Mohon tunggu...
Rachmad Gempol
Rachmad Gempol Mohon Tunggu... -

ARTIKEL TERBARU : www.kompasina.com/gelandanganpolitik.......\r\n\r\nRachmad Gempol :Saya adalah seorang Gelandangan Politik (Gempol); Saya bukan siapa-siapa dan tidak punya apa-apa, saya hanya orang biasa.RACHMAD YULIADI NASIR,\r\nRachmad For President,Siap-siap untuk menduduki kursi RI-1 (Presiden Republik Indonesia)\r\nEmail:rachmadgempol@yahoo.com;\r\nwww.rachmadforpresident.blogspot.com;\r\nwww.twitter.com/rachmadgempol;\r\nwww.facebook.com/rachmadgempol;

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tembak Saja Kepala Prabowo Subianto

25 Februari 2012   11:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:31 2300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelihatannya Presiden Soeharto tidak menerima dirinya dilengserkan pada tahun 1998 oleh gerakan Reformasi pada tanggal 21 Mei 1998. Dimana saat itu di sebutkan Prabowo Subianto turut andil melengserkan mantan mertuanya. Makanya Prabowo harus sungkem kembali ke makam (kuburan) Presiden Soeharto.

Hasil survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) juga menyebutkan, dukungan masyarakat terhadap Partai Demokrat semakin turun sejak mencuatnya kasus dugaan suap wisma atlet SEA Games yang menyeret sejumlah nama kader partai biru itu. Untuk pertama kalinya sejak 2009, partai pemenang Pemilu itu dikalahkan Partai Golkar dan PDI-Perjuangan dalam survei nasional.

Pada Juni 2011, Demokrat berada di posisi ke-2 setelah Partai Golkar sedangkan Februari 2012, partai biru itu merosot ke posisi ketiga, setelah Golkar dan PDI-P. Pada Februari 2012, dukungan Partai Demokrat kini hanya 13,7 persen, dibawah PDI- Perjuangan (14,2 persen), dan Golkar (18,9 persen).

Pada Januari 2011, kepuasan publik terhadap SBY 56,7 persen, menurun di Januari/Februari 2012 jadi 48,3 persen.Dengan kondisi seperti ini sulit bagi Partai Demokrat memperbaiki diri dalam dua tahun menjelang Pemilu 2014 ini.

Partai Demokrat secara elektabilitas menurun drastis. Dari perolehan 21 persen pada pemilu 2009 lalu, saat ini menjadi 13,6 persen. Sedangkan Partai Golkar 15,5 persen, PDI Perjuangan 13,6 persen, Gerindra 4,9 persen, PPP 4,9 persen, PKB 4,6 persen, PAN 4,1 persen, PKS 3,7 persen, Hanura 1,2 persen, dan 5,1 persen memilih partai lain (non parleman), serta 28,9 persen masyarakat belum menentukan pilihan.

Tren penilaian rakyat atas partai politik dan penegakan hukum di Indonesia semakin buruk akibat berbagai kasus korupsi yang melibatkan politisi. Penegakan hukum juga dinilai jelek. Sebanyak 39,4 persen masyarakat menilai buruk dan sangat buruk, sedangkan responden yang menilai sebaliknya hanya 27,5 persen. Survei LSI sebelumnya, Desember 2011, 44 persen responden menilai pemberantasan korupsi cukup baik.

Sikap antiparpol ini disebabkan buruknya kinerja pemerintah dan rendahnya kredibilitas partai serta adanya gerakan antipartai. Dilapangan terlihat bahwa deparpolisasi sebagai sebuah gerakan orang-orang antiparpol yang ingin berkuasa.

Bagaimana pun hasil pemilu 2014 yang akan menentukan berapa jumlah suara dari partai politik , dapat suara atau tidak, kecurangan dan sengketa lainnya. Selanjutnya baru mereka dapat mengajukan para kandidat Presiden Masa Depan...SIAPAKAH DIA? Aku, Dia, Kamu atau Mereka...Tunggu saja jawabannya setelah hasil final perhitungan suara oleh KPU dan menunggu hasil putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait pihak yang bersengketa pada pilpres 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun