Mohon tunggu...
Rabiatul Adabiah
Rabiatul Adabiah Mohon Tunggu... Guru - mari tebar ilmu dengan tulisan

RABIATUL ADABIAH

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bidadari Surga

14 April 2020   12:16 Diperbarui: 14 April 2020   12:23 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BIDADARI SURGA

Oleh : Rabiatul Adabiah, S. Pd

Mumtaza Khalila Rusyda yang akrab di panggil Khaila. Perempuan cantik putih berseri, rupanya seperti bidadari. Dia anak ke-3 dari empat bersaudara, abangnya anak pertama bernama Mahiir Al-Muaiqaly, kakak keduanya bernama Mahira Kamila Zuhra, dan adik bungsunya bernama Maisa Raiza Husna.  Dia cuma 1 bulan melihat dunia yang fana ini, karena ada gejala jantung yang dideritanya ketika lahir. Keturunan keluarga ayahnya ada menderita penyakit jantung.

Pasca melahirkan, awalnya dokter sudah mengetahui bahwa anak yang baru dilahirkan tersebut sudah terlihat tanda-tanda gejala jantung, karena takut menyampaikan langsung kepada Ibunya yang baru melahirkan, akhirnya ditutupi dan disembunyikan dari Ibunya bernama Murni. Dokter menyembunyikannya dengan alasan takut akan terjadi pendaharan yang luar biasa terjadi pada diri Ibu Murni jika sekiranya ibu Murni sampai mengetahui, kalau anak yang barusan lahir menderita gejala jantung pada dirinya.

Khaila lahir 1 Oktober 2016 bertepatan di hari Sabtu, waktu itu saya baru sampai di kampus karena kebetulan ada jadwal kuliah pagi. Saya ditelpon oleh kakak ipar ayahnya Khaila bernama Muzahiril Azmi. Abak Khaila mengabarkan dengan senang hati bahwa keponakan saya telah lahir di Rumah Sakit Bidan Yetti Latif Lubuk Alung dalam keadaan normal. Mendengar kabar tersebut, saya juga ikut bahagia dan sangat senang sekali karena sudah bertambah satu orang lagi keponakan cantik seperti cantiknya bidadari.

Dua hari setelah itu akhirnya ibu dan anak pulang kerumah dan waktu itu ibunya masih tinggal dirumah  orangtua kami. Seiring berjalannya waktu Khaila pun tumbuh dan berkembang seperti bayi kecil pada umumnya. Ketika ibunya hendak memasangkan anting pada telinga Khaila sang gadis kecil, bertepatan dengan umur Khaila yang baru memasuki usia 1 bulan, tapi niat ibunya akhirnya terhenti ketika melihat bibir dan telinga Khaila terlihat warna kehijauan, akhirnya Dokter yang menanganinya waktu melahirkan menyarankan tidak usah dulu pasang antingnya, tunggu jika warna bibir dan telinga sudah tidak ada warna kehijauan dan Dokter menyarankan untuk berobat ke spesial kulit yang ada di Rumah Sakit Ibnu sina Padang.

Keesoakan harinya, khaila dibawa berobat oleh Madangnya yang bernama Zainal Ke Rumah Sakit Ibnu Sina Padang untuk mengobati bibir dan telinga yang bewarna kehijuan, sesampai disana ia tidak mendapatkan pelayanan karena peralatan yang terbatas, tapi cuma disuruh untuk di rujuk ke Rumah Sakit Ibnu Sina yang ada di Bukittinggi. Ketika hendak pulang Madang Khaila berhenti di Mesjid Al-Azhar UNP untuk melaksanakan Shalat Ashar. Pada waktu itu Khaila minum ASI ibunya untuk terakhir kalinya. Saat diperjalanan Khaila tidak ada lagi minum ASI ibunya bahkan sampai di rumah tidak ada lagi minum ASI, sehingga ibunya mulai berfikir kenapa gadis kecil bayi ini tidak mau minum ASI,  padahal dari tadi belum minum ASI. Rasa cemas dan khawatirpun muncul, apa yang terjadi dengannya, kenapa seperti ini. Ibunya semakin panik melihat tingkah aneh dari gadis kecilnya.

Sesampai dirumah tanda kehijauan di bibirnya semakin terlihat jelas dan tampak, Ibunya semakin cemas dan mulai terlihat panik. Ketika malam hari sekitar jam 9 malam Ibunya hendak ke kamar si gadis kecil, tapi ada yang terlihat aneh oleh ibunya, Wajah Khaila terlihat putih berseri-seri layaknya bidadari surga, yang matanya indah, cantik dan tidak pernah bosan untuk memandangnya. Bau kamar si Khaila bukanlah bau kamar layaknya seorang bayi, aroma kamar berganti dengan aroma orang yang telah meninggal, ada yang berbeda yang dirasakan saat di kamar tersebut, mungkin malaikat Izrail lagi berada disekitarnya. Wallahu A'lam

