Mohon tunggu...
Rabiatul Adawiyah
Rabiatul Adawiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Inklusif untuk Tunanetra: Membuka Jendela Dunia yang Lebih Luas

29 Oktober 2024   15:47 Diperbarui: 29 Oktober 2024   16:02 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan inklusif adalah sebuah paradigma baru dalam dunia pendidikan yang menekankan pada pentingnya pendidikan semua anak, termasuk anak berkebutuhan khusus seperti tunanetra, untuk belajar bersama dalam satu kelas. Konsep ini tidak hanya sekedar menempatkan anak tunanetra di kelas reguler, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, suportif, dan memungkinkan semua anak untuk mencapai potensi maksimalnya. Dengan adanya pendidikan ini anak-anak berkebutuhan khusus dapat merasakan sensasi belajar bersama dengan yang lainnya tanpa harus merasakan ketidaknyamanan.

Anak tunanetra sendiri adalah anak yang mengalami kebutaan dan tidak dapat melihat. Sedangkan menurut Persatuan Tunanetra Indonesia (PERTUNI : 2004) mendefinisikan bahwa tunanetra adalah Mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) sampai dengan mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun sudah dibantu dengan kacamata (kurang awas/kurang lihat).

Sedangkan menurut kemampuan melihat, tunanetra (visual impairment) dapat dikelompokkan menjadi :

1. Buta (Blind), ketunanetraan jenis ini terdiri dari:

a. Buta total (totally blind) adalah mereka yang tidak dapat melihat sama sekali baik gelap maupun terang.

b. Memiliki sisa penglihatan (residual vision) adalah mereka yang masih bisa membedakan antara terang dan gelap.

2. Kurang penglihatan (low vision) terdiri dari :

a. Light perception, apabila hanya dapat membedakan terang dan gelap.

b. Light projection, tunanetra ini dapat mengetahui perubahan cahaya dan dapat menentukan arah sumber cahaya.

c. Tunnel vision atau penglihatan pusat, penglihatan tunanetra terpusat sehingga apabila melihat objek hanya terlihat bagian tengahnya saja.

d. Periferal vision atau penglihatan samping, sehingga pengamatan terhadap benda hanya terlihat pada bagian tepi.

e. Penglihatan bercak, pengamatan terhadap objek ada bagian-bagian tertentu yang tidak terlihat.

Adapun beberapa faktor penyebab terjadinya kebutaan, yaitu:

1. Faktor bawaan atau keturunan, seperti glaukoma.

2. Infeksi atau keracunan, baik yang langsung menyerang mata atau pembuluh darah mata, maupun yang terjadi saat seseorang sedang mengandung.

3. Penyakit atau kondisi, seperti diabetes, katarak, atau glaukoma

4. Kecelakaan, seperti trauma, luka, atau terkena benda tajam atau bahan kimia.

5. Kekurangan vitamin A, yang dapat menyebabkan kerusakan atau kebutaan jika tidak tertangani, dan

6. Kondisi patologis yang penyebabnya tidak jelas.

Dengan adanya pendidikan inklusif ini, kita dapat mengetahui bahwasannya pendidikan tersebut penting bagi tunanetra. Dengan pendidikan ini anak tunanetra dapat belajar bersama teman sebaya yang tidak memiliki keterbatasan, mereka dapat mengembangkan keterampilan sosial, belajar berkolaborasi dan membangun hubungan yang bermakna. Hal ini dapat membantu mereka menjadi lebih siap untuk berinteraksi dengan masyarakat secara luas di masa mendatang.

Lingkungan belajar yang inklusif juga dapat merangsang perkembangan kognitif anak tunanetra secara optimal. Melalui berbagai aktivitas dan interaksi, mereka dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dan kreativitas. Maka ketika anak tunanetra merasa diterima dan dihargai oleh teman-temannya, mereka akan merasa lebih percaya diri dan memiliki harga diri yang tinggi. Hal ini akan mendorong mereka untuk terus belajar dan mengembangkan diri.

Pendidikan inklusif juga membantu menghilangkan stigma negatif terhadap anak berkebutuhan khusus. Dengan melihat langsung kemampuan dan potensi anak tunanetra, teman-temannya akan lebih menghargai perbedaan dan belajar untuk saling menerima.

Meskipun begitu ada beberapa hal yang menjadi tantangan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif yang harus dihadapi seperti, kurangnya fasilitas dan sumber daya yang tersedia, dimana sekolah perlu melengkapi fasilitas yang sesuai untuk anak tunanetra diantaranya, alat bantu belajar Braille, software khusus, dan guru pendamping yang terlatih. Kemudian adapun solusi untuk menghadapi tantangan tersebut sekolah dapat meningkatkan kualitas pendidikan guru dengan memberikan pelatihan khusus untuk memahami kebutuhan tunanetra dan mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif.

Selain kurangnya fasilitas dan sumber daya, ada juga tantangan yang disebabkan kurangnya kesadaran dan pemahaman orang tua dan guru mengenai konsep pendidikan inklusif dan keragu-raguan guru untuk menerima anak tunanetra di kelas reguler. Adapun solusi untuk menghadapi tantangan tersebut sekolah dapat melakukan kolaborasi dengan orang tua dan komunitas untuk bekerja sama untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif bagi semua anak.

Kemudian kurangnya dukungan dari lingkungan juga dapat menjadi tantangan, karena lingkungan sekolah dan masyarakat perlu menciptakan suasana yang mendukung dan inklusif bagi semua anak. Maka dari itu perlu dilakukan sosialisasi yang lebih luas mengenai pentingnya pendidikan inklusif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

Berdasarkan pembahasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan inklusif adalah investasi jangka panjang yang sangat penting. Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada anak tunanetra untuk belajar dan berkembang, kita dapat membantu mereka mencapai potensi maksimalnya dan dapat menjadi anggota masyarakat yang produktif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun