Mohon tunggu...
Rachel Elizabeth
Rachel Elizabeth Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

A student from Department of Economics, University of Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Memandang Persahabatan melalui Kacamata (Calon) Ekonom

12 September 2012   02:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:35 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia adalah makhluk yang luar biasa sebab ia mampu menjadi homo socius dan homo economicus di saat yang bersamaan.

***

Menurutku, persahabatan itu seperti mozaik. Tak perlu sama bentuk dan warnanya, asal ditempel dengan rapi saja maka akan terbentuk pola baru yang unik dan cantik. Dalam persahabatan juga seperti itu, tak perlu sama tipe dan kesenangan masing-masing orang di dalamnya, justru tiap perbedaan yang ada akan memancarkan keindahan persahabatan itu sendiri.

Sahabat adalah seseorang yang mengerti dirimu dan menerimamu apa adanya. Sahabat adalah seseorang yang mau berkorban untukmu dan mau memberikan apa yang terbaik yang ada padanya. Bersama sahabat kita bisa berbagi tanpa takut rahasia kita terbongkar karena sahabat tidak pernah menusuk dari belakang.

Mencari seorang sahabat bagaikan mencari permata di sebuah lumbung jerami yang besar. Sulit ditemukan, tapi begitu berharga ketika ditemukan. Seorang sahabat lebih erat hubungannya dengan kita daripada keluarga bahkan saudara kandung sekalipun. Ada orang yang mempunyai banyak teman tetapi tidak mempunyai sahabat sama sekali. Betapa bersyukurnya aku ketika kutemukan diriku ternyata tidak sendirian menjalani kehidupan ini. Lihatlah, aku masih memiliki keluarga, pacar, banyak teman juga kenalan, dan… sahabat!

"Lalu apa istimewanya memiliki sahabat, bukankah sahabat sama dengan teman?"

Oh, tentu tidak. Mudah bagi kita untuk berkenalan lalu menjalin pertemanan. Akan tetapi sebuah persahabatan membutuhkan proses pembentukan yang lebih panjang dibanding pertemanan-tidak terdefinisikan lamanya. Apa yang dibentuk dalam proses ini? Karakter kita: aku dan sahabat-sahabatku. Mengapa karakter kita harus dibentuk? Sebab tujuan akhir sebuah persahabatan adalah berbagi kasih setia satu dengan lainnya.

Keadaan yang kita alami di dalam hidup ini mudah saja menggerus kesetiaan kita terhadap sahabat kita atau sebaliknya. Namun bila kita mengasihi dan menghargai sahabat kita, hubungan yang sudah terjalin akan terus berlangsung selama-lamanya. Gejolak dan masalah yang ada takkan mampu menciderai keutuhan persahabatan sejati.

Berbicara mengenai sebuah hubungan yang disebut persahabatan, seberapa pentingkah sahabat bagi hidupmu? Sangat penting, tidak penting, atau tidak tahu? Seberapa besarkah pengaruh mereka dalam keseharianmu? Banyak, tidak ada, atau tidak memedulikannya?Sebenarnya, berapakah harga sahabatmu?

***

Aku memiliki beberapa sahabat. Ada sahabat di kampus, ada juga sahabat sejak SMA. Karakter mereka bermacam-macam. Ada yang senang berkomentar, ada yang  pendiam, ada yang usil, ada yang pemalu, ada yang pede tingkat tinggi, pokoknya beragamlah! Persahabatan kami ini diawali dengan perkenalan dan pertemanan biasa. Akan tetapi setelah kami melalui hari-hari kami (baik suka maupun duka) bersama-sama maka hubungan kami pun bergerak maju: semakin intim. Keintiman ini adalah hasil dari proses pembentukan yang panjang. Proses dimana masing-masing kami harus mempelajari diri sendiri dulu lalu sesama kami.

Hal-hal menyimpang-sikap dan sifat yang tidak ideal dalam suatu persahabatan-(bagi saya maupun sahabat saya) pasti sering menghiasi hubungan kami, bahkan mungkin hingga saat ini. Egoisme, salah satu bentuk penyimpangan tersebut, mungkin sering merangsang ‘naluri ekonomi’ kita sebagai manusia untukmenetapkan harga (price tag)’ bagi sahabat kita. Ada berbagai macam parameter yang bisa kita gunakan untuk menentukan harga sahabat kita. Bisa kita nilai dari frekuensi kehadiran mereka dalam kehidupan kita, bisa juga tingkat pengorbanan mereka bagi kita, atau berbagai macam hal lainnya. Itu semua terserah kita. Ya, monopoli kekuasaan untuk menentukan harga ada di tangan kita. Dalam ilmu ekonomi, keadaan seperti ini disebut price maker.

Berangkat dari kenyataan bahwa kedudukan tiap insan dalam suatu persahabatan adalah price maker, seberapa mampukah (bijak) kita menentukan harga sahabat kita sendiri? Bila dikuantitatifkan, antara 1-10 dengan ketentuan 1 adalah nilai terendah dan 10 adalah nilai teringgi, manakah angka yang akan kita berikan bagi sahabat kita?

***

Jawaban atas segala pertanyaan di atas sebenarnya hanya bertujuan untuk menilik lebih dalam kualitas anda sebagai seorang sahabat. Begini, bila dapat kuformulasikan korelasi antara kualitas seorang sahabat dengan ‘harganya’ adalah positif: semakin tinggi kualitas suatu hal maka semakin tinggi pula harga suatu hal tersebut. Korelasi antara tingkat harga individu dalam persahabatan dengan persahabatan itu sendiri juga positif: semakin ‘mahal’ harga individu tersebut maka semakin berharga (istimewa) persahabatannya. Kalau anda menemukan bahwa kualitas anda sebagai seorang sahabat sudah cukup tinggi alias mahal, bersyukurlah. Akan tetapi bila jawaban-jawaban anda mengindikasikan bahwa anda bukanlah sahabat yang berkualitas alias sahabat murahan (maaf), mari bergerak cepat sebelum anda kehilangan sahabat!

Berdasarkan pengalaman saya, hukum tabur-tuai benar-benar terjadi dalam suatu persahabatan. Ketika anda menabur kebaikan dan kesetiaan di dalamnya niscaya kedua hal itulah yang akan memenuhi persahabatan anda. Sebaliknya, bila arogansi dan manipulasi yang tertanam dalam persahabatan anda maka kebencian dan perpecahan yang akan anda (dan sahabat-sahabat anda) tuai. Sekali lagi, pilihan ada di tangan anda sepenuhnya. Andalah yang menentukan segala hal dalam persahabatan anda.

“Loh, kenapa begitu? Persahabatan ini kan yang menjalani bukan aku saja, tapi mereka (sahabat-sahabatku) juga.”

Nah, inilah yang menjadi kunci sebuah persahabatan yang sering dilupakan: bagaimana sahabat dan persahabatan anda adalah cerminan diri anda sendiri. Menurut saya, bila kita ingin dicintai maka kita harus mencintai terlebih dahulu. Apabila kita ingin dihargai maka semestinya kita menghargai orang lain lebih dahulu. Saat ini, jika kita menilai sahabat kita kurang menyayangi dan menghargai diri kita… sudahkah kita menyayangi dan menghargai mereka?

Sahabatmu adalah (seperti) dirimu sendiri. Semua hal yang kau lakukan terhadap sahabatmu, berarti kau lakukan pada dirimu. Dirimu tidak lebih berharga dibanding sahabat. Sahabat sama harganya dengan diri kita sendiri.

Marilah kita mensyukuri persahabatan kita. Ayo kita jaga hubungan istimewa ini! Hargailah sahabatmu seperti kamu menghargai dirimu sendiri.

There is no another price tag! Their price is yours at all. Have a precious friendship! God bless.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun