Stigma Negatif Pensiunan
Tidak dipungkiri, siapapun yang memasuki masa pensiun dan menjadi seorang pensiunan akan merasakan kecemasan dan kegalauan. Kondisi itu dapat dipahami karena masa pensiun akan mengubah segalanya. Seseorang yang tadinya setiap hari masuk kantor dan produktif bekerja, setelah pensiun tidak lagi masuk kantor dan tidak bekerja. Perubahan suasana tersebut secara psikologis menimbulkan kesan perasaan "tidak dibutuhkan".
Ada stigma negatif yang menempel pada pensiunan yang menyebabkan seorang pensiunan stress, cemas dan galau.  Munculnya  Pandemi Covid-19 menambah stres bagi pensiunan.
Stigma negatif yang menempel pada pensiunan itu antara lain: Pensiunan adalah pegawai tidak produktif, karena energinya habis  tergerus usia.  Kehidupan pensiunan  perlu dikasihani karena biasanya sering sakit-sakitan. Seorang pensiunan itu inisiatifnya berkurang, lagi-lagi karena faktor usia. Sementara uang tabungan semakin menipis karena pada waktu aktif bekerja tidak rajin menabung. Pensiunan itu, meskipun memiliki niat berusaha tinggi, tetapi kemampuannya tidak mendukung. Kemampuan seorang pensiunan sudah tidak paripurna.
Satu-satunya yang dapat dilakukan seorang pensiunan dan seringkali dibanggakan  adalah menjadi MC. Pengertian MC disini bukan master of ceremony akan tetapi "momong cucu". Stigma negatif pensiunan tersebut saya rangkum dalam narasi PENSIUNAN, sebagai berikut:
P -- Pegawai tidak produktif;Â
E - Energi kerja menurun;Â
N - Nunggu dikasihani;Â
S - Sering sakit-sakitan;Â
I - Inisiatif berkurang;Â
U - Uang tabungan menipis;Â