Mohon tunggu...
Rachel Novitasari
Rachel Novitasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication Student

Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Disebut sebagai "Evil Empire", Berikut Kapitalisme Starbucks

27 Maret 2021   06:17 Diperbarui: 27 Maret 2021   07:05 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: researchgate.net

Secara sederhana, culture jamming merupakan upaya untuk mengubah isi pesan iklan menjadi suatu bentuk kritik melalui karya yang kreatif.

Karya yang kerap digunakan sebagai sarana culture jamming adalah meme. Meme merupakan bentuk imitasi dari unsur-unsur karya yang asli. Misalnya logo, teks, dan slogan yang kemudian diganti dengan bentuk yang hampir serupa, namun memiliki makna yang jauh berbeda.

Untuk memahami lebih dalam mengenai implementasi culture jamming, simak analisis culture jamming berupa meme yang mengkritik Starbucks.

Analisis Culture Jamming Starbucks

Starbucks merupakan gerai kopi ternama yang telah tersebar di berbagai negara. Seluruh gerai Starbucks menawarkan berbagai macam menu baik minuman maupun makanan. Walaupun Starbucks telah membuka banyak cabang, namun Starbucks tetap berupaya meningkatkan mangsa pasarnya dengan membuka gerai tambahan di berbagai wilayah dengan peluang pasar baru.

Seiring dengan perkembangannya, Starbucks menjual produknya lebih mahal dibandingkan dengan gerai kopi lainnya. Hal ini dilakukan sebab Starbucks mengklaim perusahannya sebagai coffee sourcing, tea sourcing, cocoa sourcing yang berkualitas tinggi. Selain itu, Starbucks juga mengkampayekan perusahaannya sebagai farmer support

Melalui hal inilah, Starbucks membentuk iklannya untuk menunjukkan citra bahwa Starbucks merupakan gerai kopi yang eksklusif. Pembentukan citra tersebut dapat dilihat melalui iklan Starbucks. Iklan Starbucks dibintangi oleh orang-orang dengan pakaian formal nan rapi seperti jas yang berperan sebagai konsumen. Selain itu, konteks logo yang ditunjukkan iklan juga disasarkan kepada kalangan atas dengan memperlihatkan dominasi kalangan atas yang membeli produk Starbucks.

Berdasarkan hal ini, culture jammers bereaksi dengan memproduksi meme tentang Starbucks. Mulanya logo Starbucks yaitu seperti ini, lengkap dengan tulisan “Starbucks Coffee

Source: pinterest.se
Source: pinterest.se

Namun culture jammers mengubah teksnya menjadi “Big Bucks Coffee” dan “High Society Coffee”.  

Source: pinterest.com
Source: pinterest.com

Source: pinterst.ca
Source: pinterst.ca

Melalui meme tersebut, culture jammers ingin memperlihatkan bahwa Starbucks tidak memperhatikan nilai-nilai sosial dan budaya. Starbucks hanya berorientasi terhadap nilai-nilai ekonomi yang mencerminkan kepentingan kapitalis.

Ketimbang mengamati dan menikmati kekayaan citarasa kopi yang khas, masyarakat justru diajak untuk menikmati kepuasaan dengan “membeli” simbol. Melalui iklan dan logo Starbucks, masyarakat seolah-olah diarahkan untuk “mengonsumsi” simbol dan tanda milik Starbucks, dalam rangka mendapatkan “pengakuan” sebagai masyarakat yang berasal dari kalangan atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun