Sejak awal komitmen saya untuk berusaha hemat energi. Dan ini saya sampaikan di keluargaku sejak dini. Saya seringkali kesal karena air kerap kali mengalir padahal ember yang menampung air. Bahkan saya sempat membuat tulisan 'matikan air setelah digunakan' dan saya tempel di dinding kamar mandi. Tujuannya untuk mengingatkan agar anggota keluarga yang menggunakan air bisa matikan air setelah gunakan. Bahkan kalau gunakan air pun untuk keperluan sehari-hari, saya tak mau air mengalir deras sampai tumpah ruah hanya karena air di rumah tersedia berlimpah.
"Ummi, kenapa sih kita harus hemat energi?," kata anak saya, Ayyas. Waktu itu usianya masih 7 tahun. Pertanyaan itu dia ajukan karena seringkali saya menyampaikan untuk hemat energi dan saya pun memberikan contoh. Tapi saya lupa kalau saya belum sampaikan kepada dia mengapa harus hemat energi.
Saya katakan ke dia, salah satu alasan mengapa kita harus hemat energi karena dengan hemat energi bisa menghemat juga pengeluaran sehari-hari. Misalnya jika uang untuk bayar listrik hanya Rp 200 ribu, tentunya lebih baik daripada harus bayar listrik hingga Rp 500 ribu karena pengeluaran listrik yang tak menentu. "Uangnya bisa untuk membeli keperluan lainnya, dek," katanya.
lingkungan. Hal ini tentunya bermanfaat bagi generasi penerus sehingga dapat selalu berada dalam lingkungan alam yang sehat dan indah. "Adek mau kan selalu berada di lingkungan yang sehat, hijau dan udara segar?," kata saya ke Ayyas. "Mau, Ummi," katanya. "Nah, kalau kita hemat energi, lingkungan juga akan berdampak baik bagi kehidupan kita sehari-hari," kata saya ke Ayyas.
Hemat energi juga berarti merupakan perilaku ramah
Hingga suatu hari, air yang biasanya dengan mudah mengalir di rumah tiba-tiba mati mendadak. Saya mencoba menghubungi tukang sumur untuk memperbaiki pompa air agar air bisa mengalir lancar lagi, tapi butuh waktu. Saat momen itu saya berkata kepada Ayyas, "Kalau kita tak menghemat air, lama kelamaan air tak mengalir lancar seperti saat ini. Kita susah buat mandi, susah ke toilet. Karena kita tergantung pada air," kata saya panjang lebar.
Makanya, dengan menghemat energi, diharapkan lingkungan akan tetap terjaga.
Lalu, apa saja yang saya dan keluarga lakukan agar hemat energi ?
Renovasi Rumah dengan Sirkulasi Udara yang Baik
Saat awal membeli rumah, walaupun hanya satu lantai tapi bagian ruang tamu tak ada plafon tapi langsung atap. Hal ini untuk memudahkan sirkulasi udara masuk ke rumah. Hanya saja, di ruang tamu kurang jendela sehingga cahaya yang masuk kurang. Akibatnya, bagian ruang tamu terasa lebih gelap. Saat renovasi rumah, pesan saya ke anak agar rumah wajib desainnya memungkinkan cahaya yang masuk lebih banyak dan sirkulasi udara berjalan baik. Dan ini dilakukan saat merenovasi rumah. Jendela-jendela rumah berukuran besar. Antara ruang tamu di lantai satu terhubung dengan lantai dua tanpa sekat sama sekali. Untuk tempat menjemur baju, atapnya khusus agar cahaya dan udara yang masuk lebih banyak. Bagian belakang di lantai dua tidak full dinding tapi pintu berukuran besar.
Cabut Kabel dari Stok Kontak Saat Tidak Digunakan
Sejak awal seperti yang saya sampaikan kalau saya termasuk agak cerewet juga untuk urusan hemat listrik. Dulu kebiasaan anak setiap isi baterai handphone dilakukan berjam-jam bahkan dibiarkan hingga semalaman. Kebiasaan ini yang saya ubah. Isi baterai harus di cek apa sudah terisi atau tidak dan dilakukan sebelum tidur.
Menyalakan Lampu Seperlunya dan Pakai Lampu LED
Untuk penggunaan lampu juga saya lakukan penghematan. Kalau malam, hanya beberapa tempat saja yang lampunya dinyalakan. Bahkan ada satu lampu yang kalau dinyalakan maka akan terhubung dengan lantai dua dan lantai satu. Jadinya lebih hemat. Â Saya juga menggunakan lampu LED supaya lebih hemat energi. Lampu LED ini lebih hemat dibandingkan lampu bohlam biasa. Bayangkan saja lampu LED 7 watt merk tertentu setara dengan bohlam 60 watt. Dan ini tentunya lebih menghemat pengeluaran juga untuk penggunaan lampu LED.
Menggunakan Air Secukupnya
Kebiasaan dulu kalau mandi seringnya berlama-lama karena terasa semakin lama mandi, badan terasa lebih segar. Tapi kebiasaan ini harus diubah karena air akan terpakai banyak dan ini tentunya tak baik buat lingkungan. Di rumah saya menggunakan shower sehingga lebih menghemat pengeluaran air untuk mandi. Untuk mencuci beras, air bekas cuci beras tak saya buang tapi saya gunakan untuk menyiram tanaman. Selain untuk penghematan juga agar tanaman menjadi lebih subur.
Minimalisir Penggunaan AC
Siapa sih yang tak setuju kalau pakai AC itu bikin suasana lebih tenang dan nyaman? Tapi penggunaan AC pun harus lebih cermat karena kalau kelamaan menggunakan AC maka listrik pun banyak terpakai dan akibatkan juga pengeluaran membengkak. Jadi, kalaupun menggunakan AC, pilih AC yang hemat energi dan gunakan seperlunya. Misalnya bikin pengaturan waktu sehingga ketika ruangan kamar dingin. AC pun mati.
Saya katakan kepada keluarga bahwa kebiasaan hemat energi di rumah bukan hanya tugas saya. Tapi tugas seluruh anggota keluarga. Dukungan, partisipasi semua anggota keluarga memberikan kontribusi positif nantinya untuk keluarga dan masa depan bumi. Awalnya emang tak mudah, tapi lama kelamaan menjadi kebiasaan. Hal yang paling tampak, pengeluaran listrik di rumah lebih jauh.
Melakukan hemat energi tak harus menunggu esok, tapi sekarang. Lakukan hemat energi tak perlu harus menunggu orang lain, tapi kita bisa mengawali. Kalau bukan kita, siapa lagi ? Kalau bukan sekarang, kapan lagi ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H