Pada waktu bersamaan ibunya mencoba untuk memberikan ASI kepada gadis kecil bayi tadi, tapi Khaila selalu menolak, dilihat jari tangannya sudah terlihat berbeda sebelah kiri seperti tidak ada aliran darah di tangannya. Melihat keadaan Khaila yang semakin dikhawatirkan oleh ibunya, akhirnya ibunya berteriak memanggil untuk meminta bantuan agat dibawa ke rumah sakit dengan segera. Kebetulan saat itu yang ada dirumah ada suami dan adik kandung ibunya Khaila bernama Sari Bulan, karena sama-sama panik akhirnya menghubungi Madangnya untuk bisa dibawa ke Rumah Sakit atau Puskesmas. Karena rumah Madangnya lumayan jauh tinggalnya dari kami akhirnya dibawa oleh abak Khaila ke rumah sakit dengan menggunakan sepeda motor. Sepanjang perjalanan ibunya selalu berdoa semoga diberi umur yang panjang untuk anak yang sedang digendongnya.

Komat kamit bibir ibunya untuk mendoakan gadis kecil yang tengah berusaha melawan sakitnya sambil mambacakan kalimat tauhid ke telinganya Laa Ilaaha Illallah (Tiada Tuhan Selain Allah), selalu dibacakan oleh ibunya berulang kali sampai ketika turun dari motor ketika sudah didepan Puskesmas Lubuk Alung, Sesampai disana dokter memeriksa si bayi dan ternyata mendapatkan gadis kecil sudah tak bernyawa lagi. Kita tidak tau kapan waktu malaikat izrail mencabut nyawanya. Mungkin di jemput oleh malaikat Izrail sang malaikat pencabut nyawa manusia ketika diperjalan menuju Puskesmas bilang sang dokter kepada ibunya.

Mendengar ucapan dokter bahwa si bayi Khaila sudah tidak bernyawa,  ibunya Khaila menangis seolah-olah tak percaya apa yang barusan dikatakan oleh Dokter itu benar terjadi, hatinya merasa hancur berkeping-keping, sebab anak yang baru ia lahirkan sudah tiada meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya padahal cuma satu bulan ia baru menikmati hidup di dunia yang fana ini.

03 November 2016 hari Kamis pukul 22. 45 adalah dimana Khaila tutup mata untuk selamanya. Akhirnya dengan wajah yang sedih, si bayi khaila di bawa pulang Bersama ibu dan abaknya ke rumah. Keesokan harinya orang banyak datang melayat ke rumah, warga sekitar rumah pun menghampiri dan pergi melayat, ada yang membacakan Yaasin untuk si kecil yang baru pergi, ada yang membawa beras dan ada yang membawa bunga rampai serta sabun dan kain kafan dan lain sebagainya. Ketika jenazah Khaila dilihat oleh orang yang datang melayat, sambil membuka penutup matanya, dia mengatakan wajahnya  putih sekali, seperti bidadari yang punya wajah berseri-seri. Banyak yang mengatakan bahwa bayi Khaila adalah anak surga, yang akan menjadi tabungan akhirat bagi orangtuanya. Biasanya anak kecil yang belum berdosa meninggal maka dia akan jadi anak Bidadari surga dan akan menanti orangtuanya di depan pintu surga kelak.

Ketika hendak memandikan sang bayi Khaila, ibunya juga ikut memandikan jenazah anaknya yang baru meninggalkannya untuk selamanya. Ketika memandikan mayat kecil, air mata sang ibu tak kunjung henti selalu mengalir deras di pipinya, seolah-olah tak percaya bahwa gadis kecil bayi yang baru ia lahirkan sudah meninggalkannya untuk selamanya. Banyak saudara yang lain juga ikut memandikan si  bayi kecil termasuk saya sendiri.

Prosesi memandikan mayat kecilpun usai, dilanjutkan dengan Mengafani lalu menshalatkan jenazah yang di shalatkan oleh keluarga, kerabat, masyarakat yang hadir melayat. Prosesi  Shalat jenazah pun usai, ramai yang mengikuti shalat jenazah si bayi kecil, tetapi ibunya tak dapat ikut andil dalam menshalatkan gadis kecilnya, sebab masih dalam masa uzur Nifas setelah melahirkan satu bulan yang lalu. Ketika shalat jenazah usai permintaan maaf dan penyampaian Khutbah orang meninggal pun telah dilaksanakan, Hal ini yang menyampaikan adalah Madangnya Khaila sang jenazah bayi kecil.

Setelah selesai semuanya, saatnya untuk dibawa ke pemakaman, tetapi abak Khaila tidak mampu dan tidak sanggup untuk menggendong jenazah bayinya ke pemakaman umum, karena air matanya tak kunjung berhenti keluar di pipinya sebab anak yang dicintainya pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.  Melihat kondisi abak Khaila seperti itu akhirnya jenazah Khaila di gendong dan dipapah oleh Madangnya sendiri ke pemakaman umum sampai selesai di kuburkan.

Semua orang yang datang mendoakan, anak kecil yang belum berdosa meninggal dunia, semoga kelak akan jadi bidadari surga yang akan membawa orangtuanya ke surga kelak, semoga ada pengggantinya setelah ini, semoga ada hikmah di balik musibah atau cobaan yang besar ini, kita semua hanya titipan Allah, semua akan kembali kepada Allah. Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un (Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun