius menelaah quote tersebut, buat tertanam kuat dibenak dan usahakan selalu terngiang-ngiang ditelinga kita.
Pola kaderisasi yang perlu diterapkan adalah percontohan atau keteladanan. Tanpa dimulai dari seorang pimpinan dan pengurus dengan menulis dan mengajarkan pentingnya berkarya, maka kata Mahbub jangan pernah heran jika kedepannya tidak akan ditemukan karya-karya masyhur yang terlahir dari pergolakan pemikiran dan keringat tangan kader PMII. Kalau tradisi lama masih dilanjutkan, mengajari sekadar tradisi lisan semata, tradisi menulis kedepannya tidak akan akrab sebagai ruh atau nafas dari warga pergerakan.
PMII harus lebih aktif dan komunikatif supaya eksistensinya tetap terawat. Tidak mudah tergerus oleh kerasnya zaman layaknya komunitas atau organisasi yang tidak jelas yang sering muncul belakangan ini.Â